SEBUAH RAHASIA

668 58 14
                                        

" Neaaaaaaaaa....!! " teriak Imi sambil berlari mengejar becak. Nea hanya garuk garuk kepalanya bingung. Kali ini memang gatel udah seminggu gak keramas. Nea dengan santai menepuk pundak Imi. Imi berhenti seketika. Dan menoleh.

" loh kok lo disini Nenk? " tanya dia bingung.

" lah emang gue disini daritadi juga dibelakang lo kali," jawab Nea santai.

" terus tadi yang dibecak siapa? " tanya Imi seraya menunjuk becak yang tadi dikejarnya. Nea hanya menggelenglan kepala. Jangan geleng geleng kepala tar coplok tuh kepala.

" gue kira tadi lo naik becak terus ninggalin gue!" gerutu Imi.

" mangkanya o'on, lo kalau lari liat dulu siapa yang dikejar, lah gue aja bingung kenapa lo lari lari ngejar tu becak, gue kira lo ada hubungan sama itu abang becaknya." ledek Nea.

" au ah, tau lo dibelakang gue tadi,gue gak akan cape lari ngejar tu becak! " ujarnya kesal. Nea mengusap pundak Imi. Imi dengan kesal menampik tangan Nea dan merasakan ada sesuatu yang nempel ditangannya.

" dah yu, daripada ngomel mending kita jalan ke Kampus, gue bisa diomelin anaknya tuyul tar," Nea ngeloyor berjalan didepan Imi. Imi masih mengamati benda yang dia pegang.

" eh sempak bolong, lo naro upil dipundak gue, anjayyyy.. Jijay.. Ihh..awas lo Nenk, gue gibeg jadi dodol lo!!" teriak Imi sembari berlari mengejar Nea yang lebih dulu lari.

Mereka main kejar kejaran layaknya tom dan si jery, sampai pada akhirnya suatu ketika disaat itu mereka tiba di kampus, tuhkan mulai ribet lagi ngomongnya. Mereka berpencar, tapi perang upil masih to be continue nanti sepulang dari kampus. Imi berjalan menuju ruang dosen, dia mau ngedate sama dosen yang dikatain peyot sama si Nea.

Sementara Nea berjalan menuju ruang dosen milik Arga yang tak lain anak dari yang bapaknya sering dikatain tuyul atau lampu taman sama dia. Tapi Nea gak berhasil menemukan Arga. Dia coba cari ke bawah meja, laci, kolong lemari, juga gak lupa nyari di bawah pot. Aksinya ini di perhatikan oleh beberpa yang lewat. Mereka berdecak kagum melihatnya, tapi setelah melaluinya mereka langsung kejang kejang.

" Nea, " seseorang memanggilnya dari belakang.

" pak Arga dimana kamu? " tanya Nea yang masih sibuk mencari sampai nungging. Dari celah kedua kakinya dia melihatnya.

" loh kok pak Arga kebalik sih kepalanya dibawah?" Nea masih nungging. Arga mengusap dadanya.

" mangkanya liatnya jangan sambil nunggingggggg! " pekiknya gemes.

" oh iya, hehehe.. " sambil nyengir Nea kembali dengan posisi normal. Dia menoleh ke Arga. Arga menghampiri Nea. Dan menyuruh Nea duduk dihadapannya. Nea langsung duduk dipangkuan Arga. Mereka saling pandang.

" maksud saya kamu itu duduk dihadapan saya bukan dipangkuan saya! " ucap Arga gregetan. Nea langsung tersadar dan duduk diatas meja menatap Arga.

" DI KURSI NEA... KURSI.. BUKAN DI MEJA! " pekiknya mulai kesal.

" tadi katanya duduk dihadapan kamu, serba salah ih," ucap Nea protes.

" iya tapi disana, tuh liat ada kursikan? Duduk dihadapan saya di kursi, okeh." Arga melembut menahan kesalnya.

" tadi gak bilang suruh duduk di kursi, bilangnya cuma duduk dihadapan saya, gitu kan? " Nea gak mau ngalah. Arga mengusap mukanya. Menarik nafasnya dalam dalam, gak dikeluarin lagi.

" ini kampus Ne, di ruang dosen, kalau diluar itu si gak apa apa," ucapnya lirih. Nea melotot.

" eh.. Maksudnya kalau gak dikampus itu terserah kamu mau duduk dimana juga, di pohon juga gak apa apa."

Oneng & O'onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang