SEMBILAN BELAS - Upset But Can't Hate

518 113 26
                                    

Halo semua! Rafael kembali!!!!! Klik tanda bintangnya ya.. xoxo

Salam sayang, Fey <3

***

"Gus, Gus. Mana berkas PT. Maju Mundur Anti Bangkrut? Ada di kamu kan?" Rafael yang belum lama tiba di kantor langsung melesat masuk ke salah satu ruangan tempat bawahannya yang bernama Agus berada tepat pada pukul delapan pagi.

Agus yang sedang mengopi ria dengan kaki di angkat di atas meja pun tersentak saat sosok atasannya berdiri di ambang pintu. Kopi di tangannya hampir tumpah karena ia berdiri dengan tergesa-gesa dan membungkuk kikuk karena canggung bercampur malu sehabis kepergok atasan.

"Nggak ada sama saya, Pak. Ada sama Sankha." Cicitnya segan yang hanya dibalas Rafael dengan anggukan singkat dan jawaban "Oke".

Agus menghela nafas lega sambil mengusap dadanya.

Selamat gue, batinnya. Ternyata hari ini mood atasannya sedang bagus. Biasanya jika ada yang tertangkap basah bersantai-santai walaupun baru terhitung 0 menit dari jadwal jam kerja, pasti orang tersebut sudah diceramahi pagi-pagi atau mendapat "sindiran maut' dari Rafael.

Tapi Agus tidak menyangka bahwa sikap cuek Rafael ternyata hanya bertahan selama lima detik, karena di detik ke enam, tiba-tiba saja tanpa ia duga, Rafael tiba-tiba kembali ke ruangannya dan menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

"Ada yang kelupaan, Gus. Kakimu diangkat kurang tinggi. Nggak sekalian ditaruh di atas lemari?" Tanyanya sambil tersenyum misterius dan kali ini ia benar-benar berlalu dari sana, meninggalkan Agus dan para rekan seruangannya terdiam, terpana, dan ternganga di saat yang bersamaan.

Oke, Agus dan kawan-kawan salah tafsir. Mereka semua hanya saling berpandangan satu sama lain dan sama-sama sepakat dalam hati kalau atasan mereka lebih baik blak-blakan seperti biasa dibandingkan tersenyum misterius seperti itu.

Sementara itu Rafael yang baru saja keluar dari ruangan Agus, berpapasan dengan Sankhara yang baru saja keluar dari toilet. Seorang bapak-bapak berkumis tebal persis seperti tukang sate bernama Budiman yang sejak tadi mengekori Rafael pun menunjuk Sankhara dengan antusias seolah baru saja menemukan mata air di gunung yang tandus.

"Panjang umur, Pak Rafa. Itu dia Sankha," Pak Budiman berkata dengan berbinar-binar, membuat Sankhara menoleh ke arah mereka karena merasa dibicarakan.

Dan sekarang baik Sankhara dan Rafael sama-sama saling bertatapan. Namun sebelum Sankhara sempat menanyakan apa maksud Pak Budiman memanggil namanya, Rafael dengan dinginnya berjalan melewati Sankhara dan berkata, "Bud, kamu minta berkasnya lalu kasih ke saya."

Sankhara sampai berpaling mengikuti arah pria itu pergi, namun seperti yang sudah ia duga, Rafael sama sekali tidak menoleh sedikitpun.

***

Semalaman suntuk Sankhara tidak bisa tidur pasca Rafael membongkar identitasnya sebagai seorang wanita.

"Ketimbang marah, aku lebih merasa kecewa. Tidak pernah kusangka, perasaanmu padaku akan sedangkal itu."

Kemarin Rafael hanya mengatakan sepatah kalimat itu dan pergi meninggalkan Sankhara begitu saja. Sankhara yang tadinya ingin pergi setelah semuanya terbongkar, entah mengapa tidak bisa menggerakkan kakinya untuk keluar dari rumah itu. Tadi pagi Rafael berangkat pagi sekali tanpa menunggu Atma datang menjemput, sehingga Sankhara terpaksa datang berdua dengan Atma ke kantor. Tapi melihat sikap Rafael tadi pagi, gadis itu tidak bisa tinggal diam. Ia bersikeras menemui Rafael walaupun Rafael menghindarinya dan ia akan tetap menemui pria itu walaupun ia tahu pada akhirnya ia akan diusir, seperti yang sedang terjadi sekarang...

FUGOSTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang