Julian menghela napas lalu membiarkan Zahra masuk ke dalam ruangannya. Baginya, Zahra semakin cantik. Mungkin karena Zahra sekarang terlihat sedikit lebih modis dari sebelumnya.
"Nah, Zahra. Silahkan memperkenalkan diri," kata Pak Budi.
Zahra berdehem untuk menghilangkan kegugupannya. "Perkenalkan, nama saya Fatimah Azzahra. Biasa dipanggil Zahra."
Julian hanya mengangguk ringan. Ia juga tampak canggung berhadapan dengan Zahra. Betapa tidak? Zahra adalah wanita yang sudah lama ia ingin temui.
"Pak, saya permisi dulu. Ada beberapa pekerjaan yang harus saya kerjaan," pamit Pak Budi.
Julian hanya mengangguk ringan. Kemudian Pak Budi meninggalkan Julian dan Zahra sendirian dalam satu ruangan. Julian mengambil beberapa berkas lalu menyodorkannya pada Zahra.
"Silahkan kamu baca dulu berkas-berkas ini. Kalau ada yang tidak kamu mengerti, kamu bisa tanyakan saya," kata Julian.
"Baik, Pak," sahut Zahra lalu mengambil berkas-berkas itu. Kemudian kembali ke mejanya.
Beberapa hal mungkin dapat ia mengerti, tapi banyak yang tidak ia pahami. Ia harus ekstra hati-hati dalam memahami dokumen.
"Kenapa susah banget sih? Aku nggak paham!" keluh Zahra lalu menggaruk kepalanya.
"Saya kan sudah bilang, kalau ada yang tidak paham, kamu boleh tanyakan saya," kata Julian yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Zahra entah sejak kapan.
Zahra tersenyum malu.
"Bagian mana yang nggak kamu pahami?" sambung Julian kemudian mendekatkan tubuhnya ke arah Zahra.
Zahra menyodorkan beberapa berkas pada Julian lalu menunjuk bagian yang belum ia pahami. Julian pun menjelaskan dengan singkat dan jelas pada Zahra. Meskipun masih ada beberapa hal yang tidak ia pahami, Zahra tak berani bertanya.
"Eh sudah jam makan siang nih. Saya akan traktir kamu ke restoran depan perusahaan," kata Julian setelah melihat jam tangannya.
"Makasih, Pak," sahut Zahra sambil mengangguk sopan.
Aneh rasanya bila bekerja dengan mantan. Terlebih lagi, mantan itu kini menjadi boss Zahra sendiri. Jelas rasa canggung tentu ada di antara mereka berdua.
"Sudah lama ya, kita nggak makan bareng?" tanya Julian ketika memasuki lift. Rangkaian kalimatnya berubah non formal.
"Iya, Pak," sahut Zahra enggan.
"Kalau nggak ada orang, nggak usah bersikap formal ya. Aku nggak suka."
"Tapi-"
"Nggak ada tapi-tapian!" potong Julian cepat.
Berdua di dalam lift dengan Zahra membuat hatinya kembali berguncang dan mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, saat Zahra menyelamatkannya yang tengah sekarat di dalam lift.
"Aku nggak yakin bisa bersikap profesional sama kamu," ungkap Julian tiba-tiba. "Kamu itu mantanku. Dan aku mantanmu."
"Bagaimapun juga, kita berdua harus bersikap profesional."
"Tadinya aku menempatkanmu di posisi arsitek. Tapi karena keteledoran Pak Budi-"
"Nggak apa-apa. Aku senang mendapat kerja walaupun nggak sesuai dengan jurusanku." Kali ini Zahra yang memotong pembicaraan.
Sesampainya di restoran, Julian memesan 2 porsi lobster. Satu untuknya, dan satu lagi untuk Zahra.
"Jujur saja, aku senang bisa ketemu sama kamu lagi," kata Julian, membuat Zahra tercekat.
"Aku juga senang bertemu sama Kakak lagi." Zahra akhirnya menimpali walaupun sempat terdiam beberapa saat.
"Kamu udah nikah?"
Zahra menggeleng malu. Pipinya memerah.
"Kalau begitu, ayo taaruf!" ajak Julian tanpa basa-basi.
Rindu dalam dadanya sudah lama menggunung. Ia tak bisa menahannya lagi. Ia juga tidak bisa membayangkan Zahra dimiliki orang lain.
"Maksud Kakak?" tanya Zahra yang masih tak mengerti.
"Zahra, kita berdua sudah dewasa dan bukan anak kuliahan lagi. Kita sudah cukup matang untuk memikirkan pernikahan," jelas Julian.
"Maaf. Tidak bisa."
"Kenapa?"
"Penghinaan orang tua Kakak masih membekas sampai saat ini. Membayangkan jadi menantu mereka saja, aku sakit hati."
Zahra menenteng tasnya lalu beranjak pergi.
"Apa kamu masih mencintaiku?" tanya Julian, membuat langkah kaki Zahra terhenti.
![](https://img.wattpad.com/cover/100426991-288-k956321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Heart Zahra
SpiritualBerawal saat Zahra tidak sengaja tertabrak dengan seorang cowok bernama Julian Prasega yang merupakan idola kampus. Tabrakan itu membuat Flash disk penting milik Julian rusak sehingga Julian menuntut Zahra untuk bertanggung jawab atas file-file y...