Matanya mengerjap untuk beberapa kali. Farel meregangkan otot-otot badannya sambil menguap lebar.
Sesaat pandangan cowok itu lurus ke atas, menatap langit-langit kamarnya sebelum beranjak.
Farel meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas, pukul dua siang.
Semalam, Farel sudah diperbolehkan untuk pulang.
Sebenarnya, cowok itu ingin berangkat ke sekolah hari ini, tetapi baik, Darren juga Renata tidak mengizinkan dengan alasan kondisi tubuh Farel belum pulih sepenuhnya, padahal Farel merasa dirinya baik-baik saja.
Farel mendengus pelan kemudian menyibak selimut yang menutupi badannya sebatas dada.
Cowok itu berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badan supaya dirinya merasa segar kembali.
Tidak butuh waktu lama untuk Farel mandi, cowok itu memakai kaus hitam polos seraya berjalan ke luar.
Farel menuruni satu per satu anak tangga, sementara tangan kanannya mengacak rambut cokelatnya yang basah terkena air.
Farel tidak heran ketika, ia bangun rumahnya terlihat sepi.
Ayah dan bundanya pasti belum pulang, mengingat mereka sering pulang sore bahkan terkadang saat malam hari keduanya baru pulang karena urusan pekerjaan.
Farel berjalan ke dapur, menghampiri tempat pendingin berwarna hitam mengkilap.
Tangan, Farel membuka kulkas di depannya, meraih sebotol jus jambu dari dalam tempat pendingin tersebut.
“Farel,” panggil seseorang.
Farel yang seperti mengenali suara itu mengernyitkan dahinya kemudian menoleh ke belakang.
Beberapa pertanyaan sempat hinggap di kepala Farel. Namun, hanya sesaat.
Detik berikutnya Farel tidak lagi menatap orang yang berdiri di belakangnya.
“Ngapain lo di sini,” tanya Farel datar seraya menuangkan jus jambu yang, ia ambil ke dalam gelas lantas meneguknya.
“Aku mau ngomong sama kamu,” ucap gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu.
Entah sejak kapan, gadis itu ada di rumah Farel.
Farel meletakkan gelasnya di atas mini bar, senyum miring muncul di wajah cowok itu.
“Gue nggak ada waktu ngomong sama lo,” sinis Farel tanpa membalikkan badannya.
Di sisi lain, gadis dengan rambut yang dibiarkan terurai itu menunduk memperhatikan lantai di rumah Farel. Kedua tangannya memegangi sisi rok yang ia kenakan.
Sebenarnya, Audy sudah tahu bagaimana respon yang akan diberikan Farel dan benar saja, apa yang ditakutkan, Audy terjadi.
Audy masih menunduk sampai tidak menyadari jika, Farel sudah berdiri di hadapannya.
Gadis itu mengangkat kepalanya, matanya menatap Farel yang juga sedang menatap ke arahnya.
Hanya saja tatapan mengintimidasi, Farel membuat, Audy enggan membuka mulutnya.
Farel yang tahu Audy hanya diam saja mendengus pelan, “Ikut gue,” ujar Farel.
Audy masih bungkam. Ia mengikuti langkah Farel yang sudah berjalan lebih dulu.
Audy mengekor di belakang Farel, ternyata Farel membawa Audy ke kolam renang yang ada di belakang rumah cowok itu.
Keduanya kini duduk pada kursi yang sengaja diletakkan di pinggir kolam renang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TBS 1] : Everything [COMPLETED]
أدب المراهقين[NEW VERSI] [Twin Brother Series : 1] Kesalahpahaman di masa lalu sudah memutar balik keadaan. Angin yang dulunya berhembus tenang kini menjadi badai. Salah, kah? Setidaknya ia pernah menjadi angin yang sejuk 'kan? Perihal dia menjadi badai itu...