Dea p.o.v.
"Jadi?" tanya mamih.
"Jadi?" mengulang yang di ucapkan mami dengan nada yang sama.
"Ada apa kamu dengan Will?"tanya mamih.
"Sahabat." jawabku cepat.
"Kok ga pernah cerita ke mamih sih? Trus biasanya di ajak main ke rumah. Kok mamih ga pernah liat." mamih
"Pernah main kerumah kok mih, waktu Dea masih SMA, Dea juga pernah cerita ke mamih Dea sama Will emang deket." jawabku dan menampilkan senyum terbaikku.
Waitress dateng dan menaruh makanan pesanan yang di pesan Di atas meja.
"Ngobrolnya sambil makan aja ya." kata om Rafa.
"Kalian deket dari kapan?" lanjut om Rafa."Dari sd pah, cuma pas kuliah sampe sekarang kita lost kontak." jawab Will. Ada nada penyesalan yang dia tidak tunjukan, yang ditutupi oleh senyuman yang 4 tahun belakangan ini kurindukan.
Setelah itu tak ada yang buka suara lagi. Hening. Hanya ada suara sendok dan garpu yang beradi dengan piring.
"Will ke toilet dulu ya." kata Will yang langsung berjalan meninggalkan kami semua.
"Dea juga. Mau ke toilet dulu sebentar." kataku lalu bangkit dari kursi.
Setelah selesai dengan urusan toilet, gue keluar membuka pintu dengan sekali hentakan, di kejutkan oleh seseorang yang berdiri di sisi luar toilet, bertubuh tinggi, tegak, berotot, beralis tebal, mata coklat tegas, hidung yang mancung, rahang yang kokoh. Tangannya menyilang di depan dadanya.
"Hei. Kebiasaan ngelamun." katanya mengejutkanku yang sedang membayangkan wajahnya.
"Engga siapa yang ngelamun." kataku jutek.
"Ga usah bohong. Udah...gue mau ngejelasin kenapa waktu itu gue ga bilang apa-apa ke kamu." katanya yang mulai serius.
"Oke jelasin" kataku seraya menyilangkan tangan di depan dada.
"Waktu itu, gue memang rencana lanjut kuliah di luar, gue mau bilang saat itu tapi karna waktu itu kita sempet ribut kecil, dan di hari itu juga gue harus berangkat, jadi gue berangkat dengan hati ga enak. Sampe sana ternyata gue keilangan ponsel dan dompet, mungkin jatuh di bandara. Dan bodohnya gue.. Ga inget nomer lu." katanya penuh penyesalan.
"Kenapa ga coba minta maaf saat itu, sebenrnya.... Gue cuma pura-pura marah, supaya lu nyadar di diemin itu ga enak. Ya udah ga papa. dari kapan balik ke indo? " kataku
"Baru 2 hari yang lalu. Balik yu entar di cariin." katanya.
"Siapa yang mau nyariin kamu. Hahaha" kami tertawa bersama. Will merangkulku. Ada sesuatu yang menggelitik perutku. Entahlah, aku tidak terlalu memikirkannya.
Satu yang baru gue tau mama papa nya Will sahabatan sama mami papi. Dan hari ini ga nyesel gue ikut ke sini. Kalau nurutin kemauan gue tadi mungkin gue ga akan ketemu sama Will. Pokonya seneng benget hari ini..
°^°
Sekarang gue lagi nyiapin buat pergi besok. Nyiapin koper yang udah siap dan tas jinjing yang akanku gunakan nanti. Menyiapkan baju dan keperluan lain yang akan di pakai besok. Setelahnya gue langsung tidur. Karena akan berangkan jam 6 pagi akan take off jam setengah 8.
-
Kring kring
"Hoammm." ku arahkan tanganku ke nakas untuk memberhentikan jam beker yang sengaja di pasang tadi malam. Masih jam setengah 6. Setelah mengumpulkan semua nyawa ku turunkan kakiku menginjak karpet lembut di samping kasur dan langsung ke kamar mandi membersihkan tubuhku.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Choosey Boy
AléatoireBayangkan jika punya atasan yang banyak maunya, ga sabaran,cerewet, perfeksionis. Orang yang selalu berada di sampingnya untuk membantunya pasti sangat sabar dengan karakter seperti itu. ~ Jonathan Gerald Andrew, CEO tampan, sexy, perfect, mapan, k...