16. Quality time

2.2K 97 1
                                    

Jam sudah menunjukan hampir pukul 12 malam, 2 keluarga baru saja selesai dari aktivitas menyenangkan mereka telah sampai di hotel yang mereka percayakan untuk menjaga mereka dari dinginnya malam. 2 insan yang berbahagia dengan kelancaran proses melamar dan dilamarnya itu sedang mencoba memejamkan mata dikasur masing-masing. Besok, 2 keluarga sekaligus akan pulang kekediaman asal mereka, dinegara Indonesia.

Dea yang sedari tadi mencoba mencari posisi yang nyaman untuk tidur terus bergerak diatas kasurnya. Pagi hampir tiba, tapi Dea masih tak bisamemejamkan mata dengan sempurna. Akhirnya Dea memutuskan untuk memainkan ponselnya, karna biasanya bermain ponsel akan membuat Dea kantuk, tapi ternyata itu tidak berguna untuk sekarang. Jarinya yang terus menarik ulur layar ponselnya, tapi pikirannya terus melayang-layang mengingat kejadian yang membuatnya bahagia seumur hidupnya. Tanpa sadar pipinya kembali menghangat saat mengingat kajadian sebelumnya, padahal mata Dea terus tertuju pada ponselnya.

"Cie yang merah lagi mukanya." jantung Dea berhenti berdetak sesaat, Jo mengejutkannya. Ia sangka Jo telah tertidur karena tadi terdengar dengkuran halus dan mata yang terpejam. Tidak salah, Jo memang tertidur tadi, tapi tidur nyenyaknya diusik oleh kebisingan yang Dea buat.

"Cie yang ngeliatin gue." Dea mengubah posisi yang terlentang dengan membalikan badannya untuk melihat dimana Jo berbaring.

"Ga boleh liatin calon istri sendiri?" wajah Dea bertambah merah lagi.

"Apa sih Jo."

"Besok mau jalan-jalan ga sebelum check out?" Jo menawarkan pada Dea.

"Engga ah, pengen disini aja, blom beres beres baju." Tolak Dea.

Jo beranjak dari kasurnya menghampiri Dea.

"Mau ngapain Lo?" Dea menatap sinis Jo dari kasurnya.

"Mau tidur bareng calon istri gue, masalah?" Dengan santainya Jo duduk di tepi kasur yang ditempati Dea, yang selanjutnya mendapat tendangan dari Dea.

"Masalah banget. Sana sana! Balik ke tempat Lo!" Dea merentangkan tangan dan kakinya untuk memenuhi kasur,

"Buset dah, maen tendang tendang aja lo!" Dengan mudah Jo menyingkirkan kaki dan tangan Dea lalu ikut berbaring di samping Dea dan memeluk Dea di sebelahnya.

"Udah tidur sana, aku ga akan ngapa-ngapain kamu sugar." Jo mencium puncak kepala Dea.

"Oh ya Jo, si Leony Leony itu ga telepon ato nge chat kamu?" Dea tiba-tiba ingat dengan hari pertama jalan-jalan dengan Jo.

"Engga, kenapa? Cemburu ya?" Jo memanas manasi Dea.

"Engga biasa aja, oh ya Jo, Jose cakep ya." Dea membelokan pembicaraan mereka.

"Heh?" Jo bingung dengan tanggapan Dea.

"Iya, cakepan dia dari pada kamu." Dea senyum dengan bibir rapat.

"Nikah aja sama dia sana!" Jo memutar kedua bola matanya.

"Cie, yang cemburu." Dea menggesekan hidung mancungnya pada pipi Jo.

"Apa sih." Jo melepaskan pelukannya dipinggang Dea.

"Jangan marah dong kan aku cuma bercanda." Dea merajuk.

"Bercanda nya ga lucu." Ucap Jo ketus.

"Tapi kan yang ada di hati aku cuma kamu seorang tidak tergantikan oleh yang lain." dengan nada dramatis Dea mengatakannya, sambil mengambil tangan Jo mengarahkan pada dadanya, seolah-olah Jo harus merasakan apa yang Dea rasakan di dalam dadanya. Setelahnya mereka tertawa bersama.

yupz! Dea baru pertama kali bertemu dengan adik laki-lakinya Jo, bagi Dea adik Jo ganteng banget, ramah, baik, enak di ajak ngobrol, eh? Malah muji adenya yang ganteng itu. Tadinya Dea pikir adik Jo tidak menyukainya karena mukanya yang tidak dapat di ajak kompromi waktu mereka keluar dari balik pohon, pikiran itu musnah saat Jose, adik Jo terang-terangan berkata 'pantesan kak Nathan sayang banget sama cewenya, cantik gini, ga sia-sia menyukai diam-diam dia dari SMA.' di depan keluarga kami semua setelah selesai makan, Jo menunduk menyembunyikan merah muka yang terpancar begitu saja, sedangkan Dea tersenyum malu. Setelah Jose berkata seperti itu, mereka berdua habis di pojokan oleh seluruh pihak keluarga.

My Choosey BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang