Seminggu kemudian, Jum'at berikutnya Gesang dan Henzie kembali bertemu. Kali ini mereka tidak jalan-jalan seperti sebelumnya. Melainkan Henzie yang dijemput oleh Gesang untuk bertandang ke rumah orang tuanya. Syaqilah senang sekali saat mengetahui Henzie sudah mau datang. Saking senangnya, hampir tak ada ruang untuk Gesang bisa berduaan dengan Henzie. Dari jam delapan pagi, Henzie sudah dijemput oleh Gesang. Kebetulan gadis itu juga tidak ada jadwal kuliah Jum'at ini.
"Zie, kamu nginep sini aja ya, tidur bareng sama Belinda. Mama kangen banget sama kamu, hampir seminggu kita nggak ketemu. Biar Gesang yang nganter kamu pulang ke Ubud, besok," pinta Syaqilah.
"Em, gimana ya? Nanti Zie malah ngerepotin mama. Lagian nggak enak juga sama mba Belinda kalau kamarnya ditumpangin satu orang lagi," jawab Henzie masih merasa sungkan.
"Udah, kamu tenang aja. Mama yakin kok Belinda pasti malah seneng banget kamu bisa nginep dan tidur bareng dia. Gimana, mau ya? Nanti mama kasih tau deh sama mama kamu, biar nggak khawatir," akhirnya Henzie hanya mengangguk pasrah.
"Eh, tapi Zie nggak bawa baju ganti ma. Gimana dong?"
"Ya sudah, nanti sore kamu ambil deh ke apartemen kamu. Biar Gesang yang anterin. Sekalian aja packing apa yang perlu kamu bawa pulang ke Ubud nanti," Henzie mengangguk lagi, membuat Syaqilah refleks memeluknya.
"Mba Belinda kapan balik ma?" tanya Henzie, mengetahui kalau Belinda ada kuliah jam 8 pagi tadi. Sekarang sudah jam 9.
"Kira-kira jam 10. Katanya cuman satu mata kuliah sih hari ini," Henzie ber-oh panjang kemudian mengangguk mengerti.
"Oh ya, buat hantaran nanti, Zie maunya perlengkapan kosmetik merk apa?" tanya Syaqilah sambil melipat pakaian yang kemarin belum sempat dia lipat. Saat ini dia dan Henzie sedang duduk di depan televisi di ruang keluarga.
"Biasanya sih Henzie nggak stack di satu merk ma. Terutama untuk pemerah bibir, Zie belinya macam-macam."
"Oh ya? Yang paling bagus apa?"
"Nggak tentu sih ma. Biasanya tergantung tekstur dan cara pemaikannya."
"Contohnya?"
"Contohnya merk Pixme, Zie lebih suka lip cream-nya. Teksturnya nggak kasar di bibir, meskipun agak kering. Cara pemakainannya pun lebih mudah, soalnya pakai kuas gitu. Jadi, nggak perlu repot pakai jari lagi."
"Yang lain?"
"Ada Revalion, yang paling Zie suka lip tint-nya. Teksturnya lebih lembut dari lip cream tadi. Warnanya pun lebih cerah dan nggak kering di bibir, yang pasti paling cocok di bibir cewek seumuran Zie, ma."
"Ya, ampun. Ternyata calon mantu mama ini banyak tau ya soal kosmetik. Lain kali Zie bisa temenin mama beli lipstick? Sekalian pilihin yang enak dipakai dan cocok buat mama. Tapi, yang paling penting kita beli buat hantaran kamu dulu ya."
"Iya ma, beres. Pokoknya mama tenang aja, nanti Zie pasti temenin mama kok."
"Oh, iya. Mama hampir lupa, stok gula, minyak goreng, sama buah-buahan hampir habis. Mama mau ke super market dulu ya. Zie mau ikut?"
"Boleh ma, sekalian Zie juga mau beli sesuatu."
"Ya sudah. Mama panggilin Gesang dulu deh, minta dia nganterin kita."
"Eh, nggak usah ma, biar Zie aja yang kasih tau. Kamar mas Gesang yang situ kan?" tanya Henzie sambil menunjuk kamar yang jaraknya sekitar sepuluh meter dari ruang keluarga. Setelah Syaqilah mengangguk, mengiyakan, Henzie berjalan menuju kamar Gesang. Pintunya sedikit terbuka, Henzie memberanikan diri mengetuk pintu. Setelah si empunya kamar mempersilakannya membuka pintu lebih lebar, Henzie menemukan Gesang sedang melakukan pekerjaannya. Tampak terpasang kaca mata di wajahnya, baru kali ini Henzie melihatnya. Keren juga, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TSNOAS (Tamat)
RomanceCinta itu hadir bukan tanpa sebab, bukan pula suatu keinginan yang sudah terencana. Semua ada prosesnya. Selama ini, dua sejoli dek Henzie dan mas Gesang saling menyukai tanpa menyadari kapan bermula itu terjadi. Hingga suatu ketika, sebuah kejutan...