55

1.5K 230 60
                                    

Sebelumnya ku ucapkan terima kasih atas dukungannya pada cerita ini dan kesabaran kalian menunggu update cerita.
Awalnya aku buat cerita ini cuma sebagai hiburan di waktu senggang aja sih, tapi realitanya semakin kesini akunya malah gak konsisten update karena berbagai faktor, terutama kesibukan di dunia nyata. Jadi gak bosen-bosennya aku mau minta maaf atas lamanya update dan mungkim udah jarang bales komen kalian. Kembali lagi ke tujuan awal cerita ini sebagai hiburan semata, kalau pun aku gak bisa sering update, mohon dimaklumi ya 😅😄

Dari yang selalu merindukan kalian
-Ice-

***

Langit telah berubah warna, tapi aku masih terjebak di sini seperti orang bodoh. Ku tatap lagi layar ponselku yang berwarna hitam. Jika tombol powernya ku tekan sebanyak ratusan kalipun layarnya tetap tak akan berubah warna.

Aku- Kim Sohyun, memang tak punya bakat melarikan diri. Bodoh! Sebelum kabur seharusnya kau membawa tasmu atau setidaknya beberapa lembar uang.

Argh! Aku kembali memegangi perutku yang entah sudah berapa kali berbunyi.

"Aku lapar," rengekku sambil menghentak-hentakkan kakiku. "Aku ingin pulang. Tapi aku tidak tahu ini dimana."

Ku edarkan pandanganku ke segala arah. Namun sejauh mata memandang, tak ada manusia satu pun. Yang ku lihat hanyalah padang ilalang dan beberapa rumput liar yang bergoyang-goyang tertiup angin sore, dan mereka malah menambah kekesalanku karena rasanya mereka sedang mengolok-olokku.

"Tuhan, apakah tindakanku terlalu jauh? Apakah semua ini adalah hukuman untukku? Tak bisakah kau mengampuniku sekali ini, saja. Ampunilah niatku yang ingin mengerjai Sae Ron dan..." Teringat lagi pertengakaranku dengan Mingyu. Arghh, lidahku kelu untuk mengakuinya. Sepertinya aku memang sedikit keterlaluan pada Mingyu, tidak seharusnya aku melampiaskan kekesalanku padanya. Tapi mau bagaimana? Nyatanya dia memang melukaiku dan aku berhak membalasnya.

Arghhh, menyebalkan. Aku paling benci jika menyangkut dilema dengan diriku sendiri.

Aku menjambak rambutku frustasi. Tak lama setelahnya aku mencium aroma tak sedap dari tubuhku sendiri, lebih spesifiknya di daerah ketiakku.

Sial! Aku belum mandi. Ditambah keringatku karena berlari terlalu jauh.

"Aku ingin pulang." Lagi, aku merengek.

Dan tak lama setelahnya aku mendengar deru mesin. Kedua mataku langsung berbinar. Sepertinya Tuhan mendengar doaku. Dari jauh ada sebuah mobil yang berjalan ke arahku.

***

"Maaf, sudah merepotkan anda," ucap Sohyun canggung pada tuan Kim Sunggyu. Beruntung Sunggyu saat itu lewat dan memberinya tumpangan. Sohyun merasa sedikit aneh memang, karena sudah beberapa jam dia di sana tapi tak ada seorang pun yang lewat. Tapi sudahlah. Yang penting dia bisa kembali ke Seoul.

Tidak hanya memberinya tumpangan pulang, tuan Kim Sunggyu mengajaknya mampir ke hotel yang dia tempati. Beliau memberi kesempatan Sohyun mandi dan bahkan membelikannya baju. Setelahnya mereka pulang dengan jet pribadi tuan Sunggyu.

Wow! Rasanya seperti memenangkan jackpot. Saking bahagianya Sohyun lupa dengan persoalan yang menimpanya.

"Pak Choi, antar kami ke asrama Kirrin," perintah Sunggyu pada supirnya.

"Ah, tidak perlu tuan. Aku bisa pulang naik bis. Turunkan aku di halte depan saja," tolak Sohyun sehalus mungkin. Enak sih diantar pulang sampai asrama, tapi itu terlalu merepotkan. Apalagi dia adalah orang asing.

Dream High 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang