:: DUA PULUH ENAM

6.8K 498 86
                                    

“Farel,” seru seseorang dari kejauhan.

Keduanya hendak berjalan meninggalkan tempat itu. Namun, suara orang itu menghentikan keduanya.

Farel hanya menolehkan kepalanya ke belakang tanpa membalikkan badan begitu juga dengan Bagas.

Mata tajam Farel mengernyit.

Gadis dengan rambut sebahu itu berlari kecil ke arah keduanya. Dia berdiri tepat di depan dua cowok itu.

“Wihh, ada cewek nyariin kita, Rel,” bisik Bagas dengan kekehannya.

Memang dasarnya bisikan Bagas terlalu keras dan berhasil di dengar gadis di depannya. Gadis itu hanya tersenyum kikuk.

Farel menurunkan tangannya dari bahu Bagas.

“Berisik, lo,” Farel menatap sinis ke arah Bagas.

“Kenapa?” tanya Farel dengan ekspresi datarnya.

Gadis itu kini menatap Farel, “Eh, itu kalian dicariin, Bu Ratna. Ditungguin di BK, katanya.”

“Anjir, nyokap, lo nyariin, Rel,” ucap Bagas sambil menepuk jidatnya sendiri.

“Ngaco!” Farel kembali memukul kepala Bagas.

Cowok itu meringis kesakitan, “Sakit bego!” Bagas menatap tajam ke arah Farel.

Gadis yang sedari tadi melihat tingkah dua cowok itu terkekeh pelan, membuat Farel menautkan kedua alisnya menatap gadis di depannya.

“Kenapa ketawa?” tanya Farel datar.

Gadis itu bergeming. Bingung harus mengatakan apa sekarang. Lebih tepatnya karena dia takut. Ia lantas menggeleng pelan.

“Nama, lo Kinan, kan?” tanya Farel memastikan.

Gadis dengan rambut yang dibiarkan terurai itu mengangguk, sebenarnya dia juga tidak percaya jika Farel mengenal dirinya.

Aduh, siapa, sih, yang nggak mau dikenal sama most wanted kayak Farel? Berasa kayak mimpi. Oke, lupakan.

“Ayo,” Farel menyeret Bagas yang masih sibuk mengusap kepalanya.

Bagas yang tersentak memelototkan matanya.

“Kita duluan, ya.” Pamit Bagas melambaikan tangannya pada Kinan.

Meninggalkan Kinan yang masih berdiri di tempatnya dengan pipi memerah karena gemas sendiri melihat Farel.

Farel dan Bagas kini menyusuri koridor, melewati ruang-ruang kelas yang mulai ramai karena bel masuk sebentar lagi berbunyi.

Bagas tersadar jika sahabatnya itu masih memegangi lengannya. Senyum jahil terlihat di wajahnya.

Cowok itu menghentikan langkahnya,  membuat Farel hampir terjengkang ke belakang.

“Anjirr, lo ngapain, sih?” sewot Farel membalikkan badannya ke belakang menatap Bagas yang terkekeh.

Farel mengangkat sebelah alisnya, “Ngapain, lo cengar-cengir gitu? Kesambet, lo?”

“Lo, bisa so sweet ternyata, Rel.” Bagas menaik-turunkan kedua alisnya.

Cowok bermata biru itu mengernyit dalam, berusaha mengartikan maksud Bagas, “So sweet apa?”

Bagas masih terkikik geli dan Farel yang melihat sahabatnya itu menjadi kesal.

“Lo kenapa, sih? Serem tau nggak.” Farel menatap sengit ke arah Bagas.

Bagas menatap lengannya, seketika Farel ikut menunduk mengikuti arah pandangan Bagas. Detik berikutnya Farel melepaskan lengan Bagas cepat.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang