Music (J) : Jumlah Luka Tidak Bisa Berkurang

239 107 13
                                    

[Picture : Rangga dan Nasya]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Picture : Rangga dan Nasya]

JIKA di dunia ini ada sebuah cerdas cermat yang pertanyaannya berisi tentang bagaimana perasaan remukmu tentang sebuah keputusan, maka Nasya akan segera menghadiri kontes itu, menyimak jawaban dari peserta yang datang, lalu merenungkannya sampai matang di kamar.

Tetapi untuk sekarang, satu hal yang ia ketahui bahwa tentang luka, semua orang bisa mendapatkannya. Hanya tinggal menunggu giliran, detik perdetik sakit yang tidak tampak itu akan langsung menyerang. Baik menghilangkan atau mungkin membawa pergi seseorang yang punya arti penting untuk sebuah kenangan usang yang nantinya akan dilupakan.

Semua orang butuh waktu untuk menenangkan dirinya sendiri dari kehisterisan yang tidak diharapkan. Begitu pula Nasya, semalaman dia memikirkan rentetan kejadian tentang apa yang melewati hidupnya selama ini.

Dia mungkin belum bisa menerima semuanya, tetapi menutupi hal-hal yang sebenarnya terjadi memang keahlian paling handal seluruh manusia, kan?

Karena bukan hanya Nasya yang berpura-pura baik-baik saja semenjak tau mengenai hal-hal apa saja yang Rangga sembunyikan, tetapi semua orang.

Onik mungkin yang paling sedang berusaha berpura-pura. Sebagai manajer dan kesalahan kontrak yang dijalinnya dengan Rangga, serta bagaimana cowok itu membohonginya selama ini, Onik masih belum bisa mencernanya baik-baik.

Padahal saat Zio menceritakannya, Onik dalam keadaan sangat sadar.

"Ini cara mainnya gimana?" Nafisha, yang saat ini menjadi senter dari pesta ulang tahunnya hari ini. Dengan gaun merah mudanya, Nafisha terlihat cantik ditambah pita-pita yang sengaja Nasya pasangkan di rambut hitamnya. Setiap orang yang menginjakkan kakinya di rumah ini, akan selalu tersenyum padanya selaku pemilik pesta.

"Jadi, ini Pou-nya kan ada yang sedih, terus kamu tekan kayak gini," jawab Rangga sambil menirukan apa yang harus Nafisha lakukan. "Kalau Pounya udah senyum lagi, kamu berhasil berarti."

Nafisha yang duduk di pangkuan Rangga mengangguk mengerti. Sejak tadi, gadis kecil itu memang tidak bisa lepas dari Rangga. Keduanya lengket membicarakan apapun, bahkan dalam hitungan menit saja, Rangga sudah populer di kalangan anak-anak TK karena Nafisha mengajaknya untuk berkenalan.

Nasya, Barata, Yua, serta Brisa yang merupakan pihak keluarga malah sibuk menyampiri tamu yang lain di saat Nafisha bertindak seolah Rangga merupakan bagian dari keluarganya.

"Mukanya sama aja Kak, senyum semua ini!" rengek Nafisha saat putus asa mencari.

"Emangnya kalau temen kamu lagi senyum semua, kamu yakin emang bener lagi nggak ada yang sedih?" Rangga tiba-tiba menolehkan kepalanya ke samping, tempat Nasya sedang berdiri dengan Zio sekarang.

Ditatap seperti itu, Nasya memiringkan kepalanya ke kanan sambil menaruh harap pada tatapannya itu.

"Dengar ya, Sayang." Rangga membantu Nafisha menyelesaikan permainannya. "Kalau semua orang lagi senyum, bukan berarti nggak ada yang sedih."

Started With MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang