Dua minggu telah berlalu. Hari ini adalah hari sangat spesial bagi para mahasiswa atau mahasiswi tingkat akhir, karena hari ini mereka akan melepas status mereka sebagai mahasiswa atau mahasiswi. Mereka akan berjuang melanjutkan hidup yang lebih baik. Jadi pengangguran kah? Atau bekerja? Atau juga menjadi pengusaha. Tergantung nasib yang membawa mereka kelak. Dan hari ini adalah hari mereka resmi mendapat gelar sarjana. Suasana ramai, semenjak kemarin semua sibuk mempersiapkan untuk acara wisuda hari ini.
Orang tua Nea dan Imi juga sudah hadir, mereka datang kemarin naik odong-odong. Kebayang kali ya kasian tukang odong-odongnya dari Bandung genjotin odong-odong sampai ke Purwokerto. Lupakan masalah tukang odong-odong, kembali ke Nea dan Imi. Sekarang mereka sudah mendapat gelar tikar eh gelar sarjana. Mereka asik berfoto-foto, sampai orang lewat yang gak kenal aja di fotoin loh.
Nea asik mengabadikan moment wisudanya, tangannya memegang erat handycam merk samsul. Merekam setiap kemeriahan suasana wisuda. Direkamnya Imi yang sedang asik ber wefie bareng Niko dan orang tuanya.
Hm, sepertinya mereka ada sesuatu, gue mencium bau pasangan baru nih. Gue kapan ya?
Nea membalikan badannya untuk melanjutkan kembali aksi merekam para wisudawan, sementara orang tua Nea asik mengobrol dengan orang tua wisudawan lainnya. Semoga mereka gak membahas menjodohkan anaknya masing-masing. Nea berjalan perlahan merekam semua momen yang menurutnya menarik, bahkan tukang cimol yang lagi bunyiin totet-totet aja dia rekam, bukan karena bunyinya tapi karena tukang cimolnya mirip sama Ricardo Izecson dos Santos Leite alias Ricardo kaka pemain bola asal Brasil.
Kali ini Nea diam terpaku merekam seseorang yang menurutnya lebih tampan dari si tukang cimol tadi. Seorang pria berkameja putih lengan panjang yang dia gulung sampai sikut tengah berdiri dan asik mengobrol dengan para dosen dan rektor. Sayang sekali jika disampingnya berdiri sosok jin iprit yang memantulkan cahaya silau akibat kepala pelontos bak pentol korek.
Kenapa? Dia, mampu membuat jantungku berdetak kencang saat menatapnya.
Tanpa sadar Nea terus merekam Arga yang sedang berbincang. Seolah dirinya merasa ada seseorang memperhatikannya Argapun menoleh.
" Kenapa pake noleh sih mas, aduh malunya ketauan. Mau ngacir gak bisa pake setelan kebaya gini, tar sanggul gue copot." gerutu Nea seraya berjalan membelakangi Arga yang masih menatapnya. Tak lupa tangannya sesekali memeriksa konde dikepalanya.
Jangan pernah lari dari hadapanku.
Nea berjalan mendekati Imi yang semenjak tadi melupakan dirinya karena kehadiran Niko. Sementara orang tua Nea masih asik ngobrol, Nea selintas mendengar mereka sedang mengobrolkan kenaikan tarif listrik.
" Eh ada Nea." sapa Niko yang disambut muka masam Nea.
" Daritadi juga ada gue...huaaaaaa," Nea mulai merengek sedih.
" Uh, sayang, cup-cup.. Jangan nangis ah, masa udah wisuda nangis tar make up nya luntur loh, cantiknya ilang yang ada kaya setan bangkit dari kubur." ledek Imi. Nea mengeplak kepala Imi kesal.
" Sakit Oneng, sanggul gue copot tar." protes Imi.
" Kalian asik sendiri sih, gue dicuekin."
" Lah gue kira lo sama bokap nyokap lo,"
" Tuh, emak babeh lagi ngobrolin kenaikan listrik sama orang tuanya siapa gue gak tau." ucap Nea kesal seraya menunjuk emak babehnya. Imi menghela nafas panjang. Merasa iba dengan tatapan Nea.
" Maaf deh maaf, lagian lo tadi kemana asik merekam sana sini, ngerekam apaan sih, penampakan? Coba gue lihat," Imi merebut handycam dari tangan Nea.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oneng & O'on
ComédieMasih perlu banyak revisi yah, jadi mohon dimaklum. Typo juga bertebaran dimana-mana, harap maklum! kalau part pertama garing baca halaman selanjutnya, terus aja gitu, kalau masih garing juga coba celupin aja ke air tar juga basah. Mereka dikenal y...