***
"Mau sampai kapan kamu begitu?" Tanya Rafael ketika Sankhara yang baru saja selesai mandi, keluar dengan pakaian lengkap dan dada yang rata.
"Saya sudah terbiasa, Pak." Jawabnya.
Sankhara kemudian mengambil segelas air di dapur, sementara tangan kirinya bergerak mengeringkan rambut dengan handuk.
Akan tetapi tanpa Sankhara sangka-sangka, Rafael yang sedang membaca koran di ruang tengah bangkit berdiri dan berjalan ke arahnya. Dan ketika pria itu sudah berada di hadapannya, ia menatap Sankhara dalam diam, membuat gadis itu merasa kikuk dan buru-buru menegak habis minumannya.
Dan yang membuat Sankhara makin shock lagi adalah: Rafael tiba-tiba mengambil alih handuk dati tangan gadis itu dan membantunya mengeringkan rambut.
"Eh, Pak. Nggak usah. Saya bisa sendiri."
Tapi Rafael menepis tangan Sankhara dan bersikeras untuk tetap mengeringkan rambut gadis itu. Melihat sorot mata Rafael yang menunjukkan bahwa pria itu sedang tidak ingin dibantah, mau tidak mau Sankhara menurut dan membiarkan pria itu melakukan apa yang ia mau meskipun Sankhara merasa risih.
"Pakai korset setiap hari itu menyakitkan. Kalau di rumah, jangan pakai lagi." Rafael berkata tiba-tiba.
"Sudah berapa kali aku bilang, jangan bicara formal ke aku jika kita hanya berdua saja?" Tanyanya lagi. Dan untuk kesekian kalinya, Sankhara hanya mengangguk dan bertindak sebagai pendengar yang baik.
"Lalu satu hal lagi," Usai mengeringkan rambut Sankhara, Rafael mengalungkan handuk di leher gadis itu dan betkata,"Keringkan rambutmu dengan benar. Meskipun sudah terbiasa sebagai laki-laki, jangan lupakan kalau kamu ini perempuan."
Sankhara mematung di tempat. Matanya mengikuti gerak punggung Rafael yang kian menjauh darinya. Mungkin ini terdengar lucu, tapi kalimat yang dikatakan Rafael barusan ternyata mampu membuat hati Sankhara menghangat karenanya.
Untuk pertama kalinya ia merasa dianggap.
Untuk pertama kalinya ia merasa bernilai sebagai seorang wanita.
Jadi bolehkah kali ini saja ia melanggar aturan? Bolehkah kali ini saja ia melupakan 'misi rahasianya' dan berada di sisi pria itu untuk beberapa waktu?
Sebelum otaknya menjawab pertanyaan tersebut, hati kecilnya sudah lebih dulu mengambil alih semua pergerakan tubuhnya. Semuanya terjadi begitu cepat, sampai ia tidak tahu lagi kemana urat malunya pergi ketika ia berlari dan memeluk Rafael dari belakang.
Tubuh Rafael membeku di tempat ketika merasakan sepasang tangan mungil melingkari pinggangnya. Ia cukup terkejut selama beberapa saat, sementara itu Sankhara mengutuk dirinya yang sudah dengan lancangnya memeluk Rafael seperti itu.
Nasi sudah menjadi bubur. Sankhara tidak bisa mundur lagi dan memperpanjang masalah ini lebih lama. Baik dirinya dan Rafael sama-sama tidak ingin berpisah. Ia bahkan tahu bahwa separah apapun kebohongan yang ia ciptakan, Rafael tetap tidak ingin mengusirnya. Jadi biarkan kali ini, ia mengikuti hati kecilnya dan mengeluarkan isi hati yang selama ini ingin ia sampaikan kepada Candice.
"Aku minta maaf, El." Suara Sankhara terdengar sangat pelan, tetapi Rafael bisa mendengarnya dengan sangat jelas.
"Maaf untuk apa?" Tanya Rafael, meskipun ia tahu jelas apa jawaban dari pertanyaan yang baru saja ia lontarkan.
"Untuk kebohongan aku tentang Candice, tentang aku yang pura-pura jadi laki-laki, tentang aku yang nggak bisa cerita semuanya ke kamu. Maaf."
Rafael menengadahkan kepalanya, menghela nafas dan akhirnya berkata, "Kamu tahu, Dis? Aku sempat kecewa karena dimatamu aku ternyata bukanlah orang yang bisa dipercayai. Tapi belakangan ini setelah aku pikir-pikir lagi, jika aku tidak memancingmu untuk menceritakan tentang 'adikmu', dan kamu tidak muncul sebagai Candice, selamanya aku tidak akan tahu siapa nama aslimu."
![](https://img.wattpad.com/cover/91598118-288-k986098.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FUGOSTINE
RomanceTerlalu banyak rahasia. Itu yang Rafael Sridjaja sadari sejak ia pertama kali mengenal Candice Lamdy. Selama ini wanita itu selalu berada di sisinya sebagai lelaki cantik bernama Sankhara. Candice berada di sisi Rafael dengan sebuah misi untuk meng...