SATU - First Meet

1.3K 165 83
                                    

***

Cerita ini hanyalah fiktif belaka dan merupakan 100% imajinasi author yang sama sekali tidak memiliki sangkut paut terhadap kehidupan nyata. Apabila terdapat kesamaan nama, tempat, dan situasi, hal itu adalah kebetulan yang tidak dapat dihindari.

Happy reading, jangan lupa vomment kalau suka ^^

***

Semua cerita ini bermula enam tahun lalu. Masa-masa di saat semua orang hidup dalam ketidaktahuan sehingga terperangkap dalam kehidupan yang semu. Andai saja waktu bisa berputar kembali, jalan mana yang akan kamu pilih?

Akankah kamu menyesal bertemu denganku? Atau justru aku yang menyesali pertemuan kita?

-Rafael Sridjaja-

***

Belitung Timur, 5 Mei 2015

Malam itu adalah malam yang sangat melelahkan bagi seorang Rafael Sridjaja. Semua dokumen dan pekerjaannya yang menumpuk baru ia selesaikan tepat pada pukul setengah dua belas malam. Tadinya ia berpikir ia mungkin akan pulang ke rumah dinas dengan taksi, akan tetapi saat ia keluar dari ruang kerja dan bersiap pulang, ia menemukan supir dinasnya -Atma sedang tertidur di sofa ruang tamu kantor Bupati.

Malam itu, Rafael tertidur di mobil dan membiarkan Atma menyetir dalam keadaan hening dan hanya ditemani oleh suara radio dan suara binatang malam dari luar jendela mobil.

Pencahayaan jalan yang remang-remang dan suasana jalan raya yang terlampau sepi, membuat Atma merasa sedikit merinding terutama saat mobil yang ia bawa melintasi sebuah perkebunan yang minim penerangan. Kiri, kanan, depan, belakang benar-benar gelap gulita dan hanya diterangi oleh lampu sen mobil miliknya. 

Di saat-saat mencekam seperti ini, Atma lebih memilih mendengar atasannya mengoceh tidak keruan -mulai dari bedak Krisdayanti yang tebalnya tujuh lapis, lambatnya laju pertumbuhan ekonomi di Belitung, sampai kasus sengketa tanah yang sedang marak di BelTim (Belitung Timur- ketimbang harus menghadapi suasana angker seperti ini sendirian. Atma merasa membahas tentang politik yang tidak ia mengerti akan jauh lebih baik daripada diam seorang diri di tengah-tengah sarang hantu.

"Lain kali kalau kamu lewat sini, lebih baik hati-hati, At. Di sini penunggunya itu banyak, apalagi di tanah kosong itu setannya yang paling seram," kata Rafael suatu siang saat mereka melintasi tanah kosong di samping perkebunan.

"Lho, kenapa pak? Setannya itu yang berinsial K ya, Pak?"

"Bukan," Rafael menjawab dengan ekpresi tenang, dan beberapa saat kemudian ia tertawa. "Transgender. Jadi hati-hati ya, dia suka banget sama jejaka hitam manis seperti kamu."

Sejujurnya, seumur-umur Atma bekerja sebagai supir dinas, baru kali ini ia mendapatkan atasan yang masih muda, super tampan, tegas, berwibawa, sangat berdedikasi terhadap pekerjaan, dan murah hati seperti Rafael, meskipun kadang atasannya yang satu itu terlalu sering membuatnya jantungan, salah satunya karena atasannya tersebut memiliki kemampuan untuk melihat makhluk halus.

Atma menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan ucapan Rafael beberapa waktu lalu yang berputar-putar  di dalam benaknya, akan tetapi bukannya ucapan Rafael itu menghilang, bulu kuduknya justru semakin meremang ketika mendengar suara kemayu yang sepertinya berasal dari luar mobil.

Atma menguatkan hatinya untuk mengedarkan pandangan ke sekelilingnya dan ia tidak menemukan apa pun di sana. sekitar sana. Rasa takut itu semakin memuncak, dan ia mulai memanjatkan doa agar setan transgender yang pernah diceritakan Rafael bisa jauh-jauh darinya. Akan tetapi sepertinya setan yang satu ini benar-benar kebal meskipun Atma sudah memanjatkan doa dengan sangat khusyuk dan tulus dari dasar hatinya yang teramat dalam, karena tiba-tiba saja ada sebelah tangan yang dingin menyentuh pundaknya dan membuat pria bertubuh bongsor itu menjerit histeris dan spontan menginjak rem.

FUGOSTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang