Seulgi terbangun dari tidur panjangnya, ia melirik ke arah kanan, ibunya tertidur disampingnya sambil menggenggam erat tangannya. Gadis itu menggerakkan jari-jarinya, sesaat kemudian ibunya terbangun.
"seulgi, kamu udah bangun nak?" ucap ibunya lembut seraya berdiri dan memencet tombol darurat di samping tempat tidur.
Seulgi hanya mengangguk pelan dengan alat bantu pernafasan yang menutupi hidung hingga mulutnya.
Gadia itu menatap ibunya, ia sangat merindukan sosok yang ada di depannya saat ini, mata ibunya sembab pertanda ia selalu menangis, rambutnya yang berantakan tak terurus, sungguh berbeda dari biasanya, ia seperti bukan Nyonya Kang yang biasanya berpenampilan mewah dan elegan.
"nona seulgi, kepalamu sakit?" kata dokter memecah lamunan seulgi, ia mengangguk pelan.
Dokter itu lalu melepas alat bantu pernafasan yang terpasang di hidungnya, "apa kau bisa bernafas dengan baik?" ucapnya kawatir, gadis itu mengangguk sebagai jawaban.
"appa dan jin oppa mana?" tanya seulgi pada ibunya
"appa pulang ngambil baju kamu, kalau jin lagi di cafeteria rumah sakit, nanti juga mereka kesini" kata Nyonya Kang sambil membawakan seulgi segelas air.
"nona seulgi sudah tidak apa-apa, hanya saja ia perlu beristirahat untuk memulihkan kondisinya" ucap Dokter Kim.
"Terimakasih banyak dokter" Nyonya Kang tersenyum ramah lalu mengantar Dokter kim keluar kamar seulgi.
"seul, kamu gapapa?" tanya seokjin, kakak seulgi yang menghampirinya setengah berlari.
"oppa, chan mana?"
seokjin dan nyonya kang hanya terdiam dan sesekali saling tatap.
"eomma? mana chan? dia gapapa kan?" tanya seulgi memastikan, namun tetap tidak ada jawaban dari kakak maupun ibunya.
"seulgi sayang, kamu udah bangun" perhatian semua orang tertuju pada Tuan Kang yang baru datang membawa tas yang berisi baju seulgi.
Lelaki paruh baya itu langsung mendekat dan memeluk putri semata wayangnya.
Seulgi membalas pelukan ayah tercintanya lalu tersenyum manis.
"kamu gapapa kan nak? ada yang sakit?" tanya ayah seulgi kawatir.
"gapapa kok, Cuma sedikit pusing aja appa"
Ayah seulgi tersenyum lega melihat putrinya baik-baik saja.
"appa.. mana chan?" tanya seulgi lagi, ia sangat kawatir dengan keadaan kekasihnya itu.
"kemarin dia dateng kesini, dia bilang mau pergi. Dia udah berangkat ke korea ya?""seul.. chan udah pergi" jawab ayahnya sedih
"seul sayang, chan gak selamat dari kejadian kemarin" sambung ibunya sambil menangis.
"gak mungkin, kalian bohong. Jelas-jelas kemarin chan kesini, dia baik-baik aja, dia juga bawa bunga. Tuh bunganya" seulgi menunjuk nakas disamping tempat tidurnya.
Alangkah kagetnya ia melihat nakas itu kosong, tak ada bunga yang diberikan chan, hanya ada tas jinjing ibunya dan beberapa buah-buahan.
Seulgi terdiam berusaha mencernya semuanya.
Pikirannya melayang mengingat kembali tragedi itu.
"eomma.. berapa lama aku tidur?" tanya seulgi dengan wajah datar."3 hari nak" jawab ibunya singkat.
Mendengar ucapan ibunya ia mulai terdiam, air matanya menetes, kini ia mengerti, kemarin hanyalah mimpi.
Ya, chan dengan setelan jas hitam, membawa bunga mendatanginya dan memeluknya itu hanyalah mimpi.
Seulgi mulai menangis, ia menyadari yang sebenarnya, chan sudah meninggalkannya, tak lagi ada di sisinya, tak lagi dapat bertemu dengannya.
Seulgi menangis sejadi-jadinya di pelukan ibunya, memikirkan bagaimana hari-harinya ia lalui tanpa chan membuatnya frustasi dan tak dapat mengontrol tangisannya yang pecah.
Hatinya hancur mengingat setengah dari dirinya telah pergi, lelaki yang ia cintai selama bertahun-tahun telah pergi dan tak dapat ia temui lagi.
****
tok tok!!
"seul.. aku masuk ya" jin memasuki sebuah kamar di lantai 2, membawa nampan berisi sup daging dan jus jeruk.
Jin melihat gadis berambut panjang duduk di sisi tempat tidur membelakanginya.
"sarapan dulu seul, eomma buatin sup daging kesukaan kamu nih" bujuk jin lalu menaruh nampannya di atas meja di depan seulgi.
Seulgi mengambil sendok dan mulai menyuapkan sup daging ke mulutnya, "enak seul?" tanya jin bersemangat.
Seulgi hanya mengangguk pelan 'gapapa gak dijawab yang penting dia mau makan' pikir jin sambil mengelus surai panjang adiknya.
Sudah 3 bulan dari tragedi itu terjadi dan sudah 3 bulan juga seulgi hanya duduk diam dikamarnya, tidak sekalipun ia keluar kamar apalagi keluar rumah.
Seulgi yang dulu ceria dan selalu tersenyum kini telah berubah drastis, ia lebih banyak terdiam dan hanya duduk dikamarnya dengan pikiran kosong.
Setiap pagi,siang, malam jin selalu membawakan makanan untuk adik tersayangnya, dan seperti biasa ia selalu berusaha mengajak seulgi berbicara, kadang seulgi mau menjawab namun ia lebih sering mengangguk dan menggeleng.
"seul kamu gak bisa kayak gini terus, kamu harus lanjutin hidup kamu seul" ucap jin lalu melanjutkan "kamu gak bosen dikamar terus? kamu harus keluar, kuliah, ketemu teman-teman, ke mall, nonton" bujuk jin berusaha meyakinkan seulgi.
Seulgi tetap terdiam dan sesekali menyendok makanannya.
Ia tak ingin keluar kamar karena setiap jengkal rumah ini berisi kenangan bersama chan, apalagi di luar, semua tempat yang ia kunjungi bersama chan hanya membuatnya sedih dan menyesal lagi.
"aku gak bisa lagi tiap hari bawain kamu makanan" kata jin.
Seulgi berhenti menyuapkan makanannya lalu melihat ke arah jin. "aku keterima kerja, di Korea seul" sambungnya.
"kapan?" tanya seulgi singkat.
"minggu depan" jawab jin sambil memandangi wajah adiknya
****
SEULGI POV
Aku tertidur dalam kedaan gelisah.
Kata-kata jin terngiang di kepalaku. Korea? itu adalah tempat dimana chan akan melanjutkan kuliahnya.
Aku sempat berfikir akan ikut jin pergi kesana, aku ingin melanjutkan cita-cita chan yang tak tersampai, 'aku ikut jin aja kali ya? kuliah disana' pikirku menanyakan pertanyaan yang sama beberapa kali pada otakku.
Ya, aku bisa pergi kesana, setidaknya aku bisa melupakan chan dan melanjutkan hidupku.
Baiklah, sudah kuputuskan aku akan ke Korea bersama jin minggu depan.
Aku tersenyum puas akan keputusanku.
haii..post lagi 1 untuk mengakhiri malam ini wkwk
ayo vote dan comment! biar aku semangat nulisnya
jangan jadi silent reader ya kawan :')
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON [COMPLATE]
FanfictionKebahagian yang dirasakan Kang Seulgi lenyap begitu saja karena tragedi yang merenggut setengah dari dirinya, membuat sikapnya berubah dari dirinya yang dulu. Hingga ia bertemu dengan pria yang membangun kembali kepingan hatinya yang hancur akibat...