Dengan hati yang berkecamuk, Ganang berjalan menghampiri meja Wine. Gadis itu tampak serius menikmati makanannya. "Win, udah lama nunggunya?" tanya pria itu lembut.
"Nggak juga, baru aja suapan sendok kedua. Loh, Gesang mana? Biasanya kalian selalu berdua kalau ke kantin," ujar Wine, menyadari jika yang datang hanya Ganang seorang.
"Masih sibuk sama kerjaannya. Katanya maaf nggak bisa ngantin bareng," jawab Ganang.
"Ooooh....yau udah. Kamu udah pesan makanan?"
"Belum!"
"Ya udah, mau dipesanin apa?"
"Samain aja kayak punyamu," ujar Ganang. Wine melirik sekilas pada pria itu. Ada aura lain dari nada suaranya.
"Kamu ini, sukanya selalu nyamain aku yah. Nggak ada gitu, makanan favorit sendiri?" tanya Wine, kemudian terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu memanggil pelayan kantin, dan menyebutkan pesanan pria di depannya ini.
"Emmm....itu. Sebenarnya, gini Win. Sebelumnya aku minta maaf sama kamu ya," ujar Ganang terdengar hati-hati, setelah kepergian pelayan tadi. Yang pada detik berikutnya membuat dahi Wine berkerut.
"Lah, kok minta maaf? Emangnya kamu bikin salah?" balas Wine heran. Meski begitu, ia tetap memasukkan kuah sup ke dalam mulutnya.
"Emmm....kalau ucapan aku ini bakalan bikin kamu tersinggung."
"Emangnya kamu mau ngomong apa? Sumpah, mukamu jadi nyeremin. Serius amat."
"Kamu masih suka sama Gesang?" sontak pertanyaan Ganang itu membuat Wine tersedak kuah supnya. "Eh, so....sorry Win. Maksud aku, aduh gimana ya ngomongnya?" ujar Ganang panik. "Nih, minum dulu," tambahnya lagi, saat Wine kesusahan membebaskan jalan pernafasannya.
"Maksud kamu nanya gitu apa sih, Nang?" tanya Wine saat merasa lebih baik.
"Ya, maksudku. Win, please jangan ganggu hidup Gesang elagi. Dia udah bahagia sama istrinya. Mau sampai kapan kamu mengharapkan dia?" jelas perkataan Ganang barusan membuat Wine melotot tajam padanya, apalagi saat menyadari mereka sedang berada di tempat umum. Namun, beruntungnya mungkin hanya mereka yang mendengar perkataan lelaki itu.
"Mana ada sih aku ganggu dia?" tanya Wine balik, mencoba mencari alasan.
"Kamu kan yang bales WA istrinya Gesang? Cuman karena takut ketahuan, segera kamu hapus setelah kamu memastikan pesan itu udah terkirim. Bukan tanpa sebab kenapa aku yakin itu adalah perbuatan kamu. Karena sebelum Gesang balik dari toilet, saat rapat waktu itu aku sempat lihat kamu mengotak atik ponsel dia. Dan asal kamu tahu, gara-gara masalah itu, dia sempat bersitegang dengan istrinya. Ya walau pun udah baikan, tapi tetap saja bikin dia merasa hidupnya kayak diteror," jelas Ganang panjang lebar. Karena merasa terintimidasi, Wine berusaha membela diri. Namun, sebelum ia mengeluarkan isi protesnya, Ganang sudah keburu menambahkan kalimatnya.
"Aku ngerti, perasaan nggak bisa diatur mau berlabuh pada siapa. Tapi kamu harus mencoba untuk menerima kenyataan. Masih banyak kok cowok di luaran sana. Yang mungkin emang lagi dipersipkan Tuhan untuk kamu," ujar Ganang bijak.
"Kaaa...kamu tahu dari mana, kalau aku....?" ucapan Wine terputus, oleh kedatangan pelayan yang mengantarkan makanan Ganang.
"Nggak perlu aku jelasin pun kamu pasti udah ngerti, kenapa aku bisa langsung menyimpulkan tanpa harus bertanya dulu. Win, bisakah kamu mengosongkan sedikit demi sedikit ruang di hati kamu untuk orang lain?" sanggah Ganang, saat pelayan kantin sudah pergi meninggalkan meja mereka. Wine terdiam, ada nada pengharapan dari suara pria di depannya ini. Mungkinkah, selama ini Ganang menyimpan rasa untuknya? Sejak kapan? Kenapa dia tak menyadarinya selama ini? Mungkinkah perhatian pria itu selama ini, adalah suatu bentuk rasa yang dia miliki? Jika memang benar, sungguh ia buta.
KAMU SEDANG MEMBACA
TSNOAS (Tamat)
RomanceCinta itu hadir bukan tanpa sebab, bukan pula suatu keinginan yang sudah terencana. Semua ada prosesnya. Selama ini, dua sejoli dek Henzie dan mas Gesang saling menyukai tanpa menyadari kapan bermula itu terjadi. Hingga suatu ketika, sebuah kejutan...