Author p.o.v.
Sebulan sudah Jo dan Dea berpacaran, mereka sedang mengalami romansa dunia. Tapi Dea tetaplah Dea yang keras kepala, ia masih tak mau memberi tahu kepada orang kantor, para penggosip kantor pun telah bereaksi dengan panasnya, mereka (para pencari bibir-bibir) curiga dengan Jo dan Dea, bagaimana tidak setiap jam makan siang mereka bersama, walaupun mereka menutupi kedoknya dengan berkas-berkas di atas meja tetapi tak disentuh sama sekali, kadang mereka juga makan siang bersama Lia, Lyn, Will, Rio mereka memang tidak bekerja di perusahaan Andrew Company tapi mereka akan mengunjungi Andrew Company sesekali atau Jo dan Dea yang mengunjungi tempat yang telah disepakati. Di luar jam istirahat pun Dea dan Jo yang sepertinya tidak pernah punya rasa bosan untuk bersama tetap bersama dalam ruangan Jo, Dea pun tidak keberatanberlama-lama berada di dalam ruangan Jo membicarakan hal apapun dari yang tidak penting sampai tidak penting, emang tidak ada yang penting yang mereka bicarakan. Saat ada yang mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan Jo, Dea yang selalu duduk didepan meja Jo untuk ngobrol berpura-pura membuka catatan kegiatan yang akan dilaksanakan entah hari ini atau besok atau membuka map sambil pura-pura menerangkannya pada Jo, Jo pun pura-pura menyimaknya sesekali bertanya mengundang kepastian. Kerja sama yang baik memang.
Sekarang, tepat pukul 00.00 Jo masih berada di rumah Dea dari sepulang kantor, Jo selalu menyimpan pakaian cadangan dibagasi mobilnya maupun di bagasi motornya untuk keperluan mendadak seperti ini.
"Jo? Ga mau nginep aja? Udah malem loh, masih ada kamar yang masih kosong, baru dibersihin lagi." Dea yang terus memaksa Jo untuk menginap di rumahnya karena Bulan telah menunjukkan jati dirinya ditambah Jo yang kebetulan hari ini Jo menggunakan motor membuat Dea memaksanya untuk menginap takut terjadi yang tidak-tidak pada Jo.
"Di rumah takut ada yang nyariin." Jo nyengir.
"Engga ada, mommy kamu aja ngijinin ko. Bwle." Dea menjulurkan lidahnya.
"Emang kamu udah bilang ke mommy?" tanya Jo.
"Udah dong. Kan bujuk mommy nya dulu, baru anaknya, biar ga bisa nolak. Hahahaha. Masih mau lanjutin debat?" Dea tersenyum menang.
"Selalu. Ngselin ih kamu. Tau ga sih aku ga enak udah keseringan nginep disini tau ga." Jo yang menjawil pipi kanan Dea.
"Ga papa.. Mami aja ga pernah protes." kepala Dea mengikuti ke arah jawilan yang dibuat Jo sambil menjulurkan lidahnya.
"Ya udah, aku izin dulu ke mami kamu." Akhirnya Jo mengalah
"Ga usah aku udah bilang."
"temenin kekamar tamu dulu ya." pinta Jo.
"Jo tidur nya bareng sama aku ya, aku lagi pengen sama kamu." manja Dea.
"Nanti kalau mami liat disangka ngapa-ngapain kamu lagi, aku di kamar tamu aja ya?"
"Ya udah aku juga di kamar tamu aja." paksa Dea.
"Jo aku di sini ya?" Dea maksa lagi setelah sampai di depan kamar tamu.
"Izin mami dulu sana." Perintah Jo.
"Kalau boleh di kamar aku aja ya, dikamar tamu kasurnya lebih kecil." kata Dea.
"temeniiiiin." Dea menarik Jo kearah kamar mami papi nya.
"Mih aku sama Jo tidur bareng ya? Janji ga ngapangapin." Dea mengangkat tangannya dan mengacungkan jari tengah dan telunjuk nya bersamaan memberi isyarat swear.
"Ngapain ijin ke mami, tidur mah tidur aja, ngapa-ngapain juga ga papa ko, biar mami bisa lebih cepet dapet cucu. Ya ga pih?" kata mami yang melirik papih sambil memainkan alisnya dan tersenyum jail.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Choosey Boy
De TodoBayangkan jika punya atasan yang banyak maunya, ga sabaran,cerewet, perfeksionis. Orang yang selalu berada di sampingnya untuk membantunya pasti sangat sabar dengan karakter seperti itu. ~ Jonathan Gerald Andrew, CEO tampan, sexy, perfect, mapan, k...