Pada sore harinya, Henzie dan juga Gesang menyempatkan diri untuk berkeliling di sekitaran pusat kota Amsterdam dengan mengendarai sepeda. Mereka sengaja menyewa sepeda secara gratis hanya dengan menunjukkan 'I Amsterdam City Card' keduanya, masing-masing khusus untuk satu orang, karena Henzie ingin Gesang merasakan sendiri bagaimana suasana kota dengan mengayuh sepeda dengan kakinya sendiri sambil mengikuti Henzie dari belakang.
Mereka menyempatkan diri berkunjung dan berfoto ria di beberapa spot ideal yang sering dikunjungi para wisatawan. Berkendara melalui jalur Nieuweindijk secara acak, mengunjungi Dam Square, De Oude Kerk lalu ke Prins Hendrikade, kemudian mengikuti jalur menuju Zeedijk dan dilanjutkan menuju Chinatown, kemudian berfoto ria di area Vondelpark dan Sarphatipark. Setelah puas mereka pun mengunjungi museum, diantaranya adalah Rijk Museum dan Van Gogh Museum, yang letaknya berdekatan dengan Rijk Museum. Van Gogh Museum adalah museum yang paling ingin Henzie kunjungi. Ia sengaja mengambil rute kunjungan terakhir, karena ingin lebih lama di sana.
**~Van Gogh Museum~**
Ketika mereka sudah masuk melalui pintu utama museum, keduanya sudah disuguhi penampakan beberapa lukisan karya maeostro lukis favorit Henzie itu. Lukisan-lukisannya terpajang rapi di sepanjang dinding tembok. Dengan penuh semangat, Henzie berjalan menuju meja resepsionis untuk menunjukkan 'I Amsterdam City Card' mereka, yang diikuti Gesang dari belakang. Setelah itu mereka pun berjalan melalui bagian sisi kanan jalur masuk.
Dipandangi Henzie lekat satu-persatu lukisan-lukisan itu, seakan lupa bahwa sekarang dia tidak hanya sendiri. Walau begitu, dengan setia Gesang mengikuti langkah istrinya sambil mengambil beberapa jepretan tanpa sepengetahuan Henzie. Candid, ceritanya gitu. Sesekali ia menggeleng takjub ketika mendapati ekspresi istrinya yang menurutnya imut. Rasanya ingin sekali ia jingkrak-jingkrak saat ini juga saking gemasnya.
Mereka terus berjalan, hingga tiba-tiba langkah mereka berhenti di depan lukisan yang tampak sangat familiar di memori Gesang. Rasanya, dia pernah melihat lukisan itu di suatu tempat. Oh betul juga, pertama kali dia melihat lukisan itu adalah ketika dulu masih di tahap ingin PDKT dengan Henzie, yang tiba-tiba berubah menjadi seorang stalker hanya untuk mengetahui aktivitas gadis itu dalam kesehariannya melalui media sosial Instagram.
"The Starry Night, dibuat pada tahun 1889," ucap Henzie bersemangat.
"Bukannya ini lukisan yang pernah adek upload di instagram ya?" tanya Gesang setengah penasaran.
"Bukan," jawab Henzie dengan ekspresi jahil.
"Eh, kok bukan? Seingat mas yang ini deh," sanggah Gesang lagi. Dia yakin lukisan ini yang sempat dia lihat waktu itu.
"Maksudnya, yang adek upload itu cuman replikasinya aja. Hasil cover-an adek. Nah, kalau yang ini baru aslinya," ujar Henzie sambil membelai kedua belah pipi suaminya lembut. Tubuhnya yang mungil hampir tak bisa menjangkau pipi Gesang karena kaki panjang pemuda itu bak pohon pinang yang menantang minta ditebang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TSNOAS (Tamat)
RomanceCinta itu hadir bukan tanpa sebab, bukan pula suatu keinginan yang sudah terencana. Semua ada prosesnya. Selama ini, dua sejoli dek Henzie dan mas Gesang saling menyukai tanpa menyadari kapan bermula itu terjadi. Hingga suatu ketika, sebuah kejutan...