0

5.1K 352 16
                                    

Aku menamparnya. Dan bunyinya menggema di koridor sekolah ini.

Apa aku bertindak terlalu jauh?

Tidak Kim Sohyun! Ini adalah tugasmu menjadi peran antagonis.

"Aku- Kim Sohyun adalah peran antagonis," ucapku dalam hati.

Perlahan sudut bibirku mulai terangkat. Ya, aku menikmatinya saat ini. Menatap kedua iris coklat itu dengan mengintimidasi.

Aku mulai maju selangkah untuk mendekati tubuh ringkihnya. Ku pandangi dia dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Yep, dia memang sangat cantik. Jauh diatas levelku.

"Mau apa kau? Akh!" Jeritnya ketika jari manisku menelusup di sela-sela rambut hitamnya. Aku tertawa renyah.

Apa aku sudah terlihat jahat?

"Ini hanya pelajaran karena kau berani merebut kekasihku nona," bisikku di telinganya.

"Jiwon maksudmu?" Tanyanya sambil merintih. Aku menggeram. Aku tidak suka dia memanggil nama laki-laki yang aku sukai. "Kau salah Goo Eun Byul-ssi! Jiwon sama sekali tak menyukaimu. Dan kami saling mencintai!"

Lagi-lagi aku menggeram. See! Dia sangat sombong bahkan ketika aku sedang menggilasnya. Dadaku bergemuruh. Ucapannya serasa menampar hati nuraniku. Dan itu adalah faktanya.

"Lepaskan aku Goo Eun Byul!"

Aku lengah sesaat dan--

Plak!

Sebuah hadiah mendarat di pipi kananku. Telapak tanganku menangkupnya. Pupil mataku melebar. Apa yang baru saja dilakukannya?

"Aku bukan lagi boneka Oh Ga Eun yang bisa kau mainkan sesuka hati!" Dia tersenyum mengejek. Hatiku semakin terbakar rasanya.

"KAU! BERANI-BERANINYA--"

Plak!

Aku kembali mengayunkan tanganku untuk memberinya pelajaran, namun sesuatu membentur pergelangan tanganku. Lebih tepatnya seseorang telah menahan lenganku. Sesuatu yang kuat namun terasa hangat.

Akamodasi di mataku semakin melebar begitu mengetahui pemilik telapak tangan besar itu.

"Jiwon," gumamku. Dia menatapku marah. Ya, jelas sekali jika dia marah padaku.

"Apa yang kau lakukan pada kekasihku?" Tanyanya disertai geraman. Dia mengeratkan cengkramannya dan berhasil membuatku merintih.

Sial! Ini sungguh sakit.

"Jadi kau lebih membelanya daripada sahabat kecilmu sendiri?" Tanyaku lirih. Pergelangan tanganku memanglah sakit, tapi hatiku terasa lebih sakit ketika mendengar kata 'kekasihku' yang ditujukan untuk wanita itu.

"Ya. Dia kekasihku sekarang. Dan kau-- bukan lagi temanku. Detik ini juga."

Dia menghempaskan tanganku kasar. Dia sungguh meruntuhkan bangunan yang selama ini ku bangun dengan kedua tanganku sendiri. Sebuah bangunan bernama cinta.

"Tapi kenapa? Apa yang bagus dari wanita miskin ini?" Aku tak menyerah. Ku tahan tangan Jiwon yang hampir memeluk wanita yang sedari tadi menangis itu.

"Setidaknya dia tak miskin hati sepertimu, Goo Eun Byul. Aku muak dengan sikap kasar dan congkakmu selama ini. Kau bukan lagi Goo Eun Byul yang ku kenal dulu. Kau adalah monster. Enyahlah dari hadapanku!"

Dia kembali mengibaskan tangannya dan sukses membuatku jatuh tersungkur. Entah kenapa air mata mengalir sangat deras dari tempatnya. Rasanya ratusan kali lebih menyakitkan ketika melihat orang yang ku cintai meninggalkanku seorang diri. Bahkan menoleh pun tidak. Langkahnya begitu kokoh ingin segera meninggalkanku.

Seperti inilah rasanya dicampakkan.

"Cut!"

"Oke! Kerja bagus semuanya!"

-TBC-

Dream High 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang