Music (C) : Cepat dan Lambat

171 105 8
                                    

MATA Nasya menyipit guna memastikan kebenaran yang sedang dilihatnya. Ia baru saja kembali dari kamar mandi untuk menenangkan diri sendiri, memulas make up yang luntur karena tahu-tahu saja dia menangis, kemudian terpaksa kembali ke ruangan karena Onik meneleponnya dan meminta untuk melakukan foto ulang dengan Zio.

"Baju lo kenapa?" Tidak tahan, Nasya bertanya dan memperhatikan kemeja putih Zio yang kotor.

"Oh, tadi gue ngeledekin Magenta, terus dilempar pake es krim sama dia." Zio membuat alibi. Demi apapun, dia sudah berusaha membual dengan alasan yang lebih rasional ketimbang 'dilempar es krim'.

Nasya geleng-geleng kepala. Tidak mungkin Zio melakukan pemotretan dengan kemeja putih kotor seperti itu. Dia berbalik kemudian mengambil beberapa helai tisu—sudah tidak ada waktu untuk menyuruh Zio ganti baju.

Dengan telaten, Nasya mendekat dan membersihkan noda es krim yang menjejal di pakaian cowok itu. Mungkin Nasya terlalu fokus, sehingga dia tidak sadar sudah sedekat apa jaraknya dengan Zio sekarang.

Jangan lupakan juga bahwa karena Nasya terlalu konsentrasi membersihkan noda itu supaya tidak membesar, Zio tengah memperhatikan wajahnya detail.

Ditambah lagi, Magenta, Rangga, serta Yos yang sedang tersenyum senang melihat keduanya. Onik pun sama, cowok itu bahkan sudah menyuruh photographer untuk mengambil gambar di saat dua orang itu tidak sadar sama sekali.

Kembali pada dua sejoli itu, Zio menentramkan sesuatu yang ganjil saat dia sadar jaraknya dengan kepala Nasya tidak seberapa.

Usai berhasil membersihkan pakaian Zio dengan upaya kerasnya, Nasya mendongak dan tersenyum. "Selesai."

Pada saat itulah, dia tahu bahwa jarak mereka tidak lagi sampai sejengkal. Pada saat itulah, dia tahu bahwa mata mereka bertabrakan di satu garis lurus dan parahnya, Zio terlebih dahulu mengamatinya lekat-lekat. Pada saat itu juga, dia tahu bahwa deru napas Zio hangat serta menguarkan aroma mint.

Suara-suara orang lain sepertinya teredam saat kontak mata itu berlangsung. Lampu sepertinya padam di sekitaran sana. Seolah, hanya ada mereka berdua di sana.

"Sori," cetus Nasya pertama kali, memutuskan kontak mata itu. Jantungnya masih berdebar keras saat mencoba mengalihkan perhatian ke arah lain. "Baju lo udah bersih."

"Makasih, Nas," jawab Zio pada akhirnya. Cowok itu menolehkan pandangan ke sekitar dan mengangguk berterima kasih pada tiga temannya yang sudah melompat-lompat kegirangan di ujung sana.

Momen yang baru saja terjadi itu, entah semenit, dua menit, atau tiga menit, tetapi Zio tahu, momen langka itu terjadi sangat cepat dan berhasil membuatnya lupa cara bernapas karena bola mata Nasya benar-benar membuatnya tertambat.

===Music===

SELESAI dengan pemotretan, Eagle melanjutkan kegiatannya dengan datang ke acara stasiun televisi sebagai bintang tamu sebuah acara talk show. Di sana, mereka membicarakan beberapa pencapaian Eagle beberapa minggu belakangan. Membahas konser besar Malang dan Makassar, kedekatan Rangga dengan Nasya serta Zio, dan berakhir menukik pada Magenta dan Yos.

Mereka tidak mengatakan tentang konser di Amerika, karena menurut kesepakatan, hal itu akan dijadikan kejutan untuk Eagleayang yang domisilinya makin menyebar ke luar Indonesia.

Sekmen keempat belas, Eagle selesai dan diperbolehkan Onik untuk pulang.

Nasya keluar dari gedung saat langit sudah mulai menunjukkan kemerahan. Sudah petang.

"Pulang sendiri, Sya?"

Nasya mengangguk saat Magenta bertanya padanya. Hari ini, dia membawa mobilnya sendiri. "Lo pulang bareng siapa?"

Started With MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang