Chapter 14 : Di Diriku

2.8K 245 10
                                    

"Jangan lupa lusa ada kegiatan klub pecinta alam, naik gunung!" kata Vera sambil memasukkan beberapa barang ke dalam tas ranselnya.

"Naik gunung?" mata Zahra terbelalak lebar ketika mendengar kabar itu. "Yang benar?"

"Yaaa benarlah!"

"Wajib?"

"Wajib dong!" jawab Vera sambil berusaha menjejalkan beberapa baju ke dalam ranselnya. "Kita kan udah daftar di klub pecinta alam!"

Zahra tidak tertarik sama sekali dengan kegiatan seperti itu. Selain tidak punya keahlian, dia juga tidak mempunyai pengalaman naik gunung. Sebenarnya, dia hanya iseng memilih ekstrakurikuler. Dan kini ia harus menanggung batunya karena sering iseng. Ia harus mengikuti kegiatan yang sama sekali belum ia kenal.

"Lo takut?" tanya Vera menyindir.

"Sedikit," jawab Zahra lemas.

"Tenang aja! Ada kak Bagas dan kak Julian yang siap bantu lo!" kata Vera ketus.

Kali ini Zahra hanya diam karena ia sangat takut akan salah bicara yang nantinya akan melukai hati Vera.

-----00-----

Setelah salat subuh, Zahra bergegas memasuki bus jemputan bersama Vera dan Mimin yang stand by di kampus. Zahra duduk di antara Vera dan Mimin. Sementara Geo salah seorang panitia kegiatan ini, duduk di antara Julian dan Bagas.

Sesampainya di tempat tujuan, semua Mahasiswa pun keluar dari bus dan bergegas menghirup udara segar pegunungan. Sawah-sawah berjejer rapi di lereng gunung. Semua orang tampak menikmati pemandangan indah itu tidak terkecuali Zahra.

Zahra memejamkan mata. "Waaahhh! Segarnya!" ucapnya sambil merentangkan tangan dan menghirup aroma natural pegunungan.

Julian dan Bagas terpana saat melihat Zahra memejamkan mata dari kejauhan. Zahra tampak begitu manis bagi mereka.

"Zahra memang manis sekali!" pikir Julian yang sama dengan apa yang dipikirkan Bagas.

Tanpa basa-basi, perjalanan pun di mulai. Dengan peralatan yang lengkap, Zahra dan kawan-kawan melangkahkan kaki menaiki gunung tinggi yang sama sekali belum bisa mereka lihat puncaknya.

-----00-----

Setelah sampai di puncak gunung, semua kelompok bergegas mendirikan tenda. Masing-masing kelompok mengeluarkan tenda dari ransel. Lalu mereka meruncingkan beberapa kayu untuk menancapkan pondasi tenda yang terjuluri tali yang membuat tenda dapat berdiri tegap. Zahra dan kawan-kawanpun melakukan hal serupa. Tapi tenda yang Zahra, Vera, Mimin bangun selalu saja roboh lagi.

"Aduh! Gimana nih?! Roboh melulu!" oceh Zahra sambil terus memaku sepotong kayu runcing ke dalam tanah.

Tak terasa semua kelompok sudah selesai mendirikan tenda kecuali kelompok Zahra yang masih dengan tenda yang porak poranda. Melihat Zahra yang terjebak dalam kesulitan, Julian dan Bagas pun menghampiri kelompok Zahra. Tanpa basa-basi, mereka membantu kelompok Zahra mendirikan tenda hingga selesai.

"Please, God! Jangan buat gue salah tingkah di hadapan mereka," pinta Zahra.

"Terima kasih," ucap Zahra, Vera, dan Mimin setelah Julian dan Bagas menyelesaikan tenda mereka.

Julian tersenyum. "Gadis bodoh!" ucapnya sambil menepuk kepala Zahra dua kali. Lalu pergi.

Zahra tersenyum kecil sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak sadar bahwa Bagas masih memperhatikannya. Dan senyuman kecilnya itu membuat Bagas merasa cemas.

"Zahra tersenyum pada Julian? Apa dia menyukai Julian?" Bagas masih terbelenggu pertanyaan yang belum bisa ia pecahkan.

-----00-----

Wonderful Heart ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang