6 - Intervensi Pernikahan

430 43 4
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga siang. Di rumah, Gesang malah guling-guling menggeliat di atas tempat tidur bak lintah yang habis disiram air perasan jeruk nipis. Belinda sengaja masuk tanpa mengetuk pintu, sifat jahilnya muncul saat tadi berjalan melewati pintu kamar kakaknya yang terbuka. Kemudian dia duduk di kursi yang terletak di sisi kiri tempat tidur kakaknya.

"Hayo, lagi mikirin apa? Galau mikirin Henzie nih pasti. Iya kan?"

"A'udzubillahimisyaitanirrojim! Ngagetin aja. Apa sih? Udah keluar sana."

"Ya elah, mas anggap aku setan? Kira-kira dong kalo nyebut. Santai aja kali. Itu kumis makin tebal aja. Mau aku cukurin?"

"Ya makanya, kamu rese banget sih. Nggak usah ngurusin mas ya. Gara-gara Mina nih, mas jadi nggak konsen dalam segala hal."

"Lah, emangnya mas nggak konsen dalam hal apa aja?"

"Ya, apa aja."

"Pantesan, pas disuruh papa ngambil palu waktu bikin ayunan di depan, mas malah ambil kunci inggris. Makanya banyakin minum akuades biar fokus."

"Nggak ada hubungannya itu."

"Ya udah, cepetan cerita. Mas lagi mikirin Henzie kan?"

"Kamu tahu dari mana?"

"Ya tau lah, Mina sama mama cerita. Waktu mas pulang habis nganterin aku ke kampus, mas kedatangan tamu istimewa katanya, di rumah. Awalnya, mama belum ngeh. Tapi, pas waktu ada peristiwa Mina berubah jadi feminine, mas tiba-tiba berubah murung. Sampai Henzie pergi pun mas malah langsung mengunci diri dalam kamar. Di situ, mama baru tau kalau cewek yang dibilang Mina pacar mas adalah Henzie. Mas suka sama dia?"

"Kok mama bisa langsung tau sih? Padahal...."

"Udah, mas nggak usah mengelak. Belinda tau kok. Sebenarnya, tadi pagi waktu mas lagi mandi, kita bertiga ngehack alias ngebajak hape mas. Eh, kita ketemu foto Henzie yang lagi berdiri OOTD di depan lukisannya. Nah, dari situlah kita akhirnya tau kalau mas suka sama dia. Makanya, jadi orang tuh jangan anteng-anteng gitu lah. Hape aja nggak di kasih locked. Ketahuan kan jadinya."

"Puh! Pinter banget ya mama menyimpulkan. Tapi kok dari tadi mama diem aja. Kayak nggak tau apa-apa?"

"Itu dia, mama nyuruh aku nanya soal ini ke mas. Siapa tau kan mama cuman salah paham. Eh, taunya bener kan? Saran Belin mas diskusiin aja deh masalah ini sama mama dan papa. Siapa tau mau langsung dilamar buat mas Gesang."

"Hus, nggak usah sok tau deh kamu. Lagian kan kita nggak tau gimana perasaan Henzie ke mas. Kalau dia nolak, karena nggak suka sama mas gimana? Belum lagi, mungkin aja dia udah punya pacar. Iya kan?"

"Kok pesimis gitu sih mas? Ya cari tau aja lah dulu. Lagian mas belum tau juga kan kalau dia udah punya pacar atau belum."

~~~

Malam harinya, intervensi pertama terimplementasikan.

"Ma, pa. Gesang sengaja ngumpulin mama dan papa pas Belin dan Mina sudah tidur. Soalnya, aku mau ngomongin masalah yang sangat serius, dan ini mungkin bisa dibilang masalah orang dewasa. Hehe...." Gesang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ada rasa gugup yang mendera, tangannya saja sudah mulai gemetar. Yang diajak ngobrol justru terlihat sangat serius.

Syaqilah bahkan sempat menahan napas, saking tegangnya. Berbagai pertanyaan bergentayangan di benaknya. Apa mungkin putra sulungnya ini sedang membahas masalah yang beberapa hari ini dia tunggu-tunggu. Beda lagi si Abdur, dia baru saja membuang angin yang sedari tadi ditahannya. Barusan, rasanya dia seperti seorang terdakwa kasus pencurian rambutan oleh putranya yang seorang jaksa ini.

TSNOAS (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang