5. Paris

6.4K 242 9
                                    

Dea p.o.v.

Waw sekarang gue ada di salah satu Negara paling romantis di dunia. Yupz! PRANCIS. Siapa yang ga tau Prancis? Gue punya cita-cita ke Negara ini dengan seseorang yang menjadi pasangan hidup gue, tapi ternyata impianku tidak semuanya terpenuhi. Gue kesini dengan boss yang menyebalkan dan yang menyedihkan adalah ke sini bukan buat liburan tapi buat kerja.

"Makasih."kata Jo kepada hotel porter yang mengantarkan barang-barang kami.

"Kok.... Kamarnya cuma satu?" kataku yang melihat tangannya hanya memegang satu kartu sebagai kunci.

"Iya, emang mau berapa kamar? Ga usah mikir yang macem-macem king size 2 kok." katanya yang sudah beranjak menuju lift yang otomatis gue ikutin karena ga tau arah nya jg kamana.

"Eh. Jo saya ga tau jadwal nya apa aja. Saya sama sekali ga tau apa-apa. Padahal saya sekretaris kamu. Tapi ga tau apa-apa tentang pekerjaan ini. " kataku.

"Pokoknya ga usah khawatir tentang kerjaan. Semuanya saya yang ngurus sekarang." 'trus buat apa gue ikut kan. Kzl..'

"Trus buat apa saya ikut ke sini kalau kamu yang ngurus semua. saya ga tau apa yang harus saya kerjakan disini." kataku dengab mengerutkan kening.

"Slow aja. Pokoknya itung aja ini liburan buat kamu." katanya.

"Serah." kata ku yang mendahului jalannya keluar dari lift, tapi saat ada belokan ga tau harus ambil jalan yang mana..

"Makanya jangan sok tau." katanya tanpa melihat ke arahku lalu mendahului

Ternyata perjalanan ke kamarnya cukup jauh, berada di paling pojok ruangan. Jo membuka pintu kamarnya. 1 kata yang muncul di otakku 'waw' satu kata singkat, padat dan tidak jelas. Tak perlu di jelaskan, kayanya gue ga akan keluar kamar kalo ga di suruh.

"Sekarang boleh istirahat dulu nanti sore saya bangunin." katanya.

"Oke. Saya mandi duluan ya Jo. Lengket banget." kataku. Ya memang benar setelah berjam-jam di pesawat dan setengah jam nunggu jemputan dan akhirnya sampe sini juga.

"Ya. Cepetan ya saya juga mau mandi, jadi jangan sampe ketiduran di dalam." katanya mengingatkan dengan nada bercanda.

"Doain supaya cepet. Biasanya juga ketiduran apalagi sekarang lagi cape enak buat ngerendem...bhahahaha iya-iya ampun." ternyata dia langsung tau titik lemah kegelian gue. Dia menggelitiki perut gue. Setelah lepas darinya langsung saja kabur ke kamar mandi, tak lupa menguncinya.

°^°

"Dea bangun. Udah sore.." terasa ada yang menggerakkan tanganku. Terus menerus, yang tadinya di antepin tapi lama kelamaan kesel juga, karena ga berenti.

"Apa sih Jo?" kata gue yang setengah sadar.

"Udah sore. Mau liat-liat keluar ga?" katanya

"Mau." kataku yang langsung seger.

"Ya udah cepat mandi." katanya yang sudah tapi dengan kaos polo ketat di baguan lengan dipadukan dengan celana jeans warna kulit. Itu memperlihatkan otot-ototnya yang sexy. 'Gosh.. Fokus.' Dea menundukan wajahnya yang memerah.

"Iyaah" sedetik berikutnya kakiku melangkah ke kamar mandi. Sebelumnya, tentu mengambil baju dulu.

°^°

"Mau kemana sih. Kenapa sih ga mau ngasih tau. Tinggal Kasih tau aja susah amat kayanya." gue kesel banget sama dia, dari tadi gue nanya dijawab dengan anggukan, gelengan dan angkat bahu, ga ngeluarin suara sedikitpun. Gimana ga kesel coba. Apa dia mendadak bisu?

Jo p.o.v.

Sebenernya ada beberapa alasan bawa Dea kesini. Tapi emang sengaja gue ga ngasih tau dia. Gue suka liat muka dia yang penasaran, yang kesel entah apa yang membuat gue tertarik dengannya. Gue kesini emang ada urusan sama satu klien, itu bisa diatasi olehku sendiri. Cuma itu urusanku ke sini, 1 hari pun cukup. Sebenarnya. Itu pun udah di selesaikan waktu tadi Dea lagi tidur. Alesan lain gue kesini selama 1 minggu adalah untuk meyakinkan apa dia punya perasaan yang sama dengan apa yang gue rasain? Itu yang akan di cari tahu saat ini. Satu minggu mungkin cukup untuk mencari tahu itu. Atau kalau dia tidak punya rasa itu aku akan membuat dia merasakannya. Rencana hari ini sudah siap, tinggal terjun dan melihat gimana hasilnya. Oh ya! Gue milih satu kamar pun itu adalah bagian dari rencana. Kalau kalian pikir gue akan buat macem-macem sama dia, jawabannya adalah tidak akan pernah. Pria yang benar-benar cinta pada wanitanya pasti akan menyayangi dan melindungi wanitanya, bukan membawanya pada kehancuran, hanya pria sejati yang pantas untuk bersanding dengan wanita yang baik-baik. Baik secara perilaku, baik secara kata-kata, baik dalam berpakaian, baik dalam menjaga perasaan orang lain.
Entahlah mulai kapan aku tertarik dengannya, tapi yang pasti sekarang ketertarikan itu sudah berubah, berubah semakin besar.

Rencananya sekarang adalah... Lihat nanti.

-

"Dea bangun." kataku sambil menggoyangkan tangannya.

"Dea bangun. Udah sore.." lagi, kataku yang menggoyangkan tangannya tak berhenti.

"Apa sih Jo?" akhirnya bangun.

"Udah sore. Mau liat-liat keluar ga?" ajakku.

"Mau." matanya yang berbinar langsung membulat lebar dan bibirnya manyun membentuk vokal u.

"Ya udah cepat mandi." kataku. 'Yesss.. Rencana pertama berhasil..'

Rencana selanjutnya adalah membawa nya Ke sana dengan tutup mata. Jangan kira itu mudah. Itu sulit..

Dari tadi Dea terus bertanya, mau kamana? Ngapain? Kapan sampe? Apa masih lama? masih banyak lagi yang dia tanyakan tanpa henti. Tapi semua pertanyaannya hanya dijawab dengan anggukan, gelengan kepala, dan angkat bahu. Sampe dia nyerah dan diem... Sekarang hanya menyisakan suara One Direction yang menyanyikan lagu little things. ini lebih baik..

Tak lama kemudian Jo berhenti dan membuka suaranya.

"Dea. Jangan marah lagi dong. Nanti kamu juga tau kemana kita. Sebentar lagi sampe kok. Sekarang kamu pake ini ya. Sini saya pakaikan." kataku. Saat mau di pasang kepala dia mundur dengan muka tidak ramah. 'siap-siap buat di semprot lagi...' batinnya mempersiapkan diri.

"Enak aja. Dari tadi gue di cuekin. Emang ga sebel apa. Trus sekarang mau nutup mata gue lagi. Engga. Gue ga suka yang rahasia-rahasiaan tinggal bilang aja kenapa sih." astaga mukanya bukan menyeramkan tapi tambah lucu.. Mukanya yang memerah menahan marah di tengah gelap matanya yang tepat di mataku.

"Santai santai. Nih kan udah nyampe. Kamu tinggal turun, oke kamu ga usah pake ini. Tapi kamu ga boleh kemana-mana harus terus ada di samping saya." kata gue memberi penawaran.

"Ya. Cepat lah. Buka kuncinya." katanya sewot.

Dengan cepat ku membuka pintunya, berlari kecil dan membukakan pintu untuk Dea.

~~~~

Thanks banget yang udah mau nge vote cerita absurdku ini. Thanks udah mau mampir ke cerita yang ku buat ini. Ditunggu votement dan comment. Comment nya jangan malu-malu. Comment apapun bakalan diterima.
Sorry for typo.

My Choosey BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang