Hari Jumat, pukul 03.00 AM waktu setempat. Kami sampai ke salah satu atol, sesuai rencana langsung memastikan perlengkapan Beck sebelum beristirahat di penginapan pulau Buran.
Hari Sabtu, pukul 10.00 AM sampai hari Jumat pukul 12 PM waktu setempat. Kami mulai melakukan semua tahap persiapan selama tujuh hari ke depan.
Sebelumnya, kami sudah sepakat untuk mengeluarkan semua keahlian. Kejelian Zachary membuatnya bertanggung jawab pada daratan. Kegesitan saat berenang membuatku bertanggung jawab pada perairan. Dan—inteligen Beck membuatnya bertanggung jawab pada pengawasan.
Bagai rutinitas. Siang harinya, Zachary menelusuri daratan, berlalu lalang dari satu pulau ke pulau lain sementara diriku menelusuri laut menggunakan speedboat, masuk dan keluar permukaan air selagi melakukan diving di lokasi tertentu.
Terdapat dua orang yang mengikuti kami, membantu sekaligus melindungi jika hal buruk terjadi. Hanya Beck yang tak didampingi karena dirinya tidak mesti bepergian selama menelusuri satelit.
Aku berkomunikasi cukup baik dengan dua orang yang mendampingi. Nama mereka adalah Ian dan Alan, nyaris serupa. Namun keahlian mereka jauh berbeda. Ian sering berkolaborasi bersamaku, melakukan diving sangat cekatan seolah kami sedang mencari harta karun
Dan Alan—astaga. Padahal tubuhnya paling kekar, tetapi dia ahli merawat orang terluka.
Lalu sekembalinya melakukan tugas, kami akan berkumpul. Zachary, diriku, dan Beck mengolah hasil pekerjaan. Menjadikannya penambal kekosongan dari informasi-informasi yang kami miliki.
Di hari pertama, Zachary mengakhiri pertemuan sembari memarahiku yang tak sengaja terkena goresan benda tajam di dahi ketika terjatuh. Reaksinya selagi mengamati lukaku adalah geraman penuh ancaman. "Kau sudah berjanji. Jangan perlihatkan wajahmu jika sedang terluka."
Nada suaranya melunak, penuh kekhawatiran. "Bisakah kau lebih berhati-hati?"
Oh. Ancamannya begitu manis.
Aku tersenyum lebar, mengangguk-angguk layaknya remaja yang dimarahi kakak perempuannya.
Di hari kedua, kelelahan fisik menyebabkan mentalku sedikit terganggu. Menelurusi samudra terasa lebih mengerikan daripada menelusuri pesisir pantai. Seberapa keras kulawan rasa takut, itu tetap menghantui. Ian tak berhasil menenangkanku bahkan efek nikotin dari rokokku pun tak berguna.
Tepat saat itu, Beck melakukan sesuatu yang mengagetkan.
Baru kutahu bahwa dirinya suka melakukan—bagaimana menyebutnya? Meditasi? Yoga? Dia mengajakku ke ujung pulau, lalu menyuruhku melakukan sesuatu pada diriku sendiri.
Bukan mengajariku melawan perasaan-perasaan mengerikan itu melainkan mengajariku menerimanya. Mengubah energi negatif tersebut menjadi energi positif yang menenangkan.
Anggap saja kunjungan ke pulau Marshall mengajarkanku banyak hal. Terlebih melewati hari demi hari dengan dua orang yang jarang bersama, bagai cara baru bagiku untuk memandang dunia ini lebih luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
William Hilton - Hot Player [Complete]
عاطفيةWILLIAM HILTON - HOT PLAYER - THE HIGH ROLLER SERIES #2 Hidupku dikelilingi wanita. Selalu. Bagiku. Hidup adalah kesenangan tanpa penyesalan meksi jauh dari kata sempurna. Selalu. Bagiku. Wanita memiliki satu warna sempurna untuk menerima dan member...