Rasanya aku ingin mematahkan leher seseorang.
Dengan pemikiran itu, kepalan tanganku melayang sekuat tenaga pada bagian leher lawan sebelum kuterima pukulan lain dari temannya yang sama-sama kuat. Mengenai rahangku yang mengakibatkan gigiku tergigit.
Brengsek. Begitu menyakitkan.
Brengsek. Bisa kurasakan mulutku yang dipenuhi darah.
Tapi jangan lupa aku pun memiliki teman yang siap membantu.
Kusaksikan bagaimana Michael dan John yang melakukan tindakan heroik. Hanya dalam satu menit, Michael menarik orang pertama lalu menghantam ulu hatinya sampai tersungkur jatuh sembari menggeram kesakitan.
Sementara orang kedua yang memukulku? Astaga. Begitu mendapatkan beberapa pukulan di wajahnya, John membantingnya ke meja sehingga meja tersebut ambruk. Menandakan seberapa besar kekuatan yang John kerahkan.
John lebih dulu berbalik menatapku, menyeringai layaknya iblis dengan sorot mata penuh semangat. Yah. Terkadang dia sangat bisa berlagak sombong, dan perkelahian ini memicu kegembiraan tersendiri baginya.
Reaksi kesombongan Michael terkesan menggelikan. Mengocehkan berbagai umpatan dalam bahasanya, dia tertawa senang selagi mengajakku melakukan tos kepalan tangan. Namun terlalu awal merayakan kemenangan. Sekelompok orang kembali menerjang, menuntut kami untuk melawannya.
Kekacauan demi kekacauan semakin menjadi dalam sebuah bar dimana kami mengawalinya.
Aku ingat apa yang memicu keributan ini. Semuanya berawal pada saat diriku keluar dari penthouse di gedung Turnberry dengan keadaan menyedihkan karena merasa sedang keluar dari kehidupan wanitaku, Nancy Maxwell.
Itu terjadi sebab kami—keparat. Lupakan saja, aku malas membahasnya.
Jelas tak ada yang bisa kulakukan selain mendatangi Michael meski sebenarnya, aku ingin mendatangi kediaman McKinley dan memastikan keadaan Gwen. Hanya saja aku takut mengganggu, terlampau malam untuk berkunjung.
Aku menelpon Michael sembari mengemudi, mendapatkan informasi bahwa dirinya berada di Loose Caboose bar bersama John. Aku tahu masih banyak pekerjaan yang mesti mereka diskusikan, tetapi aku tidak tahu kenapa mereka memilih tempat itu.
Michael dan John duduk bersebrangan sembari menikmati sebotol whisky ketika aku datang. Aku sempat duduk di tengah mereka, mendengarkan tanpa ingin ikut serta dalam perbincangannya. Otakku belum bekerja dengan semestinya, kemudian di kala kudengar nama seorang wanita dari mulut Michael—"Bagaimana keadaan Nancy?"—barulah aku beranjak pergi.
Tanpa ingin menjawabnya, kubawa botol whisky. Sebut saja aku bajingan pengecut sebab belum mau menghadapi kenyataan.
Menenggak whisky banyak-banyak, aku berpindah duduk ke kursi bar selagi menyapa Alex. Sang pemilik bar yang sudah kukenal selama bertahun-tahun. Alex sejenis pria tua yang berperut buncit dan bermuka masam. Selain tidak enak dipandang, sikapnya pun tidak terlalu baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
William Hilton - Hot Player [Complete]
RomansaWILLIAM HILTON - HOT PLAYER - THE HIGH ROLLER SERIES #2 Hidupku dikelilingi wanita. Selalu. Bagiku. Hidup adalah kesenangan tanpa penyesalan meksi jauh dari kata sempurna. Selalu. Bagiku. Wanita memiliki satu warna sempurna untuk menerima dan member...