46

1.3K 198 36
                                    

"Kami ingin kau menjadi pasangan promnight kami," ucap Jungkook dan Suga bersamaan.

Mwoya? Ada apa ini? Seumur-umur aku belum pernah diajak dua orang sekaligus ke pesta promnight. Mingyu saja biasanya aku yang mengajak.

"Mau kan jadi pasanganku?" Tanya Jungkook.

"Jangan dengannya! Denganku saja," tawar Suga.

Mereka berdua seolah memperebutkanku.

"Oh--" aku mengibaskan rambutku. Bibirku hampir saja tak kuat menahan senyum. Duh, kenapa jantungku berdebar begini. Senangnya bukan kepalang karena ada yang memperebutkan.

Mereka berdua masih berdebat.

Eothokaji? Apa aku harus menerima mereka langsung- memilih salah satu keduanya atau bersikap jual mahal dulu? Tidak lucu kan aku langsung meng-iyakan ajakan mereka? Nanti aku dikira gampangan.

"Bagaimana? Kau sudah memutuskan?" Tuntut Jungkook.

"Ayolah! Pilih saja salah satu dari kami atau dua-duanya juga boleh. Ingat, populasi laki-laki di study tour ini lebih sedikit daripada wanita. Bisa-bisa kau nanti tidak dapat pasangan, loh." Suga menaik-turunkan alisnya.

"Kau gila! Mana bisa aku mengencani kalian berdua. Aku bisa mati diterkam oleh para wanita." Aku menghela napas. Benar juga kata mereka, jika tak ada yang mengajakku ke promnight bisa gawat. Aku benar-benar akan terlihat jomblo. Eotokhe?

"Kau boleh memikirkannya dulu. Kami tunggu jawabanmu besok pagi saat sarapan, bagaimana?"

"Ok. Deal."

¤¤¤

Malam ini sepertinya aku bisa tidur dengan nyenyak, ya walaupun harus sekamar dengan Kim Yoo Jung. Aku tak perlu memikirkan dengan siapa lagi harus datang ke promnight. Dan tentang Kim Yoo Jung, aku bisa menganggapnya tidak sekamar dengannya.

Saat ini kami sedang dikumpulkan untuk mendengar beberapa ceramah dari guru-guru kami, selanjutnya penjelasan kegiatan untuk tiga hari ke depan.

Ya, bisa dibilang acara yang sesungguhnya dimulai besok pagi.

Acara selesai. Kami diberi waktu bebas sampai jam 10 malam.  Saat jam 10 kami harus kembali ke kamar masing-masing. Dan sialnya! Aku yang bertugas berkeliling untuk memastikan semua anak sudah masuk ke kamarnya.

Aku duduk di ayunan, menikmati udara malam yang sejuk. Ponselku kembali berdiring, Penulis Ma menghubungi. Ngomong-ngomong dia adalah penulis yang menggarap semua drama yang ku ikuti. Aku jadi teringat tawarannya untuk kembali berperan menjadi tokoh antagonis di dramanya.

Aku mengubah ponselku menjadi mode diam. Sudah ku bilang aku ingin sejenak lepas dari dunia entertainment. Sebenrnya naskahnya bagus, bahkan sejauh ini mungkin hanya drama ini yang begitu berkesan untukku. Tapi aku harus bagaimana, kakek menyuruhku untuk berhenti muncul di TV. Ditambah akan ada adegan ciuman dengan lawan main yang belum pernah ku kenal sebelumnya. Apa yang akan dikatakan kakek padaku? Lebih tepatnya apa yang akan dia lakukan jika dia tahu aku melakukannya? Terlebih ini ciuman pertamaku yang sesungguhnya. Hah, aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin menyerahkan ciuman pertamaku dengan cuma-cuma.

"Sial! Lantas bagaimana?"

Samar-samar aku mendengar suara seseorang.

"Arrasheo! Arasheo! Aku akan mengurusnya." Suara itu terdengar semakin jelas, ditambah suara langkah kaki. Sepertinya dia berjalan ke arahku.

"Berikan aku nomornya, aku akan menghubunginya." Dia berhenti bersuara begitu melihatku dan aku melihatnya. Ternyata Kim Hanbin. Kami berpandangan sejenak sambil dia menutup teleponnya.

Dream High 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang