Kurasa tak ada yang lebih kejam di dunia ini selain waktu. Atau seperti yang dikatakan orang-orang bahwa waktu cepat berlalu. Diharapkan atau tidak. Siap atau tidak siap.
Tujuh minggu berlalu terasa seperti sekejap mata, dan kehidupanku menemukan proses perubahan lagi.
Sekalipun sudah beradaptasi tinggal di Las Vegas dan sudah terbiasa menjadi pemimpin proyek Pahrump, aku merasa perlu menyesuaikan diri lagi. Alasan utamanya karena Linc benar-benar kembali ke New York tepat saat pengukuhan jabatan diriku di Maxwell Group & Associates ditetapkan.
Kini, aku tak bisa meninggalkan Las Vegas sebelum mega proyek itu terwujudkan. Itu bukan masalah. Memang begitulah yang kuinginkan. Tapi tak bisa kupungkiri, ada yang berbeda saat menetap di kehidupan-kehidupan teman vegasku.
Hidupku tidak sama lagi karena pria yang berlalu lalang selama 24 jam adalah William. Itu pun bukan masalah. Justru menjadi hal terbaik dari seluruh keputusanku meski ada kalanya, kami menemukan jalan buntu. Ternyata makin erat menjalin hubungan, makin kesulitan bagi kami untuk beradaptasi.
Belum cukup merasa kesepian ketika William sering melakukan perjalanan bisnis, aku pun makin kesulitan menemui Gwen, Michael, dan John sebab mereka sama-sama sibuk.
Gwen beserta karirnya, mengurus kiddos juga bahkan beberapa kali kudapati dirinya lebih memprioritaskan teman-teman kantornya daripada menemuiku.
Michael dan persiapan pernikahannya. Di kala diriku lebih memilih Las Vegas daripada New York, dia malah melakukan hal sebaliknya. Lebih sering berada di New York daripada di Las Vegas.
John dan impiannya. Tak peduli seberapa banyak pekerjaan yang menahannya, dia bersikukuh pergi ke Connecticut untuk melakukan penelitian ilmiah agar cepat meraih gelar doktornya.
Hal-hal itulah yang menyebabkanku menjalani hari Jumat dalam suasana hati yang buruk. Selain harus menghadapi masalah yang baru muncul di lapangan proyek, urusan wanita telah memperburuknya. Hormon keparat yang datang tidak pada tempatnya.
Di tengah kesibukan, aku mesti berlarian untuk mencari pembalut bahkan ketika terlampau kelelahan mengatasi masalah yang ditimbulkan sekelompok orang, hanya dua orang yang siap membantuku, Braden dan Henry.
Sementara Henry menghubungiku melalui konferensi video, Braden memilih mengontakku melalui telepon. Percayalah, aku muak menghadapi ego kedua pria itu dan betapa sulit menyatukan suara mereka yang tak pernah sama.
Tapi mau bagaimanapun, Braden memiliki akses lebih besar untuk berpendapat. Maka, kuganggu Braden melebihi yang seharusnya selama beberapa hari untuk mengurusi permasalahan tersebut.
Tidak, tidak tepat. Mungkin aku sudah melakukannya jauh sebelum terjadi masalah.
Di hari Senin yang makin memuakkan, aku pulang dalam kondisi sedikit mengenaskan. Pakaianku sama kusutnya dengan otakku. Kuabaikan apartemen yang berantakan, langsung pergi ke ruang kerja selagi mendiskusikan solusi demi solusi dengan Braden melalui telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
William Hilton - Hot Player [Complete]
RomansaWILLIAM HILTON - HOT PLAYER - THE HIGH ROLLER SERIES #2 Hidupku dikelilingi wanita. Selalu. Bagiku. Hidup adalah kesenangan tanpa penyesalan meksi jauh dari kata sempurna. Selalu. Bagiku. Wanita memiliki satu warna sempurna untuk menerima dan member...