23 - Empat Puluh Enam Kromosom

457 27 0
                                    

Setelah melepas kepulangan keluarganya ke Ubud juga tante Griseldis dan om Henrick yang pergi ke bandara untuk pulang ke Amsterdam, Gesang dan Henzie dipersilakan Abdur untuk kembali ke rumah mereka yang letaknya tidak jauh dari tempat acara.


"Mas, sana mandi duluan deh," pinta Henzie pada Gesang ketika mereka sudah masuk ke dalam kamar Gesang dan mengunci pintunya.

"Eh, bukannya mau mandi bareng ya? Kemaren juga nggak sempat ngapa-ngapain karena adek bilangnya lagi capek," tanya Gesang hampir kehilangan rasa sungkan, karena sudah merasa memiliki hak atas Henzie.

"Hehehe....lain kali aja deh mas. Adek udah cape banget ini, nanti beda lagi loh ceritanya kalau kita masih maksa mandi bareng," jawab Henzie malu-malu.

"Iya deh, mas nggak maksa adek lagi kok. Ya sudah, mas mandi duluan ya," ujar Gesang, kemudian masuk kamar mandi setelah mengambil pakaian tidurnya.

Setelah Gesang selesai mandi dan dilanjutkan oleh Henzie, keduanya pun langsung melaksanakan shalat isya. Setelah itu mereka duduk bersisian bersandar pada kepala ranjang. Saat ini Henzie masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Sedangkan Gesang sendiri berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Membuka aplikasi instagram, kemudian meng-upload beberapa foto selfienya bersama Henzie di acara resepsi mereka kemarin dan tadi siang.

"Yang?" panggil Gesang memecah kesunyian, pikirannya sudah teralihkan pada punggung kanan Henzie yang menampakkan sebuah tato bermotif bunga teratai, karena dia hanya mengenakan pakaian tidur yang cukup terbuka.

"Hmmmm?" tanya Henzie dengan deheman, masih fokus mengeringkan rambutnya dengan posisi membelakangi Gesang.

"Saaayang?" panggil Gesang lagi, kemudian berhasil membuat Henzie menoleh ke arahnya. Saat itu juga Gesang tak mau menghilangkan kesempatannya untuk meminta Henzie mengubah posisi menghadap ke arahnya. Di tangkupkannya kedua telapak tangannya pada kedua belah pipi Henzie.

Tanpa ragu, Henzie menurut saja. Lalu perlahan menutup kedua matanya. Sedangkan Gesang sendiri, dengan lembut dan penuh penghayatan, mulai membacakan sebuah do'a, yang diikuti Henzie dalam hati. Setelah itu mencium lembut kening, kedua belah kelopak mata dan pipi Henzie, hidung dan terakhir pada bibir Henzie. Meski kaget, akhirnya Henzie pasrah saja.

"Mas, rambut adek masih basah," ujar Henzie ketika saat beberapa detik Gesang melepas ciumannya untuk mengambil udara.

"Biarin, nanti kering sendiri kok dek," jawab Gesang, tak mau menyerah dengan aksinya. Sekarang dia sudah bersiap mencium Henzie lagi. Bukan hanya sebatas di bibir, kini ciumannya mulai beredar ke beberapa tempat, salah satunya pada tato bunga teratai di bahu kanan Henzie. Dan selanjutnya bayangkan saja pada sebuah peta Indonesia yang telah dibentangkan di atas sebuah meja bundar, kemudian sang komandan mulai menandai beberapa titik-titik strategis yang akan menjadi tempat persembunyian bagi para prajurit penembak jitu.

Acieeee.......yang perasaannya langsung dongkol karena di-php author. Sorry deh, ane sendiri nggak sanggup kalau harus ngelanjutin ngetik yang begituan. Hahahahahah..... (ketawa puas).

~~~

Malam kini mulai tenggelam, perlahan lenyap ditelan cahaya mentari yang menyinari permukaan bumi dan samudra di bagian bumi Indonesia yang lain. Sekitar jam empat lewat dua puluh lima menit waktu subuh, Gesang terbangun masih dalam posisi memeluk Henzie dari belakang. Tubuh mereka kini hanya dibalut selimut tebal yang memang baru diganti oleh Syaqilah kemarin.

Dapat dia rasakan aroma buah tin dari rambut panjang istrinya yang tergerai tepat di depan hidungnya. Menyadari hal itu, perlahan kedua ujung bibirnya tertarik ke atas mengingat kembali apa yang sudah mereka lakukan semalam. Bayangkan saja, hampir tiga bulan menahan diri, akhirnya kesampaian juga, begadang bareng maksudnya. Hahahah...rasanya seperti ada berjuta granat yang siap meledakkan jantungnya.

TSNOAS (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang