Music (H) : Haluan Musik Berwaktu

280 125 15
                                    

Music (H) : Haluan Musik Berwaktu

SEPIRING nasi goreng yang ada di tangan Zio mengambang sebelum sampai ke hadapan Nasya. Perempuan itu tidak diketemukannya di dalam hotel, kesimpulannya adalah mungkin Nasya sedang berjalan-jalan di luar.

Zio menaikkan lagi masker yang menutupi wajahnya. Dimintai foto secara mendadak oleh orang-orang yang sedang berlalu-lalang di sekitar taman hotel bukanlah pilihan yang bijak.

"Anak Mama udah bandel, ya, sekarang," celetuknya, sambil menarik rambut Nasya dari belakang. Meski Nasya menggunakan penutup wajah, Zio hapal betul bagaimana tubuh dan gaya duduk Nasya dalam keadaan apapun.

Nasya melotot, terkejut akan kedatangan tiba-tiba Zio yang sudah seperti pelayan hotel dengan piring nasi goreng di tangan kanan.

"Gue tau kalau gue ngangenin, Yo. Nggak usah pakai acara nyusulin juga kali," rutuk Nasya, sebal. "Gue cuma mau menikmati Surabaya. Jarang-jarang kita bisa ke sini."

Mendengar pengakuan itu, Zio hanya mampu terkekeh. Kelakuan Nasya yang terlampau jujur dengan mimik polos seperti itu cukup menghibur paginya. "Rangga nggak bilang apa-apa ke lo, kan?"

Nasya tercenung, memutar ingatannya sejak konser kemarin malam. Namun yang didapatnya hanya ingatan tentang peristiwa lomba lari dengan Rangga, kemudian konser, lalu dia tertidur di hotel yang sudah disewa oleh Onik.

"Ngomong apa?"

"Lo belum pulang ke hotel daritadi pagi, ya?" Zio menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lagi.

Malu bahwa kelakuannya diketahui Zio, Nasya segera mengalihkan perhatian. "Emang harusnya Rangga ngomong apa ke gue?"

Zio mengedikkan bahu, memilih menatapi nasi goreng yang dibawanya sejak tadi. "Gue bawain lo makanan. Makan buru."

"Hei? Seorang Albizio sekarang peduli pada Nasya?" Nasya menaikkan kedua alisnya, menyunggingkan senyum selebar-lebarnya. "Paham gue, Yo. Lo ngerasa gue nge-friendzone-in lo, ya? Maaf ya, gue nggak peka gitu."

Zio ternganga. Nasya Afaysh dengan segala sikap peka yang kelewatan batas itu benar-benar menyebalkan. Segera ia menjitak kepala Nasya. "Nggak usah geer. Cewek kok besar kepala banget, diperhatiin dikit baper. Kelamaan jones dan dijodoh-jodohin pasangan sama fans, beresiko bikin lo kayak gini, ya?"

Nasya segera memukul lengan Zio keras-keras. "Gue ini jomblo menggemaskan tau!"

"Coba? Mana yang menggemaskan?"

"Lo nggak tau kalau pipi gue segembul bak pia?!" Sekarang, perempuan itu malah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dikatakan perempuan dengan bersemangat.

Zio memicingkan mata. Bersikap seolah dia tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Nasya, lagi-lagi berusaha memancing emosi perempuan itu. Tangannya terulur menjangkau pipi Nasya, setelah targetnya didapatkan, Zio segera mencubit keras-keras kedua pipi Nasya itu.

"Albizio! Gue makan lo!" seru Nasya, murka.

Zio menelan ludah. Tadinya, dia sudah memasang aba-abang untuk segera berlari menghindari amukan Nasya, tetapi digagalkan karena dia harus menahan Nasya.

Started With MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang