Music (M) : Mencemaskan Artinya Sayang

249 120 11
                                    

Music (M) : Mencemaskan Artinya Sayang

LANGKAH Nasya terpaksa henti di depan sebuah pintu yang terbuat dari jati. Memang bukan salahnya datang pukul dua belas siang lalu mengetuk, menyarankan agar penghuni kamar segera membuka dan bersiap-siap ke aula rapat Eagle hari ini. Nasya sendiri tadi dimintai Onik untuk menjemputnya.

"Ngga?" Kentara sekali bahwa suara Nasya seperti orang baru bangun tidur. Jangan tanya kenapa perempuan sepertinya baru membuka mata dan beranjak dari tempat tidur pukul sebelas siang. "Kak Onik nyuruh ke aula rapat tuh."

Menunggu sebentar, Nasya memainkan ponselnya yang tidak henti kebanjiran notifikasi berkat foto-foto yang dimasukkan Zio kemarin. Berbagai artikel juga senantiasa dikirimkan Kanissa—temannya—ke ponselnya. Artikel-artikel yang dibuat oleh netizen untuk meramaikan masalah foto yang diunggah Zio.

Mau bagaimana lagi, sepertinya mereka kekurangan pekerjaan sehingga harus repot-repot membuat wacana yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk mereka.

Mak genta : buru bawa rangganya

gak dijawab, msh tdr kali :(

Mak genta : org macem dia tdr jam segini? Helaw

bisa aja, soalnya dia kan nyupir td mlm

Mak genta : dobrak aja kata kak onik

tenaga gue ga sekuat itu, bege

Mak genta : kan demi rangga

apasi lu ah -,-

Mak genta : ydh bawa sini rangganya, bentar lg mulai
Mak genta : btw, buka aja, temen sendiri jg

Mendapat saran yang seperti itu dari Magenta, Nasya menatap ragu pintu yang ada di depannya. Bukan ide bagus masuk ke kamar seorang laki-laki yang bisa saja sedang apapun meski dia teman kita. Nasya meneguk ludahnya susah payah. Memikirkan cara lain agar Rangga bisa bangun dan segera menuju ruangan rapat.

"Ponselnya mode dering nggak, ya?" tanya Nasya pada dirinya sendiri. ia menggigit bibir begitu menekan tombol Rangga. Namun, jangkauan kartu cowok itu sedang sibuk dan tidak bisa dihubungi.

"Masuk aja, nih?" tanyanya, kembali meyakinkan diri sendiri. Nasya menghirup napas pelan-pelan, menggumamkan maaf karena berlaku tidak sopan. Lalu, tangannya membuka gerendel pintu.

"Iya, Ma, iya udah Rangga min—" Rangga berjengit kaget sewaktu menemui Nasya yang tahu-tahu saja ada di balik pintu kamarnya. Ponselnya bahkan sempat ingin terjun bebas ke lantai bawah jika daya tanggap cowok itu tidak lumayan. "Bentar, Ma." Cowok itu kemudian maju mendekati Nasya. "Lo ada perlu apa sampai masuk ke kamar cowok?"

Nasya menggaruk tengkuk. "Anu, Eagle ada rapat. Ponsel lo daritadi ditelponin sibuk melulu. Gue disuruh nyusulin deh."

"Oh," sahut Rangga singkat. "Bentar, ya."

Sedetik kemudian Rangga sudah membalik badan, mendekatkan ponsel ke telinga lalu berbicara lagi pada orang yang ada di seberang sana. Siapapun dia, Nasya mengira bahwa urusan orang itu dengan Rangga memang benar-benar penting.

Sembari menunggu, Nasya duduk di ujung tempat tidur. memperhatikan bagaimana kamar cowok itu, meski hanya penginapan sementara. Semuanya tertata bagus, tidak ada baju yang berantakan di sana sini.

Kemudian mata Nasya tertambat pada kantong plastic putih serta sebuah kotak dengan tulisan 'Punya Rangga'. Seingatnya, itu adalah kotak yang sama persis seperti yang pernah dilihatnya di rumah cowok itu.

Started With MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang