Music (K) : Kata Siapa Bahagia Itu Tak Berbatas?

173 109 10
                                    

[Ground Control-All Time Low]

SEPERTI yang sudah dijadwalkan, Rangga melakukan operasi penggantian organ hatinya hari ini.

Operasinya berjalan lancar kata dokter. Dokter Mia memberitahu bahwa kondisi Rangga saat ini hanya tinggal menunggu biusnya berhenti dan perlu istirhata sejenak sebeluma akhirnya check up untuk terakhir kali, lalu dia akan menyatakan Rangga sembuh total atau tidak.

Dari informasi yang didapat, tante Qizza memberitahu bahwa pendonor yang bersedia menjual organnya itu sudah rela jauh-jauh hari memberikannya pada Rangga. Sayangnya, tante Qizza tidak bisa menyebutkan nama dan kelanjutan hidup pendonor itu kepada Nasya sebagai persyaratannya.

"Gue tetep nggak bisa tolerir," kata Onik di ruang rapat. "Itu menyalahi kontrak. Dan bisa aja, Rangga gue pecat dari Eagle."

Magenta mendelik. "Kak, lo emang manajer di sini. Tapi, nggak boleh seenaknya ngomong 'pecat'. Di sini itu, posisinya Rangga yang jadi pondasi kenapa Eagle ada. Lo nggak bisa pecat dia sembarangan hanya karena dia menyalahi kontrak soal bohong ke kita tentang kondisi kesehatannya."

Yos mengangguk setuju. "Lagian sekarang dia juga udah bisa sembuh, kan? Jutsru kalau lo marah-marah, lo merusak suasana."

Nasya tidak berniat bersuara di ruangan rapat itu. Dia hanya ingin segera keluar dari kantor Onik, dan menjenguk Rangga.

"Dia punya alasan kenapa nyembunyiin fakta itu, Nik," sahut Zio.

"Tapi kesannya kayak dia udah nggak nganggap kita ini temennya, kan?" Fira, salah satu kru Eagle yang dekat dengan Rangga menyela obrolan mereka.

"Tiap-tiap kita kan punya privasi buat dijaga," balas Yos lagi. "Mungkin juga, masalah Rangga, menurut dia itu privasi."

"Tetep aja jatohnya dia salah," keukeuh Onik.

Nasya mengembuskan napas kasar. "Kenapa sekarang kita nggak doain dia semoga cepet sembuh dan normal lagi? Nggak perlu berantem kayak gini."

Wulan berdeham menengahi ketegangan itu. "Oke, kita doain yang terbaik buat Rangga. Dan lo, Nik. Buruan ikut gue ketemu produser buat ngomongin masalah konser selanjutnya."

"Oh iya. Konser selanjutnya Rangga nggak akan ikut," kata Onik dengan nada final yang tidak terbantahkan.

Nasya menggeleng. "Konser selanjutnya satu minggu lagi dan gue pikir—"

"Siapa kemarin yang marahin gue karena terlalu maksain kalian buat ngehadirin rutinitas kepadatan jadwal?" potong Onik dingin. "Sekarang, giliran gue ngasih Rangga waktu buat libur, jangan ngebantah."

"Terus kalau nanti Eagleayang nanyain keberadaan Rangga gimana?" tanya Zio. "Lo lupa, ada seberapa banyak orang yang nanyain kabar Rangga setelah konser terakhir dia jarang keliatan bareng kita?"

Magenta menambahkan. "Dan lo juga lupa soal netizen yang bilang kalau Rangga ninggalin Eagle lagi? Onik, sebagai manajer gue yakin lo tau apa konsekuensinya kalau Rangga nggak ikut konser kali ini."

"Jadi, lo mau gue harus gimana?" Onik duduk kembali di tempatnya. "Konsernya kita batalin dan gue harus bilang apa sama pihak agency? Rangga sendiri juga kan yang bilang kalau dia nggak mau seandainya gue ngasih tau penyakitnya ke publik?"

Yang lainnya diam tidak bisa menjawab pertanyaan Onik dengan cepat.

"Diam kan lo semua?" Onik menghela napas kasar. "Bukannya gue terlalu keras atau apa. Bukannya gue semena-mena atau apa juga. Tapi kedudukannya sata ini adalah kita serba salah karena Rangga."

"Jangan nyalahin Rangga aja dong," protes Magenta tidak suka. "Kita juga sama-sama salah di sini."

"Tapi kalau Rangga terbuka sama kita, gue bisa aja dulu nggak maksa dia buat balik lagi ke Eagle, dan kita nggak perlu ngadepin situasi kayak gini."

Started With MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang