35 - Jeritan Henzie

365 25 0
                                    

Okay! Mungkin kelanjutan ceritanya udah bisa ditebak. Mengingat bagian terakhir part sebelumnya udah muncul hal yang mencurigakan. Tapi, walaupun gitu. Author sangat berharap kalian masih mau baca part ini sampai habis.

35 - Jeritan Henzie

Usai menikmati makan malam yang romantis, Henzie dan Gesang pun memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Sementara Gesang berjalan menuju mobil yang terparkir tak jauh dari area restoran, Henzie menyempatkan diri terlebih dahulu ke toilet sebentar.

Tak berselang lama, ketika Henzie keluar dari toilet, terdengar suara seperti sesuatu yang meledak. Seketika semua pengunjung berlarian ke sana ke mari karena panik. Bukannya ikut merunduk sembari mencari tempat untuk berlindung, perempuan itu justru mempercepat langkahnya menuju pintu keluar. Benar saja, ketika kakinya hampir menginjak teras depan restoran, ia terkejut bukan main. Di luar sana, di depan sana, terlihat halaman parkiran restoran begitu porak poranda seperti sehabis dihantam ledakan bom. Ya, ia ingat. Di bagian itu, tepat mobil suaminya terparkir.

"M....mas, mas Gesang! Nggak, nggak mungkin," ujarnya histeris sambil menutup mulutnya. Tubuhnya mulai gemetar, bahkan kakinya pun sudah terasa lemas. Akan tetapi tetap ia paksakan untuk terus berjalan keluar. Ia harus memastikan sendiri, kalau tempat ledakan itu bukanlah tempat di mana mobil suaminya terparkir.

"Mba, anda mau ke mana? Di sana berbahaya. Siapa tahu masih ada bom lainnya yang mungkin sebentar lagi akan meledak," cegat seorang pria, yang tak lain adalah salah satu pelayan restoran ini.

"Tapi, suami saya di sana. Sa....saya harus memastikan kalau suami saya baik-baik saja," balas Henzie berontak, karena saat ini tubuhnya ditahan oleh beberapa pelayan wanita.

"Iya mba, kami tahu. Tapi akan sangat berbahaya kalau mba menyusul ke sana. Kita harus memastikan dulu, kalau tidak ada lagi bom lainnya," timpal salah satu pelayan wanita.

"Sampai kapan? Suamiku ada di luar sana. Apa kalian tidak lihat, bisa saja dia juga terkena ledakan bom itu. Su....suamiku. Hiks.... Nggak, mas Gesang pasti masih bisa diselamatkan. Aku yakin dia nggak di sana. Dia pasti ke sisi lain halaman restoran ini. Dia pasti nggak apa-apa," jeritnya pilu. Sekarang air matanya sudah membanjiri wajahnya. Membuat orang-orang yang berada di dekatnya merasa iba. Melihat seorang wanita sedang hamil besar, harus menerima kenyataan kalau suaminya telah tewas di depan matanya sendiri dengan cara yang tidak manusiawi.

"Mohon perhatian kepada seluruh pengunjung restoran. Dimohon agar segera keluar dari dalam restoran. Keluarlah ke arah yang lebih jauh dari lokasi ledakan," suara peringatan mulai terdengar dari sound system. Seketika itu juga, seluruh pengunjung berhamburan keluar restoran. Tak terkecuali Henzie, yang masih setia digandeng oleh beberapa pelayan wanita tadi.

"Mas!" ujarnya, hendak melangkah menuju lokasi ledakan.

"Jangan ke sana mba, itu berbahaya. Lebih baik kita menjauh dari sana," ujar salah satu pelayan. Seorang wanita berambut pendek dengan lipstick berwarna peach.

"Maaaaaas!" panggilnya lagi. Sekarang dia tidak bisa lagi menopang tubuhnya. Ia lemas, terduduk dengan sangat memprihatinkan. Beberapa orang di dekatnya mulai ikut panik. Benar saja, beberapa detik kemudian ia pun tak sadarkan diri karena terlalu syok.

~~~

Sayup-sayup terdengar suara jeritan seorang perempuan dari jarak sekitar lima puluh meter dari seberang jalan. Lelaki itu beringsut dari tengkurapnya bersama beberapa orang lain di dekatnya. Tanpa mengalihkan pandangan dari sebuah mobil yang terbakar akibat ledakan bom barusan di depan sana.

"Mas, anda tidak apa-apa?" tanya seseorang yang juga sudah berdiri di belakangnya.

"Uhuk uhuk.....i...iya, saya tidak apa-apa," sahutnya. Wajah dan pakaiannya tampak kusut dan kotor akibat terkena arang bekas ledakan.

TSNOAS (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang