Di kala ada seseorang yang ingin masuk ke kehidupanku lebih dalam, aku hanya ingin memberitahunya akan sesuatu.
Ingatlah. Hidupku tidak seindah apa kata mereka. Cukup membosankan dan mudah ditebak. Duniaku tidak pernah baik-baik saja. Dipenuhi kekacauan yang disebabkan diriku sendiri atau orang lain. Keseharianku tidak sesempurna nama belakangku. Sesak akan omong kosong dari orang-orang yang bersandiwara.
Begitulah hidupku, duniaku, dan keseharianku. Tapi, aku tetap menikmatinya dan akan selalu menikmatinya. Bukan aku tidak peduli melainkan karena aku harus melakukannya.
Itu satu-satunya pemikiran yang datang tiap kali terbangun di pagi hari.
Pemandangan laut Santa Monica terpampang jelas dari jendela kamar hotel. Mataharinya tak begitu cerah, tetapi cukup menghangatkan di detik aku membuka mata. Sementara tanganku mengusap lembut payudara seseorang, aku menyeringai tipis. Menikmati tubuh telanjangnya yang menempel tanpa celah padaku.
Dia mengerang, menyurukkan wajah ke leherku. Bibirnya menempel di kulitku, mengirimkan kehangatan. "Hilangkan kebiasaan itu." Bisikannya serak, masih mengantuk. "Bisakah kau terdiam ketika sudah terbangun? Tanganmu terlalu banyak meraba sehingga aku terbangun juga."
Wajahnya mendongak, menatapku. "Kita memang bukan pasangan. Tapi kau bisa berpura-pura bersikap romantis. Lebih baik menatapku yang sedang tertidur daripada merabaku layaknya bajingan."
Wanita ini salah satu orang yang masuk ke kehidupanku lebih dalam. Terbukti dirinya tahu kebiasaanku di kala baru terbangun. Malangnya, dia lupa bahwa aku tidak bisa berpura-pura. Meski kami memiliki seks hebat tadi malam, itu tak cukup menciptakan suasana romantis yang dia harapkan.
Diberikannya pukulan ringan ke dada telanjangku. "Bahkan kau tidak menatapku sekarang! Apakah wajahku berubah menjadi buruk rupa di pagi hari?"
Tertawa rendah, aku pun menatapnya. Kutemukan sepasang mata hazel yang indah. Dikelilingi bulu mata tebal dan lentik. "Dunia tahu secantik apa dirimu. Kau tetap seperti bidadari meski dengan wajah buruk rupa."
"Pembual," desisnya sinis. Dia melepaskan dekapannya, menjauh dariku sebelum kembali menutup mata. "Pergilah. Kau memiliki rapat pagi ini, kan?"
Aku tidak membual. Perpaduan keelokan paras beserta keseksian tubuh yang dimilikinya selalu membuatku lupa diri.
Makin lama menatapnya, terjangan gairah menerjang. Dengan kejantanan setengah menegang, kuterjang dirinya. Tubuhku diatas tubuhnya. Dia menahan godaan itu, tidak membuka mata. Namun bibirnya berkedut geli. Tanganku mengelus lembut lekukan tubuhnya sementara bibirku menelusuri bibir, dagu, dan lehernya. Begitu perlahan. Berhasil membuatnya mendesah pelan.
"Aku tidak akan pergi sebelum merabamu lagi." Bibirku berakhir di telinganya. Kubisikkan tiap kata dalam janji-janji kenikmatan. "Kutunggu kau di kamar mandi."
KAMU SEDANG MEMBACA
William Hilton - Hot Player [Complete]
Любовные романыWILLIAM HILTON - HOT PLAYER - THE HIGH ROLLER SERIES #2 Hidupku dikelilingi wanita. Selalu. Bagiku. Hidup adalah kesenangan tanpa penyesalan meksi jauh dari kata sempurna. Selalu. Bagiku. Wanita memiliki satu warna sempurna untuk menerima dan member...