AYUNAN

774 52 4
                                    

Bibi Arum menggeser kursi dan menumpahkan tehnya. Ia mencampakkan selimut tipis yang terlampir di bahunya dan menghampiri Mayang. Gadis itu menari-nari gembira melihat reaksi anak-anak panti.

" Hentikan!" jerit bibi sambil menarik tangan kecil Mayang. Mayang memekik dan menjulurkan lidah.

" Bibi... Kikikikiki, masih juga kau berani memegangku setelah kau tahu siapa aku." ucap Mayang tersenyum.
Bibi tertegun. Gadis kecil itu membuatnya takut.

" Hentikan Mayang! Bibi mohon..." bibi memelankan suaranya. Ibu jarinya merasakan kulit Mayang yang dingin dan lembek seperti bubur. Mayang mendongak. Ia memamerkan giginya dan sontak tertawa.

" Kau memohon bibi." Mayang menghentakkan tangan bibi dan pergi menjauh. Mayang mengacungkan tongkat neneknya dan berlari-lari kecil di lorong.
Bibi Arum terisak dan lututnya lemas, membuatnya terjatuh di lantai. Galih membopongnya, dibantu pengurus panti asuhan lainnya.

Hari sudah sore. Tadi siang hujan turun dengan deras. Halaman tampak basah dan tanah berubah menjadi lumpur. Teras panti asuhan penuh dengan rembesan air hujan.  Aroma jagung rebus sedikit menghangatkan sore yang lembab itu.
Bibi Arum menghitung uang yang ia punya dan menyelipkannya ke dompet. Ia berniat bertemu dengan seseorang di desa, yang bisa menolongnya. Ia harus segera menyelesaikan masalah itu sebelum bertambah buruk. Hujan sudah reda, gumamnya. Bibi menyisir rambut dan menggelungnya. Ia mengenakan baju kuning dengan motif bunga merah dan rok cokelat menyentuh mata kaki. Terlebih dahulu, ia menghampiri anak-anak yang sedang berkumpul bersama menikmati jagung rebus. Mariyem ada di sana, ditemani Leman. Satu-satunya pria di panti. Begitu bibi memasuki ruangan, Mariyem menyeka tangan di roknya dan berdiri.

" Bi.." Mariyem mendekat.
" Mariyem, kau jaga anak-anak. Bibi mau bertemu dengan-"
" Mariyem tahu bi."
" Baguslah kau tahu. Bibi harap Mayang tidak berulah lagi."
" Anak-anak bilang, tadi ia bermain hujan.."
" Di mana?"
" Di dekat pohon pisang."
Bibi Arum mengelus dadanya. Mariyem merapatkan bibirnya dan menunduk. Mereka sama-sama takut. Jika mereka mengusir Mayang, gadis itu bisa saja berbuat lebih buruk dari sebelumnya.

Bibi Arum pergi ke desa, sendirian. Ditinggalkannya panti asuhan di tangan Mariyem. Walaupun, ia tahu ia hanya pergi barang beberapa jam, namun, hatinya gundah. Jalan yang ia lalui becek. Pohon- pohon rindang menaungi jalan itu. Segelintir orang berlalu lalang di desa. Karena hari sudah sore,  beberapa pedagang menggulung barang dagangannya dan beranjak pulang. Bibi Arum memasuki sebuah gang sempit. Bau got membuatnya sesak napas. Ia sampai di depan sebuah rumah kecil dengan atap berlumut. Lantainya terbuat dari semen. Tanaman rambat menjalari dinding rumah itu. Ember berwarna biru dijejerkan di depan rumah, tepat di bawah sebilah batang bambu yang dipasang miring di atap rumah. Air hujan menetes ke dalam ember. Sebagian air itu memerciki kaki bibi. Pintu rumah itu terbuka. Seorang pria berkumis tipis dan berkemeja lusuh menyapa bibi.

" Bibi Arum, ayo masuk." pria itu mempersilakan bibi. Bibi melepas sandalnya.

" Arman," sapa bibi sambil tersenyum. " Ayah, ada?"

Pria yang dipanggil Arman itu menggangguk dan menutup pintu setelah bibi masuk. Rumah itu sangat kecil di dalam. Sebuah sofa tua, yang gabusnya sudah sebagian menyembul keluar diletakkan sembarangan. Bingkai-bingkai foto mungil menghiasi dinding. Fotonya usang dan kekuningan. Bibi duduk dan menunggu sementara Arman menghilang di balik sebuah pintu yang mengarah ke belakang rumah.

" Arum." seorang pria tua memasuki ruang tamu. Rambut keritingnya penuh uban dan keriput sudah memakan wajahnya. Bibi berdiri dan menyalami pria tua itu. Ia sudah tidak sabar ingin menceritakan perihal tentang Mayang. Ia meremas-remas bajunya dan segera duduk.

" Apa gerangan yang membuat kau kemari?" pria tua itu menangkupkan tangan dan menempatkannya di atas lututnya.

" Paman Matun, paman tahu, siapa Sekar." bibi Arum tidak tahu harus memulai darimana. Pikirannya kacau.

KalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang