Music (I) : Ingin yang Diam tanpa Mau Bersuara

275 122 12
                                    

KEDATANGAN Eagle ke kota pahlawan yang terkenal akan monumen pahlawannya ini seharusnya menjadi keuntungan sendiri bagi Nasya. Setelah mendapat satu foto penuh dengan beberapa penggemar ditambah Rangga, hari ini lagi-lagi permintaan job datang berserakan sampai Onik bingung untuk mensortirnya.

Saat ini, seluruh kru Eagle sedang berada di kamar ganti Eagle yang menjadi bintang tamu untuk acara yang dilaksanakan di salah satu kafe ternama beratasnamakan sebuah perusahaan terkenal. Sukses menuai kehisterisan penggemar di SMAN 17 Surabaya tadi siang, Eagle lagi-lagi berhasil membuat tujuan perusahaan yang mengudangnya tercapai; ramai pengunjung di hari pembukaan perusahaan itu.

Selain band fenomenal Eagle, untuk satu lagu tadi, Tulus juga sempat hadir membawakan lagu berjudul Sepatu miliknya. Nasya sempat berhalo-halo-hai dengannya meski hanya sebentar. Tulus benar-benar dikejar jadwal acara.

Atau beberapa artis terkenal lain yang memang sengaja datang untuk pembukaan perusahaan yang katanya akan bekerja untuk lobi literasi perfilm-an Indonesia.

Omong-omong soal film, Nasya jadi teringat rapat yang dipimpin Onik semalam seusai latihan. Tentang Eagle yang terpilih membawakan beberapa lagunya untuk dijadikan sebuah soundtrack sebuah film adaptasi novel best seller, yang digadang-gadang akan memiliki penonton ratusan ribu.

Terlalu banyak kegiatan yang harus Nasya lalui. Belum lagi pola makannya yang selalu selesai bekerja pada pukul setengah sepuluh malam, dan makan pada jam rawan seperti itu, Nasya berpotensi gemuk dua kali lipat, sementara Onik sudah berulangkali mewanti-wantinya untuk menjaga proposional tubuh selama nama Eagle masih melambung di dunia hiburan Indonesia.

Magenta melemparkan beberapa kotak yang asalnya dibungkus cantik dengan kertas kado, diberikan kepada Eagle pada saat konser tadi oleh penggemar mereka. Nasya menaikkan alis. "Gila, ini nambah koper dua lagi saking banyaknya."

Magenta terkekeh geli. Dia segera berbaring pada sofa yang lumayan panjang. "Bersyukur punya orang-orang yang sayang banget sama kita."

Yang dikatakan Magenta benar, maka Nasya mengangguk. Dia berjalan menuju sling bag miliknya, mengambil beberapa foto. "Gue nggak akan pernah lupa rasanya konser di kota ini itu gimana. Ramahnya orang di sini, atau logatnya waktu bicara, kulinernya yang lo harus nyoba betapa enaknya, dan oleh-oleh yang unyul-unyul."

Magenta segera menepuk jidat sewaktu Nasya bicara. "Mampus gue, Nyokap gue minta dibawain oleh-oleh."

Nasya mendengus, dia pikir Magenta terkejut begitu karena apa. "Habis darisini, lo lupa ya kalau kita masih ada skejul acara buat di Malang? Kita nggak bakalan pulang langsung ke rumah, Nta. Pekerjaan kita masih banyak. Rumah kayaknga juga makin jauh."

Magenta menggaruk tengkuk. "Yatapi kan, gue manatau bisa ngirim lewat Pos. Nyokap gue bisa ngomel, iih. Lagian lo kapan nyari oleh-oleh, Sya?"

Nasya nyengir. "Tadi gue diajak Rangga jalan-jalan naik mobil selepas konser dari SMA 17, kita tadi sempat ke Taman Bungkul, sayang banget kata Rangga karena gue kesananya sore, bukan malem. Padahal kalau malam, lampunya pada nyala dan keren banget. Terus lo tau habis itu gue sama Rangga kemana? Ke G-Walk dan lo harus tau betapa kerennya tempat itu, gue ke sana aja rasanya nggak pengen pulang.

"Nah disitu tuh, gue mulai nyicil beli oleh-oleh makanan." Nasya mengingat-ingat bagaimana sajian makanan menggugah selera terdapat di tempat tongkrongan hits Surabaya itu. "Kulinernya ajib dan nggak ada duanya!"

Tiba-tiba, tanpa diminta Yos datang dan ikut menyelip diantara obrolan perempuan itu. "Terus Sya, lo sempetin diri liat Monumen Kapal Selam?"

Wajah Nasya langsung layu. "Gue cuma punya waktu sebentar, Yos. Jadi nggak sempat."

Started With MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang