WARNING 18+
ANAK KECIL DILARANG KERAS 😹😹“Iya mas, adek maafin kok,” ujar Henzie. Lama keduanya berpelukan, sampai akhirnya Gesang kembali bersuara untuk memulai ceritanya.
“Jadi, sejak dulu mas adalah laki-laki yang nggak terlalu suka bergaul sama perempuan. Bukan berarti mas nggak tertarik yang namanya makhluk berjenis kelamin perempuan itu. Mas normal kok, adek inget waktu pertama kalinya mas nganterin adek pulang ke Ubud? Tiba-tiba mas nyium adek,” Henzie mengangguk, wajahnya merona mengingat kejadian itu.
“Tapi, mas cuman ngerasa risih aja karena kebanyakan dari mereka suka ngejar-ngejar mas yang alasannya hanya karena fisik lah, karena mas ini anak dari orang tua yang berduit lah dan sebagainya yang menyangkut masalah duaniawi. Ini bukan berarti mas merasa bangga dengan hal itu ya. Justru mas dulu sempat protes sama papa dan mama kenapa mereka ngelahirin mas jadi orang ganteng, kenapa mereka selalu ngasih barang-barang mewah yang sebenarnya nggak terlalu mas butuhin. Agak kekanakan sih,” Henzie terbahak mendengar bagian itu.
“Makanya, dulu mas sempet milih untuk hidup mandiri. Yang awalnya semua kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh orang tua, akhirnya mas milih kerja part time dan nggak ngambil sepeserpun uang mereka, berhubung kuliah mas juga waktu itu karena dapat beasiswa. Lalu, yang awalnya berangkat kuliah pakai motor atau kadang pakai mobil, akhirnya cuman pakai angkot, ojek bahkan bajaj. Satu-satunya yang nggak berubah cuman masalah makan siang ke kantin kampus yang sederhana aja. Tapi, adek perlu tahu yang paling bikin perempuan-perempuan itu mulai menjauh, adalah karena akal-akalan si Gottfried yang nyebar gosip alasan kenapa mas nggak pernah menggubris rayuan mereka karena mas adalah penyuka sesama jenis.”
“Hah! Mas serius? Allahuakbar, emang sedeng ya si abang. Awas ya, kalau udah pulang nanti aku tabok dia pakai ulekan mama di dapur. Enak aja ngatain mas penyuka sesama jenis. Jelas-jelas mas ini asli laki penyuka berbeda jenis,” potong Henzie. Sekarang perasaannya malah berubah kesal. Gesang terkekeh melihat reaksi istrinya itu. Dia memang sudah menduga, jika pada akhirnya dia harus bercerita maka tidak ada seujung jari pun yang dia rahasiakan. Dalam artian, kalau perlu dikorek hingga ke akar-akarnya.
“Iya, terserah adek lah. Yang itu mas setuju kok, soalnya mas juga udah lama banget menyimpan dendam sama Gottfried,” Gesang terbahak, Henzie mulai menampakkan senyumnya. “Oke, boleh mas lanjutin?” Henzie mengangguk mempersilakan. “Awalnya mas protes keras tentang ide abang adek. Tapi, karena tidak ada lagi ide yang lebih masuk akal dari pada itu, akhirnya mas oke-oke aja.”
“Subhanalloh! Mas ikutan gila, kalian berdua gila,” ujar Henzie. Berhasil membuatnya melotot tajam, kemudian menepuk lengan suaminya.
“Tapi sekarang gilanya beda lah dek. Mas gila karena adek, mas sayang banget sama kamu sampai pengen gila rasanya kalau seminggu aja nggak ketemu,” balas Gesang, kemudian mengecup bibir Henzie singkat.
“Maaaaas….gitu ya. Mulai lagi deh.”
“Kenapa dek? Mas nyiumnya kurang lama ya? Oke deh, ini udah malam loh. Adek siap begadang sampai subuh?” Gesang mulai mendekatkan wajahnya, bersiap untuk mencium lagi. Perlahan pelukannya di pinggang Henzie semakin erat.
“Maaaas…..eh apa sih? Lepasin nggak, adek timpuk pakai bantal nih,” ancam Henzie tak mau kalah. Walau begitu, secara alami tubuhnya pasrah saja atas perlakuan Gesang. Sekarang tangannya justru melingkar di leher suaminya itu. Semakin hari, Henzie merasakan ciuman pria itu semakin mengganas saja. Entah bagaimana kini nasib bibir mungil nan tipisnya itu setelah mendapatkan serangan beruntun hingga hampir lebih dari sepuluh detik.
“May I?” tanya Gesang setelah melepas ciuman mereka untuk mengambil udara. Berniat meminta ijin untuk menuntaskan apa yang tadi dia katakan ‘begadang hingga subuh’. Henzie mengangguk. Perlahan Gesang kembali mencium bibirnya, bersamaan dengan itu tangan pria itu membuka pakaian Henzie dari atas. Menampakkan bahu kanannya yang putih mulus. Karena memang sedari tadi dia hanya mengenakan pakaian tidur-daster berbahan sutra berwarna baby blue tanpa lengan dan hanya bertali sekitar sejari, bagian ujung bawah gaunnya hanya sejengkal di atas lutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
TSNOAS (Tamat)
RomanceCinta itu hadir bukan tanpa sebab, bukan pula suatu keinginan yang sudah terencana. Semua ada prosesnya. Selama ini, dua sejoli dek Henzie dan mas Gesang saling menyukai tanpa menyadari kapan bermula itu terjadi. Hingga suatu ketika, sebuah kejutan...