Arga Setiawan Haryadi, Dosen statistika muda yang merupakan anak dari dekan Kisworo Haryadi. Sayangnya dia bersahabat dekat dengan Alvian mantan pacar Nea Putrillia. Itulah yang membuat Nea dan Arga merasa jauh satu sama lain. Entahlah hati Nea akan berlabuh ke siapa. Mungkin bisa jadi ke bapaknya Arga. Jatuh hati kepada kepala mengkilapnya.
Berhubung Nea pulang besok ke kota dimana dia kuliah, Alvian memutuskan untuk mengantar Nea sampai kosan. Dia masih merasa khawatir dengan kondisi kaki Nea yang terkilir. Akhrinya Alvian dan Arga menginap dirumah Nea. Sementara Imi dan Niko pulang. Tapi mereka akan meminta izin menginap di rumah Nea. Dengan alasan agar besok bisa berangkat bareng lagi ke Purwokertonya.
Nea menonton tv bersama Alvian. Sementara Arga memilih mengobrol bersama bapaknya Nea. Arga mengobrol di halaman belakang rumah tepatnya disamping kolam tempat terjadi otopsi dadakan kemarin.
" Nak Agus ini dulu teman kuliah nak Alvian?"
Tuing..tuing.. Arga celingukan, memastikan bahwa bapaknya Nea ini memang sedang mengobrol dengan dirinya, lalu siapa Agus?
" Oh ya Nak Agus ini sudah lama jadi dosen?"
" Maaf pak, saya Arga pak, bukan Agus," sahut Arga membetulkan namanya.
" Oh gitu ya, sudah ganti lagi ya?"
Sepertinya kebiasaan Nea mengganti nama orang itu adalah hasil turunan sang ayahanda. Arga hanya menggaruk tengkuk lehernya.
Dari dulu juga gak berubah nama pak.
" Saya belum lama pak, ya terhitung Nea masuk kuliah, pas Nea baru masuk kuliah aja, saya juga baru jadi dosen,"
" Oh begitu, Ayah sama ibu kerja Nak?"
" Ayah saya dekan pak, kalau ibu dirumah aja pak,"
" Oh dekan yah, bagus itu."
" Bapak sendiri kerja apa pak?"
" Saya pensiunan nak, saya pensiunan BUMN,"
" Oh sudah pensiun pak, tapi masih terlihat seger ya pak,"
" Ah nak Agus bisa saja!" babeh Syueb reflek mendorong tubuh Arga, untung saja gak sampai nyemplung kolam loh. Mana salah sebut nama lagi, Arga hanya mengelus dada. Tapi di ujung bibirnya tersungging senyum.
Dilain tempat.
" Dek,"
" Yah, kenapa kak?"
" Belum ngantuk?"
" Belum kak, nunggu Imi sama Niko nih, katanya mereka juga mau nginep disini,"
Alvian memiringkan posisinya duduknya, sehingga dia bisa leluasa menatap Nea.
" Kenapa sih kak, liatin Nea segitunya, atau wajahku panuan?" tanya Nea yang membuat Alvian terkekeh.
" Ndak lah, masa cantik kaya gitu panuan sih dek," jawabnya dengan logat Yogyanya.
" Terus kenapa liatin Nea kayak gitu, tatapan kakak tuh udah kayak natap buronan tau gak sih,"
" Masa? Iya kamu memang buronan," Nea melirik Alvian dan mengerutkan dahinya.
" Buronan hatiku dek," antara ingin tertawa dan bingung itulah yang Nea rasakan. Dia ingin tertawa sejak kapan mantannya ini bisa alay begini pake ngegombal ala Sule-Andre aja. Dan dia juga bingung kenapa walau dia sedekat ini dengan Alvian gak ada perasaan canggung, dan gerogi. Mungkin karena Nea telah mengenal Alvian lebih jauh.
Saat bersamanya, perasaan ini berbeda.
" Nea, hayuk ajakin kak Ian sama Kak Arga makan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Oneng & O'on
HumorMasih perlu banyak revisi yah, jadi mohon dimaklum. Typo juga bertebaran dimana-mana, harap maklum! kalau part pertama garing baca halaman selanjutnya, terus aja gitu, kalau masih garing juga coba celupin aja ke air tar juga basah. Mereka dikenal y...