17. rumah mommy

2.8K 127 13
                                    

Tanpa terasa sebulan lagi telah berlalu dengan cepat semenjak kejadian di Negara Swiss. persiapan pernikahan Jo dan Dea pun sudah mulai dipersiapkan jauh-jauh hari, walau masih 10-15%. Mami Dea dan Mommy Jo yang terlihat paling semangat membantu detail-detail keperluan mereka, biasa lah, ibu-ibu pasti heboh saat anak mereka akan melangsungkan pernikahan, padahal Jo dan Dea nya masih adem ayem menikmati masa-masa berdua mereka. Karena pada awalnya mereka memang dijodohkan oleh 2 ibu-ibu tersayang mereka, tapi hubungan yang mereka jalani saat ini seakan rancang secara tidak terlihat seperti dijodohkan.

Bukti mereka sedang berada dalam mode sayang sayangan ini nihh.. di kantor aja jaga jaraknya cuma "kalo inget" sisanya mereka habiskan di ruangan CEO Andrew Company.

"Jo, udah tentuin tanggal pernikahannya?" Dea memberi pertanyaan dari sofa yang dia duduki.

"Belom, kamu udah nyari tanggalnya?" Jo di balik meja kerjanya yang baru selesai menanda tangani berkas bersiap menghampiri Dea ke sofa.

"Aku pengen tanggal 22, bulannya September atau Oktober."

"Kenapa tanggal 22?"

"Karena ulang tahun kamu 20 Maret, dan aku 2 Juni. Kalo di gabung 20 sama 2 jadi 22, dan maret Bulan ke 3 dan Juni Bulan ke 6 kalo di gabung itu menjadi 9." Jelas Dea.

"Ternyata kamu udah nyiapin ya. Aku setuju sama usul kamu, kita ambil 22 Oktober." Tanpa berfikir Jo menyetujui usul Dea.

"Kok Oktober sih, kan Bulan 9 Bulan September. Tapi gapapa, makasih ya udah setuju." Jo mengacak rambut Dea dari tempat duduknya dan Jo langsung mendapatkan pukulan di lengannya.

"Aku langsung pulang ga papa? Kerjaan aku udah selesai."

"Yah, aku sendirian dong."

"Pulangnya nginep di rumah aja.. Oh ya Jo kayanya kalo di kantor kita jaga jarak dulu. Jangan tanya kenapa, aku blom bisa jelasin sekarang." Tiba-tiba Dea merubah topik.

"Apa aku punya salah?" Tanya Jo bingung.

"Engga sama sekali, Jo kamu percaya kan?" Dea menunjukan tangan kanannya yang terdapat cincin yang menandakan mereka berdua terikat dalam satu hubungan.

"Aku sangat sangat mencintaimu. Tapi ada alasan yang belum bisa di jelaskan, kamu bisa terima?" Kepala Dea tertunduk merasa bersalah.

"Bagaimana lagi, apa aku punya pilihan lain? Aku sangat percaya kamu melebihi apapun, jangan kamu sia-siakan kepercayaan aku ini." Jo menatap dalam kedalam manik mata Dea.

"Aku tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Jo ini hanya di kantor, tidak di rumah atau di luaran, tapi termasuk makan siang seperti ini mungkin ini yang terakhir kita makan siang bersama." Dea menatap Jo dengan sendu.

"Oke, deal. Tapi aku punya satu syarat." Jo menatap Dea.

"Diusahakan kalau ga yang macam-macam."

"Ga boleh deket-deket cowo lain kalau kamu ga ada di sebelah aku. Janji?" Jo mengacungkan jari kelingkingnya mengajak Dea untuk Pinky swear.

"Janji." jawab Dea penuh keyakinan sambil mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Jo.

°^°

Dua minggu berlalu dengan sangat lama, Jo dan Dea jarang berkomunikasi langsung di kantor, tapi bukan Jo jika tidak punya cara lain pasti punya jalan lain untuk berkomunikasi dengan Dea, setiap satu jam atau dua jam sekali Jo mengirim pesan pada Dea dan Dea dengan cepat membalas pesan Jo. Sebenarnya Dea juga ga pengen kaya gini, tapi keadaan yang mengharuskan Dea bertindak seperti ini. Tapi dari sini mempunyai sisi yang menguntungkan, Jo jadi lebih sering menginap di rumah Dea, begitu juga Dea, sering menginap di rumah Jo, Baju Jo di rumah Dea pun semakin menumpuk di lemarinya, parfum yang dia belikan beberapa waktu lalu pun sudah setengahnya terpakai, begitu pun dengan baju Dea, setengah lemari Jo habis terpakai oleh baju-baju Dea. Jo dan Dea memang tidur di kamar yang sama atas seizin kedua belah pihak keluarga dan masih dalam pengawasan orang tua.

My Choosey BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang