"Apa yang akan kau lakukan?"
Sebuah pertanyaan muncul dari seseorang, tidak tahu datang dari Michael atau John bahkan aku tak memiliki jawabannya.
Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu. Apa pun itu. Semuanya..
Gelap dan dingin adalah dua hal yang kubenci di dunia ini karena menimbulkan perasaan takut. Rasa takut menimbulkan dua hal yang lebih kubenci lagi, yaitu kekeliruan dan keraguan. Biasanya pemicu dasar dari semua itu tidak lain dan tidak bukan adalah keluarga Hilton. Sekumpulan orang yang kubenci.
Perpaduan kemeja berlengan panjang serta jeans mahal seharusnya tak membuatku kedinginan. Sejauh yang diingat, aku sudah duduk lebih dari satu jam dalam ruang privat John di klubnya. Ada dua lampu berdiri yang bercahaya kekuningan di depan jendela kaca, tak jauh dari keberadaanku. Tapi aku tidak bisa melihatnya.
Semua terasa dingin dan gelap. Tak terasa dan tak terjangkau.
Aku duduk seperti patung dengan tatapan kosong. Tubuhku kebas sekaligus menegang dalam satu waktu. Aku tak mengerti apa-apa, hanya merasa seolah didorong ke lubang kegelapan yang begitu dingin.
Suara lain terdengar meski sedikit menjauh. "Ternyata memiliki kehidupanmu bayarannya begitu mengerikan. Aku tidak sudi menjadi dirimu, William."
Kepalaku menoleh, menangkap sorot mata Michael. Kegeliannya terbungkus simpati. Sahabatku saja mengasihaniku sekarang.
John terdengar gusar, mengakibatkan aksen britishnya lenyap. "Beritahu kami. Apa yang ingin kau lakukan terhadap mereka?"
Agak kaku, aku mengambil gelas scotch di atas meja. Meneguknya habis lalu beralih ke gelas milik Michael dan John, menghabiskannya juga. Alkohol itu membakar tenggorokanku, menjalar ke perutku. "Kalian tahu, aku takkan peduli pada Tornado itu."
"Liberto." John mengoreksinya, ditimpali Michael yang tertawa singkat. Ikut mengoreksi. "Rencana mereka bernama Liberto dan bukan Tornado, Will."
Kemudian, Michael menjelaskan apa arti kata Liberto dalam bahasa Spanyol. Bahasa yang dikuasainya. Malangnya, aku tak peduli.
"Terserah. Persetan dengan apapun rencana mereka," erangku murka.
Berniat menghibur, Michael memukul lenganku sembari berseru girang. "Bagaimana perasaanmu saat dijual oleh keluargamu sendiri?"
Dijual? Cih! Jiwaku memang sering dijual mereka.
Perasaannya tak asing, begitu familiar dan menyakitkan.
Kuberi tatapan sinis pada Michael, lalu menyeringai miring. "Kenapa bertanya? Kau lebih sering diobral oleh keluarga Washington, pasti jauh lebih tahu bagaimana rasanya."
Michael menyikut otot bisepku. "Brengsek kau!"
Tapi itu benar. Adakalanya nasib kami terkesan sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
William Hilton - Hot Player [Complete]
Roman d'amourWILLIAM HILTON - HOT PLAYER - THE HIGH ROLLER SERIES #2 Hidupku dikelilingi wanita. Selalu. Bagiku. Hidup adalah kesenangan tanpa penyesalan meksi jauh dari kata sempurna. Selalu. Bagiku. Wanita memiliki satu warna sempurna untuk menerima dan member...