Semuanya aku pendam dalam hatiku tanpa bisa ku ungkapkan. Aku mencoba untuk berbagi cerita. Pada kertas yang basah, aku menuliskan perasaanku yang sebenarnya. Tentu kertas itu menjadi rahasiaku yang tidak akan diketahui. Aku terus menorehkan tinta. Kata demi kata untuk menjadi sebuah kalimat yang memang berasal dari hatiku. Setiap katanya, aku semakin mengingatmu.
Aku dan kau memang terlihat sama, namun bagaimanapun juga kita berbeda. Ketika aku ingin sesuatu tentang kita, apa kau merasakan hal yang sama? Apa keinginanku juga hanya bertepuk sebelah tangan? Aku penasaran. Atau aku tidak boleh tahu sama sekali karena itu adalah urusan pribadi? Kita sudah tidak terikat apapun lagi.
Aku sangat tahu satu kata yang menjadi status kita saat ini. Kata itu membuatku ingin mengulang waktu. Uangku banyak, tapi saat ini uang tidak berguna. Aku ingin sekali membeli mesin waktu. Memang sama sekali tidak ada harapan, tapi aku menginginkannya. Aku juga tidak mengerti keinginanku yang konyol. Dari semua yang ada, kenapa aku harus ingin itu?
Hari, bulan, tahun berlalu...
Sudah sejauh itu waktu berlalu. Kita sudah tinggal di kehidupan yang berbeda. Namun, kenapa aku masih berharap di hal yang sama seolah keinginanku di dunia hanya itu?Aku tidak...
Sekalipun tidak pernah terbesit bahwa itu akan mudah. Waktu terus berjalan ditemani oleh bayanganmu yang mengisi hari-hariku. Aku tidak tahu, khayalanku yang terlalu tinggi atau kau yang terlalu nyata sampai aku kesulitan untuk membedakan mimpi dengan kenyataan. Terkadang aku merasakan aku berdiri di waktu yang berbeda. Di waktu saat kita masih bersama. Aku selalu menerjapkan mataku untuk mengembalikan kesadaranku, namun itu susah. Aku terlalu menikmatinya meski itu hanyalah delusi. Itu terus terulang bahkan saat kita terpisah jauh oleh jarak seolah hatiku tertinggal padamu.Aku masih saja sulit untuk menahan apa yang bibirku ingin ucapkan.
"Aku merindukanmu." Itu gumamanku setiap hari.Aku tidak baik-baik saja.
Beberapa kali aku mencoba mencari kesibukkan. Namun pasti saja terbesit tentangmu. Helaan nafas keluar dari bibirku. Aku berpindah tempat, merasa tak dapat mengendalikannya. Aku mencoba sesuatu yang lain. Hasilnya tetap sama. Karena sebagian besar ingatanku terisi olehmu. Dan ingatan itu sama sekali tidak bisa kulupakan. 3 detik aku mencoba untuk melupakanmu, namun detik selanjutnya aku semakin mengingatmu.
Candaan ini sama sekali tidak lucu dan ucapan yang terlalu ringan. Aku hanya berusaha menutupinya. Aku terlihat baik-baik saja di keramaian dengan sifatku. Aku berpura-pura dengan selalu tersenyum dan bertingkah konyol. Sekali lagi, aku mencoba untuk tak memikirkan bayang-bayanganmu. Aku tak bisa menghentikan pikiran tentang kenangan terakhir kita. Semuanya berisi hati "hati-hati." Di saat terakhir kita saling peduli, sebelum akhirnya di detik berikutnya berpisah.
Aku tidak baik-baik saja.
Fiksinya aku benci, faktanya aku rindu.
-Baekhyun's Heart
.
.
.The Second Bloom 26
.
.
.Dua matanya yang indah seperti rembulan di luar sana terpejam untuk beristirahat. Baekhyun tetidur pulas dan wajahnya terlihat damai. Ia sedang berpetualang di alam mimpi. Namun secara perlahan bunga tidurnya menjadi sebuah mimpi buruk. Ia mulai bergerak gelisah. Dahinya mengernyit disertai keringat sebesar biji jagung yang mulai bermunculan. Dadanya terasa sesak membuatnya kesulitan bernafas. Dua belah bibir tipisnya terbuka untuk membantunya menghirup oksigen. Bibirnya menjadi pucat dan kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Bloom
FanfictionMeski Baekhyun terlalu aktif, konyol, ceroboh, dan cenderung dinilai unik, tetapi dia tetaplah manusia yang mempunyai rasa cinta. Dia begitu mencintai Chanyeol seperti tidak ada manusia lain di dunia ini. Hubungan mereka telah berakhir, namun untuk...