6

2K 247 29
                                    

Kirrin Art School.

Guru berambut pirang itu berjalan menyusuri koridor sekolah. Sesekali tangannya yang memegang buku yang digulung mengayun ke kepala para siswa yang masih berkeliaran di koridor. Namun bukannya takut, anak-anak itu malah tertawa mengejek dan sukses membuat guru bermarga Yook itu mendesis.

"Dasar anak-anak jaman sekarang," cibirnya. Di tangannya yang lain terdapat sebuah map hitam.

Ruang Direktur & Kepala Sekolah.

Yoo Sungjae membenarkan kerahnya sambil menarik napasnya dalam-dalam sebelum mengetuk pintu coklat itu.

Tok. Tok.

"Masuk!"

Sungjae kembali menarik napasnya dalam-dalam, kemudian menghembuskannya lewat mulut. Setelahnya, tangannya terulur untuk membuka gagang pintu.

Ceklek.

Dia menyembulkan kepalanya terlebih dahulu. Setelah pandangannya menemukan seorang pria yang sedang berdiri membelakanginya- menghadap ke arah jendela- dia baru masuk ke dalam ruangan itu.

"Apakah anda mencari saya, Pak?" Tegur Sungjae setelah berada di depan meja pria itu.

"Iya. Apakah kau membawa pesananku?" Tanyanya tanpa menoleh.

"Ne. Ini saya bawakan." Sungjae bermaksud menyerahkan map hitam itu.

"Letakkan di meja saja," pintanya.

Sungjae pun kembali mengecek isi map itu sebelum menyerahkan. Dokumen data siswa Kim Mingyu, S.Coups, Kim Yoo Jung, Kim Saeron, dan Kim Hanbin. Entah untuk apa.

"Apa ada yang anda butuhkan lagi?"

"Nanti sore pergilah ke Incheon dan jemput guru baru kita!"

"Ne?" Pekik Sungjae. Guru baru siapa?

Namja itu akhirnya menoleh. Kim Myungsoo, direktur dan kepala sekolah termuda yang pernah menjabat di Kirrin Art School. Belum genap dua bulan pria itu disini dan Sungjae masih merasa asing denganya.

Myungsoo mengambil sesuatu dalam lacinya dan menyerahkannya pada Sungjae. "Lee Rian. Berikan ini padanya." Sebuah kalung liontin dengan logo K didalamnya.

" Sebuah kalung liontin dengan logo K didalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungjae menerimanya. Sejenak dia terlihat kagum dengan penampakan kalung logam itu. Ini dia, pikirnya. Kalung pusaka Kirrin. Ternyata selama ini disimpan tuan Myungsoo.

"Pastikan kau benar-benar membawanya kemari!" Ada nada keharusan dalam suara namja berumur 34 tahun itu. Sungjae mengernyit. Siapa Lee Rian? Apakah dia begitu hebat?

"Tapi tuan, aku tidak tahu seperti apa orangnya." Sungjae menggaruk tengkuknya. Maklum dia berasal dari kampung, yah, sedikit kudet.

Myungsoo terkekeh pelan. Alis Sungjae naik. Ini pertama kalinya dia melihat atasannya itu tertawa. Tersenyum pun jarang. "Carilah wanita dengan pakain serba hitam, topi hitam, dan eye-liner tebal! Pastia dia."

Sungjae mengangguk. "Baiklah. Kalau begitu saya permisi," pamit Sungjae.

"Tunggu!"

Sungjae menoleh.

"Iya, pak?"

"Tidak perlu memanggilku pak. Panggil Hyung saja."

Lagi-lagi Sungjae hanya mengangguk. Dia pikir atasannya ini menyeramkan. Tapi cukup ramah juga ternyata. Walau penampakannya terlihat misterius.

"Siapa nama gadis diantara dua siswa itu?" Myungsoo mengedikkan dagunya ke arah halaman sekolah. Sungjae mengikuti arah pandangnya dan melihat melalui jendela kaca besar itu.

"Oh. Dia hanya siswi yang terkadang sering berulah, Kim Sohyun," jelas Sungjae tanpa minat. Tentu saja, sudah dua tahun ini Sungjae menjadi wali kelasnya. Dia mengenal betul sosok Sohyun.

Kim Myungsoo hanya mengangguk. Ekspresinya sulit dibaca.

"Baiklah. Kau boleh pergi." Sungjae membatalkan niatnya untuk bertanya karena dia sudah berbalik untuk memunggunginya.

Aneh. Pikir Sungjae saat tak sengaja melihat smirk di bibir atasannya.

***

"Bagaimana syutingnya?" Tanya S.Coups sambil menyeruput es teh di tangan kiri Sohyun. Sementara Sohyun yang ditanya sedang menggigit sepotong hamburger ditangan kanan S.Coups. Dan di samping kanan Sohyun ada Mingyu yang asik dengan buku bacaan ditangannya.

"Seperti biasa. Melelahkan," jawab Sohyun sambil mengunyah makanannya.

"Bagaimana dengan Yoo Jung?"

Begitu mendengar nama Yoo Jung, Sohyun mengeluarkan tatapan horornya pada S.Coups sambil menjauhkan es tehnya yang akan diminum S.Coups lagi.

"Iya. Iya. Aku tidak akan tanya lagi. Begitu saja marah." S.Coups mencoba meredakan emosi Sohyun dengan mengeluarkan aegyo andalannya. "Ice tea juseyo," pintanya manja.

Tapi Sohyun terlanjur kesal. Dia bahkan tak mau menatap S.Coups yang tengah menggodanya.

"Oh itu mereka!" Pekik S.Coups tiba-tiba.

"Aku tidak akan tertipu," dengus Sohyun. Ah, itu pasti hanya akal-akalan S.Coups.

"Bobby dan Kim Yoo Jung berjalan bersama?"

Mendengar nama Bobby disebut, Sohyun langsung menoleh ke arah gerbang sekolah.

Dan sial! Bobby dan Yoo Jung memang berjalan beriringan. Aish! Mata Sohyun mulai terasa perih dan dia memukul dadanya pelan.

Ketika Sohyun terfokus pada dua anak manusia itu, S.Coups mengambil kesempatan meminum es teh Sohyun sampai habis karena dia sedang kepedasan.

Merasa diperhatikan, Bobby dan Yoo Jung kompak melihat ke arah Sohyun dan kawan-kawan. Dan damn! Mereka berdua juga kompak tersenyum ke arah Sohyun seolah menyapanya.

"Sialan!" Pekik Sohyun sambil berdiri. Membuatnya diperhatikan oleh Bobby, Yoo Jung, dan beberapa murid lainnya.

Aku, Kim Sohyun. Matilah kau!

-TBC-

Ini sudah lebih panjang ya. 700 kata :-p

Dream High 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang