Music (F) : Fragmen Kulminasi Sedih

188 107 12
                                    

author note : playlist di sini adalah lagu yg cocok buat didengerin pas baca part ini, okey?

[playlist : Attention-Charlie Puth]

RATUSAN kebetulan-kebetulan yang mendekatkan Nasya dan Zio akhir-akhir ini tidak lain tidak bukan adalah rencana Rangga. Cara cowok itu memperbanyak pertemuan dan mengajarkan Zio untuk lebih mudah menyeletukkan "I love you" untuk Nasya juga berperan besar pada hubungan Nasya dan Zio.

Untuk itulah, setelah menghabiskan waktu seharian untuk tidur dan bercerita dengan mamanya, Zio bertandang ke rumah Rangga.

Mereka sedang libur omong-omong.

"Terima kasih doang nggak ngaruh kalau lo nggak nraktir gue." Rangga mendecakkan lidah, bosan juga dengan Zio yang tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih sejak beberapa minggu terakhir.

"Kejebak di lift, sering duet bareng, mobilnya yang sengaja lo kempesin, baju senada, kencan dengan alibi nguji chemistry, serius, Ngga. Lo membantu banyak gue buat ngedeketin Nasya," kata Zio menggebu-gebu.

Rangga mendengarkan celotehan Zio malas. Karena temannya itu ikut pulang dengannya ke rumah, Rangga harus menunda keinginannya untuk segera bertemu dengan Midia. Padahal, setiap kali pulang, yang Rangga lakukan adalah menghabiskan banyak cerita bersama perempuan itu.

"Ya, ya, ya terserah lo." Rangga memutar bola mata. "Gue sama sekali nggak masalah ngelakuin beberapa hal yang agak geli, yang penting lo deket sama Nasya dan nanti nembak dia. Tapi, inget, Yo. Jangan nyakitin dia, atau gue patahin tulang lo."

"Galak," desis Zio lalu terkikik.

"Yah, lo tau kalau Nasya udah gue anggep sebagai kakak ipar, meskipun nggak jadi," ucap Rangga dengan wajah sedih. "Kalau kakaknya gebetan gue lo sakitin, gue enggak akan segan-segan ngelempar lo ke sungai Yamuna."

"Kejauhan, tai." Zio menggelengkan kepalanya. "Ngomong-ngomong, Ngga. Kalau lo suka sama Nafisha, kenapa jadi pacaran sama Midia?"

"Nafisha masih kekecilan," jawab Rangga sedih.

Mendengar jawaban itu, Zio tergelak keras-keras. "Lagian, anak belum tamat TK ditaksir."

"Cantik, bego. Kayak kakaknya."

Zio setuju dengan pernyataan itu. "Lo bener."

"Gue emang selalu bener," ucap Rangga menyombongkan diri. Sekarang, karena lelah, dia memilih untuk berbari di atas kasurnya.

Setelah lama terdiam, karena sibuk menentramkan penatnya masing-masing, Rangga kembali buka suara. "Jadi, lo berniat nembak Nasya kapan?"

"Secepatnya."

Rangga menggumamkan "Oh" pelan. "Inget aja ya, kalau lo gagal nembak Nasya, lo harus beliin gue drone."

"Dan kalau gue berhasil nembak Nasya dan pacaran sama dia, lo bakalan beliin gue gitar listrik harga termahal," balas Zio dengan nada menantang.

Rangga menekuk bibirnya. "Sebenarnya, gue enggak ngerti kenapa taruhan kita nggak setimpal."

"Lo duluan yang ngajakin, gue hanya tinggal nge-deal." Zio menghembuskan napas kasar. "Pizza bayaran taruhan karena gue berhasil sering kencan sama Nasya dalam satu bulan udah gue pesen, lo tinggal nunggu. Gue mau balik."

"Kirain gue lo nggak nepatin janji." Rangga terlihat senang karena akan mendapat makanan gratis. Beberapa hari belakangan, triknya untuk berhasil membujuk Zio melakukan berbagai modusnya adalah taruhan. Bukan berniat menjadikan Nasya sebagai perempuan tidak berharga diri, Rangga hanya ingin memotivasi Zio agar berani.

Started With MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang