14 - Syarat-Syarat

359 34 1
                                    

Seminggu semenjak acara lamaran di rumah orang tua Henzie, tak satu hari pun Gesang lewatkan hanya untuk berleha-leha. Faktanya, meskipun pemuda itu telah direstui oleh sang calon mertua, tetap saja ada banyak hal yang harus ia persiapkan.

Saat itu, ketika Vincent mengajaknya mengobrol hanya berdua, keluarga mereka tak ada yang tahu apa isi percakapan itu hingga saat ini. Sepanjang perjalanan pulang, Syaqilah terus saja menanyainya tentang hal itu. Namun, ia selalu berdalih. Alasannya nanti saja lah, karena sedang konsentrasi menyetir, capek lah. Ada-ada saja cara yang dia lakukan untuk menghindar dari pertanyaan-pertanyaan rempong mamanya itu.

Meskipun Abdur juga penasaran, ia merasa tak perlu banyak bertanya dulu untuk sementara waktu. Melihat ekspresi wajah putra sulungnya yang tiba-tiba berubah sejak mereka pulang dari rumah keluarga Vincent Van Gogh menuju Denpasar. Bukan tampak sedang bersedih, hanya saja terlihat seperti sedang berpikir. Bukan sebuah kejutan lagi jika mengingat acara lamaran itu terkesan cukup mudah untuk dilalui. Tentu saja, di dalamnya tersimpan banyak misteri.

Urusan serah terima itu gampang, sekali mengucap ijab kabul adalah hal yang cukup mudah untuk dituntaskan. Hanya saja, prosesnya yang setidaknya membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Mengingat kedua keluarga belum cukup dekat, setidaknya Vincent membutuhkan waktu tiga bulan untuk mengenal lebih dalam tentang sosok calon menantunya tersebut.

Menurutnya, tiga bulan adalah waktu minimal yang bisa dia berikan. Namun, mungkin justru sebaliknya bagi kedua sejoli itu. Belum lagi, usia pemuda itu sepantaran dengan putra sulungnya. Otomatis, perbedaan usia antara Gesang dan Henzie cukup jauh.

Kalau disandingkan, keduanya memang terlihat cukup serasi. Meskipun wajah blasteran pada gadis itu sedikit mencolok. Tampilan fisik Henzie yang sekilas tampak mungil, tetap mampu mengimbangi sosok seorang pemuda keturunan Jawa Tengah itu. Tubuhnya tinggi semampai, wajahnya yang rupawan, mulus tanpa jerawat, juga tidak terlalu berotot pada bagian lengan dan kaki karena Gesang adalah tipe pria muda yang hanya melakukan olahraga ringan saja. Seperti jogging atau berenang.

(Fyi, Vincent nggak suka sama cowok yang berotot. Apalagi ukuran cowok yang akan menjadi sosok menantunya kelak. Katanya sih banyak ada rasa geli aja kalau liatnya). Nilai plusnya nggak masalah kalau ada roti sobeknya. Author juga mau kok. Pasti badannya pelukable. Uwuwuw.....apa sih?

Selain itu, pemuda itu memiliki kulit yang cerah, tidak tampak seperti anak keturunan suku jawa yang identik dengan kulit berwarna gelap. Yang paling keren menurut Vincent adalah, pemuda itu rapi menyangkut hal berpakaian. Dalam kehidupan sehari-sehari, Gesang selalu mengenakan celana khaki atau lebih sering pakai celana formal seperti slim fit executive, yang dipadukan dengan kemeja berlengan panjang berwarna polos atau motif batik, kadang juga dipadukan dengan baju kaos berbahan katun lembut yang hanya sesekali kalau sedang santai (bayangin aja kayak oppa-oppa di drama Korea yang perannya sebagai pekerja kantoran gituh), tak sekali pun mengenakan celana jeans atau sebangsanya. Sejak kecil, dia tidak menyukai jenis celana berbahan kain denim atau kain dungaree itu. Katanya terlalu boros. Boros tenaga dan air saat mencucinya.

"Jadi, apa sekarang kamu sudah siap cerita sama papa tentang materi obrolanmu dengan mister Van Gogh, calon ayah mertuamu waktu itu?" tanya Abdur ketika ia dengan putra sulungnya sedang santai duduk di teras depan rumah sambil menikmati suasana asri taman bunga di depan mereka dengan suguhan secangkir kopi susu dan sepotong sandwich pada pagi minggu.

"Pa, dulu saat ingin menikah dengan mama, papa membutuhkan waktu berapa bulan?"

"Setidaknya butuh sekitar satu tahun, terhitung sejak acara perjodohan. Dulu kan awalnya papa dan mamamu sama sekali belum saling kenal, karena pernikahan kami diatur oleh orang tua kami. Untungnya baik papa maupun mamamu, sudah mulai saling suka sejak pertama kali bertemu. Kami juga sama-sama tidak memiliki kekasih. Lagi pula, papa terlalu sibuk bekerja, jadi tidak terlalu peduli tentang pacaran atau semacamnya."

TSNOAS (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang