34

1.4K 197 43
                                    

"Ku bilang aku sudah baikan. Kenapa wajahmu begitu? Jangan khawatir, aku tidak akan mati hanya karena pingsan di panggung," dumel Sohyun pada Mingyu.

Mingyu menghela napasnya lagi dan lagi. "Dokter harus memeriksamu lebih lanjut. Dia yang lebih tahu tentang kondisimu." Tangan Mingyu menarik lengan Sohyun agar dia kembali berbaring di ranjang rumah sakit.

"Ya. Apa kau tidak tahu bahwa harga kamar ini senilai dengan hotel bintang lima? Ck. Bisa-bisanya kau membawaku kesini padahal kita tidak punya uang. Aigo! Kepalaku pusing bukan karena terbentur lantai tapi memikirkan bagaimana kita bisa membayar tagihan rumah sakit." Sohyun memegangi belakang kepalanya yang berdenyut sambil mengamati kamar rumah sakit vip yang kini ditinggalinya.

"Bukan aku yan membayar. Pihak sekolah yang melakukannya," jawab Mingyu.

"Mwo! Yak Kim Mingyu!" Satu pukulan mendarat di lengan Mingyu.

"Kenapa kau memukulku?" Bentak Mingyu kesal.

"Karena kau bodoh. Pihak sekolah atau bukan, kita tidak bisa menghambur-hamburkan uang. Pokoknya aku ingin pulang. Se-ka-rang," tuntut Sohyun. Dia bahkan sudah melepaskan selang infusnya sendiri.

Dasar keras kepala.

¤¤¤

Kim Myungsoo bermaksud menelpon pihak rumah sakit tempat Sohyun dilarikan untuk menanyakan tagihan, bagaimanapun salah satu siswinya kehilangan kesadaran saat mengikuti kegiatan sekolah. Merepotkan saja. Namun dahi Myungsoo sedikit berkerut sekarang, pihak RS mengatakan bahwa tagihan itu telah dibayar seseorang. Tapi siapa?

"Rian-ssi!" Panggil namja itu saat Rian berjalan melewatinya. Rian hanya tersenyum kecut menanggapinya, dia bermaksud mengabaikan panggilan itu namun Myungsoo mencengkram lengannya dengam kuat.

"Kau gila! Kita sedang di sekolah. Lepaskan!" Ronta Rian, tapi Myungsoo tetap menyeretnya menuju ruangannya. Untung saja ruang guru masih kosong.

"Ada apa denganmu, eo?! Kenapa kau jadi pembangkang seperti ini!" Myungsoo menghempaskan tubuh Rian ke sofa.

Rian merintih sambil tersenyum pahit. Myungsoo masih sama kasarnya seperti saat mereka berpacaran dulu. Siapa yang tahu bahwa sosok dingin dan berkarisma sepertinya terkadang bisa berubah menjadi monster dan malaikat di waktu yang bersamaan.

"Gwenchana? Apa aku melukaimu? Mian." Myungsoo mencoba mendekati Rian untuk melihat keadaannya, tapi yeoja itu menghindar dengan berdiri dan menjauh dari sofa.

"Dengar, Pak Direktur. Saya bukan lagi kekasih anda, tapi guru di sekolah anda. Jadi tolong hormati saya sebagai guru!" Tegas Rian. Jujur dia masih sakit hati bahwa alasan Myungsoo menjadikannya guru di sini adalah agar bisa menikahinya. "Jika anda tetap memperlakukan saya seperti ini, lebih baik saya berhenti dari pekerjaan ini."

Bukannya khawatir dengan ancaman Rian, Myungsoo malah tertawa- membuat Rian terpaku di tempatnya. Kelengahan Rian membuat Myungsoo bisa mendekap wanita itu ke dalam pelukannya. "Ada apa denganmu, chagi? Apa kau itu remaja yang sedang pubertas? Sebentar lagi kau bisa menyandang status nyonya Kim Myungsoo." Lagi-lagi Myungsoo berujar dengan lembut, membuat Rian cukup terbuai ke dalam rayuan. Namun itu tak bertahan lama karena Rian tiba-tiba mengingat suatu hal,

"Hentikan omong kosongmu! Kau bahkan masih mencari putri dari cinta pertamamu, lalu kenapa kau berniat menikahiku? Jika kau hanya ingin menjadikanku bayangannya, jangan berharap aku masih mau berada di sampingmu. Jangan lupakan, aku akan segera menyerahkan surat pengunduran diriku," tolak Rian. Sekali lagi dia melepaskan kontak dengan Myungsoo, lalu berjalan menjauh darinya.

Dream High 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang