***
Vote dan komennya dulu ya. Happy reading ^^
***
Apapun yang Sankhara katakan sekarang sudah tidak ada gunanya. Rafael sudah mengetahui semuanya, jadi apa lagi yang harus Sankhara lakukan?
Haruskah ia kembali berbohong kalau dia itu adalah lelaki tulen? Terus kalau sudah bohong, Sankhara harus ngapain? Haruskah dia lari ke tetangga sebelah dan mencium pipi ibu-ibu komplek agar rahasia bahwa dia adalah perempuan tidak terbongkar? Sepertinya tidak mungkin, jika ia sampai melakukannya, itu artinya harga dirinya sudah hancur lebur bagaikan butiran debu.
Lagipula tidak mungkin Rafael akan percaya begitu saja. Bisa-bisa pria itu makin curiga dan memaksa Sankhara untuk membuktikan bahwa ia adalah lelaki dengan cara bertelanjang dada. Itu sih sama artinya dengan Sankhara menggali kuburannya sendiri.
Setelah menimbang-nimbang dan berpikir keras, Sankhara akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Dia sama sekali tidak menundukkan kepala meskipun ia sendiri agak merasa ngeri dengan perubahan ekspresi Rafael. Dia tetap menatap langsung ke dalam mata Rafael dan bungkam seribu bahasa.
"Kenapa diam? Kehabisan alasan atau tidak punya ide lagi untuk kembali mengarang cerita?" Rafael tersenyum mengejek.
"..."
"Jadi tidak berniat mengaku ya?" Tanya Rafael. "Apa harus aku buktikan sendiri?" Tatapan Rafael mulai beralih turun ke dada Sankhara yang rata.
Seketika saja Sankhara melotot dan menelan salivanya. Ia sudah bisa menebak apa yang ingin Rafael lakukan. Sebelah tangan pria itu bergerak menangkap pinggangnya yang ramping dan sebelah tangannya lagi bergerak menyusup ke dalam kaos longgar yang Sankhara kenakan. Sankhara sampai merinding ketika jemari dingin Rafael membelai perutnya yang rata.
Saat sentuhan ringan itu terjadi, seketika saja insting wanitanya keluar secara alamiah. Dengan sekuat tenaga, didorongnya Rafael sampai punggung pria itu membentur tembok.
"Jangan macam-macam, Rafael." Sankhara berkata dengan nada memperingatkan. Ia memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangan. "Yang kamu lakukan ini pelecehan!"
"Apanya yang pelecehan? Bukankah kamu laki-laki? Saya hanya ingin memastikan langsung kalau kamu itu laki-laki," jawab Rafael.
"Kalaupun saya ini laki-laki atau bukan, kamu tetap tidak berhak untuk pegang-pegang saya," tukas Sankhara. Kemarahannya terhadap Rafael membuatnya secara spontan mengubah panggilan formal menjadi tidak formal terhadap Rafael.
"Saya juga tidak akan pegang-pegang kamu kalau kamu mau mengakuinya sendiri. Sepertinya kamu lupa ya? Kamu sedang berada di rumah saya, otomatis kamu adalah tanggung jawab saya. Saya harus memastikan bahwa 'tanggung jawab' saya ini punya asal usul dan gender yang jelas."
Sankhara menggigit bibirnya menahan kesal.
Rafael masih berdiri di hadapannya dengan ekspresi yang luar biasa sengak.
"Masih tidak mau mengaku kan? Kalau begitu biar saya pastikan lagi apakah kamu itu Candice atau Sankhara."
Usai mengatakan hal itu, Rafael kembali mendekati Sankhara, menyudutkannya ke tembok, mencengkram tangannya, dan menyingkap kaosnya secara paksa. Sankhara beberapa kali mencoba memberontak, namun sekuat apapun dia, ia tetaplah seorang wanita. Tenaga Rafael terlalu besar untuk bisa ia lawan.
Begitu tangan Rafael terasa mulai menyentuh korset yang ia pakai untuk menutupi dada, mata Sankhara membelalak. Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk memberontak dan akhirnya ia berhasil melepaskan diri setelah menendang lutut Rafael. Tapi tendangan seperti itu sama sekali tidak ada artinya bagi Rafael. Buktinya, pria itu masih bisa berdiri tegak tanpa merasa kesakitan sedikitpun.
![](https://img.wattpad.com/cover/91598118-288-k986098.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FUGOSTINE
RomanceTerlalu banyak rahasia. Itu yang Rafael Sridjaja sadari sejak ia pertama kali mengenal Candice Lamdy. Selama ini wanita itu selalu berada di sisinya sebagai lelaki cantik bernama Sankhara. Candice berada di sisi Rafael dengan sebuah misi untuk meng...