:: DUA PULUH TUJUH

6.9K 530 126
                                    


Audy melirik arloji putih yang melingkar di tangan kirinya untuk yang kesekian kali. Sudah hampir sepuluh menit dirinya berdiri di sana.

“Aduh, Mama kemana, sih? Dari tadi ditelfon nggak diangkat-angkat,” gumam Audy mulai kesal, berusaha menghubungi mamanya.

Gadis berambut hitam itu memasukkan ponsel yang dipegangnya ke dalam tas.

Kepalanya mendongak, awan sudah mulai gelap dan dapat dipastikan hujan sebentar lagi pasti akan turun. Audy mendengus pelan.

Dua menit setelahnya sebuah motor berhenti tepat di depannya. Si pemilik motor itu membuka helm yang hampir menutupi seluruh wajahnya.

Farel, cowok itu meneliti gadis yang berdiri di dekat gerbang.

Audy yang merasa risih diperhatikan seperti itu berusaha mengalihkan pandangannya.

“Hei,” panggil Farel, “ngapain di situ?”

Audy bergeming, ia mencondongkan badannya memastikan mamanya sudah datang menjemput.

“Lo denger gue ngomong nggak, sih?” tanya Farel.

Audy menoleh, “Kamu ngomong sama aku?” ucap Audy menunjuk dirinya sendiri.

Cowok bermata biru itu mendengus, “Nggak, gue ngomong sama udara.”

Audy mengangguk-angguk membuat Farel menjadi gemas sendiri.

“Iyalah, gue ngomong sama lo,” lanjut Farel.

“Lagi nunggu jemputan.”

Farel diam sesaat.

“Bareng gue, yuk.” Ajak Farel.

“Nggak usah, nanti ngerepotin,” tolak Audy kembali melihat arlojinya.

Farel menghembuskan napas pelan, “Lo kayak sama siapa aja, udah ayo naik.”

Belum sempat Audy menjawab, suara seseorang membuat keduanya menoleh.

“Farel,” seru seseorang yang berlari ke arah mereka berdua.

Farel hanya mengerutkan dahinya saat orang yang memanggil dirinya ada di samping Audy.

“Aku pulang bareng kamu, ya?” pinta Blinda.

Farel mengalihkan pandangannya pada Audy yang pura-pura tidak mendengarkan percakapan mereka berdua.

Sesaat sesudahnya, mata biru itu kembali menatap wajah Blinda.

“Boleh, ya?” Blinda menaikkan alisnya.

Farel bergumam pelan. Namun, setelahnya seulas senyum tipis terukir di bibirnya.

“Rejeki anak nakal,” gumam Farel saat melihat Raffa yang berjalan menuju tempat parkir.

“Kamu ngomong apa, Rel?” tanya Blinda.

Farel menggeleng, “Nggak, nggak ada.”

“Raffa,” panggil cowok itu melambaikan tangannya.

Yang dipanggil menoleh, mengernyit sebentar dan berjalan ke sumber suara.

Blinda ikut menoleh ke belakang begitu juga dengan Audy.

“Apa?” tanya Raffa saat sampai di depan gerbang, kunci mobil yang menggantung pada jari telunjuknya masih ia putar seperti tadi.

“Anterin dia pulang,” ucap Farel mengendikkan dagunya ke arah Blinda.

Blinda mengernyit menatap Farel, “Kok, jadi, sama, si Raffa, sih? Kan, aku maunya sama kamu.”

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang