Chapter 16 : Cinta Kita

2.3K 200 4
                                    

14 Februari telah datang. Semua orang pasti sudah tahu itu hari apa. Hari itu adalah hari valentine. Di mana setiap pasangan kekasih saling menukar kado satu sama lain. Dan biasanya, kado valentine identik dengan coklat, bunga mawar, cincin, dan barang-barang lainnya yang sering dikemas dalam kotak merah atau pink dengan pita yang begitu mencolok.

Jam kuliah telah selesai. Zahra pun keluar dari ruangan kuliahnya. Ia agak terkejut ketika mendapati Julian sudah menunggunya di samping pintu ruangan kuliahnya.

"Ngapain Kakak di sini?" tanya Zahra yang bingung atas kedatangan kekasih barunya itu.

"Mana kadonya!" ucap Julian tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan Zahra.

"Kado? Kakak ulang tahun?" tanya Zahra dengan lugunya. "Bukannya Kakak lahir di bulan juli? Ini kan masih Februari!"

Julian menghela napas. "Ini hari Valentine!" Julian mengingatkan.

"Terus?"

Julian menghela napas lagi. "Lo harusnya kasih kado ke pacar!" kata Julian agak emosional.

Zahra tertawa terbahak-bahak sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. Julian masih bingung dengan apa yang ditertawakan Zahra.

Zahra mengulum tawanya. "Kakakku yang tecinta, umat muslim tidak merayakan Valentine!"

"Siapa bilang?!" tukas Julian. "Buktinya, Aisyah memberi Imron kado Valentine!"

"Pokoknya, aku nggak mau merayakan Valentine! Titik!" ujar Zahra manja. Lalu berbalik badan dan melangkah pergi dari hadapan Julian.

Langkah kaki Zahra semakin jauh. Sementara Julian mengikuti Zahra dari belakang. Lalu Julian memegang pergelangan tangan Zahra. Zahra terhenti. Ia menoleh ke belakang dan menatap Julian.

"Ada apa lagi?" tanya Zahra. Lalu menundukkan kepala dan menghindari pandangan mata Julian.

Julian menghempaskan tangan Zahra. "Apa lo benar-benar cinta sama gue?" tanya Julian yang sangat serius.

Zahra tiba-tiba menjadi gugup. Pipinya memerah. "Tentu saja aku cinta!" jawab Zahra mencoba menghilangkan kegugupan dengan nada bicaranya yang selalu ceria.

"Gue nggak suka pacaran yang seperti ini," ungkap Julian. "Gue pengen pacaran ala orang normal!"

"Maksudnya?"

"Gue sangat cinta sama lo! Tapi lo selalu aja menghindar dari tatapan mata gue!" ucap Julian begitu emosional.

"Aku nggak bisa terlalu lama memandang Kakak."

"Kenapa?"

"Au ah! Kakak kan udah tau alasannya," papar Zahra yang bicara serius kali ini.

Julian tertegun sejenak sambil memandang Zahra. "Gue ngerti! Maaf!" ujarnya lembut.

Zahra dan Julian memang sepasang kekasih yang saling mencintai. Tapi terjebak dalam hubungan yang bisa saja menjerumuskan mereka ke dalam lembah nista. Itulah sebabnya mereka selalu tidak bisa leluasa melampiaskan cinta mereka yang terhalang sekat-sekat aturan.

-----00-----

Sebelum Zahra berangkat ke kampus, ia menyempatkan diri untuk memasuki toko suvenir. Ia keluar dari toko sambil membawa sebuah kotak kecil yang entah berisi apa. Lalu Zahra memasukkan kotak kecil itu ke dalam tasnya.

Ketika Zahra di tengah perjalanan menuju kampus, ia terhenti ketika ia mendengar suara Mimin memanggil namanya. Ia menoleh ke belakang. Ia melihat Mimin berada dalam mobil Julian sambil melambaikan tangan padanya.

"Mimin?" Zahra agak bingung bagaimana bisa Mimin berangkat bersama Julian.

Julian memberhentikan mobilnya tepat di samping Zahra. Lalu Julian keluar dari mobilnya dan menghampiri Zahra yang masih berdiri di tepi jalan. Setelah itu Julian keluar dari mobilnya dan menghampiri Zahra.

Wonderful Heart ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang