12. Mate is Mine

2.4K 181 17
                                    

Setelah kebenaran tentang Digo terungkap, semuanya tak lagi sama. Digo, pria itu jadi posesif terhadapku. Ya aku tak lepas dari pantauan Digo, setiap kali kemana pun selalu dibuntuti.. jujur aku bosan, harus bagaimana aku sekarang? Dulu sebelum ketauan diri Digo yang sesungguhnya aku masih bisa menikmati kebebasan, kebebasan? Aku merindukanmu...

Ya sekarang aku sedang di hutan buatan, mempelajari lebih dalam ilmu Lendrava dengan Laura. Ya aku belajar sendiri lebih tepatnya karena ini kelas tambahan.

Jujur aku senang belajar dikelas tambahan ini, karena aku baru tahu ada bunga Lili juga disini. Ya awal mula aku belajar kelas tambahan yang diajar oleh Laura, aku ditanya menyukai tumbuhan apa dan apa jenisnya dan aku langsung menjawab dengan cepat bunga Lili yang aku sukai.

Lalu aku diminta Laura menyatu dengan alam, merasakan perasaan yang dimiliki para tumbuhan di hutan buatan ini, bermeditasi, mencoba mengendalikan tumbuhan dan sebagainya yang tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya.

Dan disinilah aku sekarang belajar mengendalikan tumbuhan.

"Lihatlah Lili... Kamu sudah mengendalikan tumbuhan disini, kamu tinggal berlatih terus menerus saja" ucap Laura yang sedari tadi memperhatikanku.

"Iya kak... " Aku hanya tersenyum menjawab Laura. Ya Laura adalah salah satu senior yang telah lulus dari kelas Lendrava ini, bakatnya lah yang luar biasa  membuat dirinya menjadi pengajar untuk anak-anak yang dianugerahi.
katanya, hei apa aku juga termasuk?

"Sudah sampai sini dulu Lau... Aku mau mengambil mateku" ucap seseorang dari belakangku, aura dinginnya sudah tertebak dari nada bicaranya, yang membuatku mendengus sebal.

"Hei si alpha ini mengganggu saja. Oke Lili sampai disini dulu ya" ucap Laura kemudian meninggalkanku bersama Digo.

Aku menghela nafas, aku malas.

"Ayo Li.. ikut aku, aku mau bawa kamu ke suatu tempat" ucapnya dan aku sedikit membantah.

"Tapi kita mau kemana? Aku malas untuk berpergian sekarang ini Go"

"Sudah ikut saja aku" dia menarikku begitu saja dan akupun pasrah dibuatnya, dasar Digo.

Setelah itu dia menutup mataku dan membawaku dengan berlari kencang.

-000-

Sayup-sayup aku mendengar gemericik air, aku dimana? Sepertinya aku dibawa ke air terjun, terasa sekali.

"Ayo buka matamu Li..." Ucap si tengil tapi dingin dibelakangku.

Aku membuka mataku perlahan, hei dugaanku benar.

"Kita mau apa disini Go?" Ucapku sambil melihat kearah sekelilingku, satu kata, Indah.

"Ayo duduk" Digo menarik tangan Lili.. "disini adalah tempat kesukaanku ketika aku ingin menyepi" ucap Digo lalu merebahkan kepalanya dipahaku dan otomatis aku mengelus kepalanya.

Kenapa dadaku ada getaran seperti ini? Mungkinkah aku...

Aku memperhatikan Digo, melihat matanya, hidungnya dan bibirnya berwarna merah? Yaampun lucu sekali.

Tanpa Lili sadari, Digo juga menatap dirinya dan tersenyum lalu mengambil tangan Lili untuk dikecup.

"Lili aku mencintaimu" ucap Digo dengan bisikannya dan seketika Lili terbelalak.. "Lili aku mencintaimu, kau mendengarnya?" Wajah Lili seketika merona dan ia memalingkan wajahnya.

"Lalu aku harus menjawab apa Go?" Tanya Lili dengan bingungnya.

"Aku ingin kau menjadi milikku sepenuhnya... Mencintaiku dengan tulus dan menjadi mateku, Lunaku" ucap Digo mantap.

Lili hanya mengganggukan kepala dan menundukan wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus itu.

Tanpa mereka ketahui ada seseorang yang mendengarkan dan menginginkan keduanya terpisah, walau dengan cara apapun.



Tbc.

[2] Mate is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang