***
Seorang pria berusia empat puluhan diseret oleh dua orang berpakaian hitam keluar dari dalam lift barang ketika mereka tiba di lantai empat puluh. Pria itu memberontak dan berteriak sejadi-jadinya meminta pertolongan, namun tidak ada satu orang pun yang mendengar teriakannya.
"Hey, di sini itu lantai empat puluh. Hanya ada anggota dari Bintang Naga Emas yang ada di sini. Kau pikir karyawan di bawah sana akan mendengarmu, hah?" Salah seorang pria berpakaian hitam mencengkram dagu pria itu kuat-kuat, memberinya peringatan. "Kalaupun mereka mendengar, aku jamin mereka tidak akan berani menolongmu."
Lamdani Group memiliki empat puluh satu lantai. Lantai empat puluh digunakan sebagai tempat perkumpulan bagi organisasi Bintang Naga Emas, sementara lantai empat puluh satu adalah atap gedung yang biasa digunakan para anggota mafia itu untuk nongkrong, merokok, dan bersantai. Mereka akan menaiki lift barang yang sengaja dibuat terletak di belakang gedung untuk sampai ke tempat perkumpulan mereka.Karyawan kantor biasa tidak akan bisa menaiki lift barang tersebut karena hanya anggota organisasi yang memiliki kartu akses untuk menaiki lift.
"Bos, mau diapakan dia ini?" Seorang pria bertubuh paling besar dengan codet di wajah bertanya kepada pimpinannya yang tengah duduk membelakangi tawanan mereka.
"Jadi dia orangnya?" Pemuda yang dipanggil dengan sebutan Bos itu melirik sosok pria paruh baya itu dari pantulan cermin di tangannya. Pria itu tampak sesungukan dan gemetar.
Sulit dipercaya bahwa pria pengecut seperti ini yang telah menganiaya salah satu anak buah kesayangannya - Oha sampai kepalanya bocor dan tangan kiri patah.
Sesungguhnya insiden itu terjadi hanya karena dipicu masalah kecil. Oha malam itu sedang duduk di depan sebuah kedai untuk merokok. Tidak lama kemudian datanglah pemilik kedai yang mabuk-mabukan. Karena mengira ada preman yang ingin membobol kedainya, tanpa babibu lagi, pria itu langsung menyerang Oha yang tanpa persiapan.
"Sungguh tidak kusangka. Yang membuat Oha sampai terkapar begitu hanya om-om mabuk begini," pemuda itu kembali berkata sinis, tanpa berniat memperlihatkan wajahnya kepada pria itu. Ia masih dalam posisi membelakangi 'tamu kehormatan' mereka.
"Saya tidak sengaja. Saya mabuk waktu itu, jadi..." Pria itu mencoba memberi penjelasan, namun Fugo sama sekali tidak memberinya kesempatan bicara.
"Patahkan satu tangan dan satu kaki," Fugo berkata dengan dingin sembari melirik Codet.
"Laksanakan, Bos!" Codet melirik pria tambun itu dengan seringai penuh arti yang menyeramkan. Ia kemudian mendekat kepada pria bernama Anton yang sudah merangkak mundur dengan gemetar.
"Tu..Tung.. Tunggu. Saya tidak sengaja. Kalian tidak bisa begini terhadap saya. Saya akan tanggung jawab. Mau uang? Saya berikan!"
"Cih, soal uang bos kita jauh lebih banyak daripada uangmu." Codet mencibir sinis.
"Saya sudah meminta maaf. Uang juga kalian tidak mau. Itu bukan salah saya. Lagian salah si botak itu kenapa dia berada di tempat yang salah."
Kali ini Fugo terpancing untuk menjawab ucapan Anton. Ia memutar kursi menghadap Anton dengan hoodie menutup kepala dan wajah ditutupi sehelai kain hitam.
"Jadi salah rekan kami berada di tempat yang salah ya?" Fugo menaikkan sebelah alisnya. Ia tersenyum di balik kain yang menutupi wajahnya. "Benar juga. Dia memang salah dan juga sial bisa tiba-tiba dihajar pemabuk."
Anton merasa terheran-heran karena tiba-tiba saja pemimpin dari para preman itu bisa mengalah. Tapi ia salah jika berpikir senaif itu, karena di detik berikutnya Fugo menoleh kepada Codet dan berkata, "Det, ubah rencana. Dua kaki, satu tangan, plus leher."
![](https://img.wattpad.com/cover/91598118-288-k986098.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FUGOSTINE
RomanceTerlalu banyak rahasia. Itu yang Rafael Sridjaja sadari sejak ia pertama kali mengenal Candice Lamdy. Selama ini wanita itu selalu berada di sisinya sebagai lelaki cantik bernama Sankhara. Candice berada di sisi Rafael dengan sebuah misi untuk meng...