Music (W) : Waktu Kita Bersama

207 107 6
                                    

NASYA dan Zio baru saja keluar dari sebuah gedung tempat dimana sebuah acara talkshow milik salah satu TV Swasta mengundang mereka untuk hadir. Bertemu dengan penggemar yang teriakannya makin histeris saat melihat Zio menggandeng tangannya, Nasya tersenyum senang.

Walaupun baru sampai di Jakarta dan selesai menyelenggarakan konser di Makassar, hari ini Nasya dan Zio mulai disibukkan dengan undangan beberapa saluran TV swasta. Beberapa dari media massa mereka bahkan mengikuti Nasya dan Zio, mewawancarai mereka tentang perkembangan Eagle serta hubungan mereka berdua.

Untungnya, Nasya bersama Zio. Perempuan itu tidak perlu takut untuk menjawab setiap pertanyaan yang kadang membuatnya risi. Zio menjawab pertanyaan itu dengan lantang, tegas, dan memuaskan. Diam-diam, Nasya kagum pada kemampuan mumpuni Zio yang satu itu.

Setelah berkumpul bersama teman-temannya di bandara tadi, Nasya tidak bisa menyembunyikan betapa senangnya ia kali ini. Meski dia menyayangkan diri sendiri yang belum bisa mampir untuk sekedar menjumpai mamanya di rumah, dia tetap berusaha tersenyum di depan kamera.

Tujuan terakhir mereka adalah salah satu gedung radio utama provinsi Jakarta. Setelah banyaknya kegiatan dan menguras tenaga, kegiatan penutup itu disanggupi Nasya dan Zio dengan senyuman berarti.

Kalau bertanya kemana teman-temannya yang lain, maka Nasya akan menjawab yang sejujurnya. Magenta dan Yos terpaksa menghadiri beberapa acara undangan yang lain. Mereka berbagi tugas agar Eagle tidak dicap sombong menolak tawaran hadir di berbagai media massa. Sementara Rangga, cowok itu sudah pamit undur diri sejak tadi karena katanya ada urusan keluarga mendadak.

Nasya penasaran dengan urusan itu, tidak biasanya Rangga mau meninggalkan rangkaian acara di saat seperti ini. Pasti urusan itu kelewat penting.

Zio menyodorkan sebotol air mineral ke Nasya. "Lo belum istirahat."

Nasya tersenyum tipis. "Wadaw, diperhatiin. Terbang nih guenya, Yo."

Zio geleng-geleng kepala. "Capek?"

"Lumayan, tapi karena ini demi Eagle, gue enggak apa-apa," jawab Nasya sambil mengangguk bersemangat. "Tujuan terakhir kita adalah bikin Eagle go internasional kan?"

"Iya, dan kita bakal berusaha keras buat itu." Zio tersenyum kecil. "Ngomong-ngomong, Onik kemarin ngomelin gue. Katanya, chemistry kita nyanyiin beberapa lagu makin ke sini makin berkurang."

Nasya terkena serangan panik. "Benaran kata kak Onik begitu? Serius? Ini pasti salah gue tau, Yo! Gue suka nggak fokus gitu! Apalagi kan gue gugup ya, hadapan sama orang banyak. Terlebih waktu gue di Makassar, itu bener-bener ... itu bener-bener ramai dan gue gugupnya nggak ketulungan. Gue enggak nyangka efeknya malah berdampak kayak begitu."

"Bukan salah lo juga, sih." Zio mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Akhir-akhir ini kita jarang banget kan main bareng? Dulu, kata lo, buat memperkuat chemistry, kita harus sering-sering kencan."

Nasya segera terbahak. "Bener ih, kita berdua itu udah jarang kencan!"

Kencan yang mereka maksud adalah sebutan untuk jalan-jalan mereka. Hanya Zio yang mengharap bahwa kencan itu bisa dikatakan seperti orang pacaran kebanyakan, sementara Nasya tidak. Karena dari awal, yang memendam rasa hanya Zio seorang, sementara Nasya tidak.

"Jadi, setelah dari sini, mau kencan bareng?" ajak Zio jenaka. Meski matanya berbohong, meski sebenarnya dia berharap lebih pada Nasya saat mengajaknya, Nasya tidak bisa menangkap rasa itu.

Nasya menimang sebentar. "Bukannya kita harus mampir ke rumah lo buat makan malam?"

"Sekarang masih jam satu siang." Zio melirik jam di tangannya. "Jadi?"

Started With MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang