Dahi Chanyeol berkerut bingung saat melihat ibunya baru saja pulang dari perusahaan dengan raut wajah yang lesu.Sangat langka ditunjukkan.Langkahnya juga terlihat lemas.Ini tidak seperti biasanya.Ibunya masuk ke kamar.Chanyeol segera mematikan tv yang tengah menayangkan kartun Tom and Jerry,lalu beranjak dari sana dan mengikuti jejak ibunya.
Chanyeol mengetuk pintu kamar ibu dan ayahnya terlebih dahulu,baru membukanya secara perlahan.Ia melihat ibunya tengah duduk di pinggir ranjang sambil menutup wajahnya dengan tangan.Chanyeol menghampirinya dan mengambil duduk di sebelahnya.
"Eomma,wae?".Tanya Chanyeol menyentuh pundak ibunya.
Sontak Ibunya langsung menyingkirkan tangannya dari wajahnya.Ia menatap Chanyeol begitu dalam.Tangannya meraih tangan Chanyeol dan mengenggamnya erat.Chanyeol yang mendapat perlakuan seperti ini hanya melemparkan tatapan bingung."Mungkin kau akan kesulitan dengan ini semua,tapi bertahanlah".Ucap ibunya membuat Chanyeol semakin tidak mengerti ini semua.
"Maksud eomma?".
"Perusahaan appamu bangkrut Chan.Mungkin kita akan mengalami kesulitan".Dan perkataan itu seperti lelucon yang sangat lucu untuknya.Dia tidak percaya jika perusahaan ayahnya harus gulung tikar dan mereka akan jatuh miskin.Chanyeol ingin tertawa,tapi melihat betapa serius ibunya membuat ia tahu jika ini adalah kenyataan.Chanyeol sungguh sangat lemas sekarang,belum lagi ada rasa kesal di hatinya.Dia hanya tidak bisa memikirkan bagaimana kehidupan selanjutnya.Sorot mata Chanyeol langsung berubah menyiratkan rasa kecewa dan kedua bahunya turun.
"Kalau kau mau tetap enak,cari saja kekasih yang kaya.Itu akan sangat baik".Saran ibunya dengan raut wajah terlihat meyakinkan.Dia tidak bercanda,dia serius.Chanyeol melihat memadang wajah ibunya.Pikirannya berputar pada ucapan ibunya barusan,menimang-nimang apakah ia harus melakukannya atau tidak.
.
.
.The Second Bloom 14
.
.
."Jalang".
Telinga Chanyeol bisa mendengar gumaman itu.Di tangga ini hanya ada mereka berdua,jadi sudah pasti itu berasal dari bibir tipis namja pendek.Masih sambil menuruni tangga,Chanyeol sempat menoleh ke samping,namun selanjutnya dia kembali menatap depan dengan santai.Dia tidak tahu kenapa Baekhyun bergumam seperti itu,tapi Chanyeol tidak marah.Kenapa? Karena Chanyeol sama sekali tidak merasa tersinggung dengan panggilan itu.Dia sangat yakin jika gumaman itu bukan ditunjukkan untuknya.Yang ada di pikiran Chanyeol adalah mungkin Baekhyun hanya asal bergumam dan kebetulan Chanyeol sedang lewat.Dan juga,bukankah jalang itu untuk wanita murahan sejenis pelacur? Sementara Chanyeol adalah pria tampan yang digilai wanita.Dia bukan jalang,melainkan pangeran yang menjadi idola.Yah,begitu pemikiran si sombong Park.
Chanyeol berjalan di koridor kampus dengan gaya sombong yang sebenarnya memuakkan.Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya dan di wajahnya tertampang senyuman yang membuat beberapa gadis di sekitarnya memekik.Chanyeol memberikan kedipan mata yang mana pipi para gadis itu langsung bersemu merah.Chanyeol tertawa renyah seraya menggelengkan kepalanya tak percaya jika para gadis begitu terpesona padanya.
Tak sengaja Chanyeol berpapasan dengan Sehun.Keduanya hanya menatap satu sama lain dengan pandangan yang berbeda.Chanyeol hanya berdecih,lalu berlalu begitu saja melewati Sehun.Namja albino itu sendiri tak mau ambil pusing.Buat apa mengurusi hidup orang lain,toh tidak memberikan manfaat untuknya.Dia berjalan menuju perpustakaan kampus untuk kencan dengan kekasihnya,yaitu buku.Tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Bloom
FanfictionMeski Baekhyun terlalu aktif, konyol, ceroboh, dan cenderung dinilai unik, tetapi dia tetaplah manusia yang mempunyai rasa cinta. Dia begitu mencintai Chanyeol seperti tidak ada manusia lain di dunia ini. Hubungan mereka telah berakhir, namun untuk...